Secara pribadi saya menyukai desain rumah sederhana yang seperti itu, yakni sirkulasi udara bagus sehingga nggak perlu air conditioner (AC) biar hemat listrik tapi cukup AB (angin brobos) saja he..he..he.. .Â
Kemudian cahaya matahari bisa masuk dan udara yang masuk tidak banyak mengandung debu.Â
Yang pertama dilakukan, memasang kerangka (frame) pada bagian rumah yang masih terbuka lebar tadi dengan pipa kotak atau dari kayu juga nggak masalah, dengan ukuran sesuai selera. Pipa kotak bisa terbuat dari bahan besi biasa atau galvalum.Â
Membuat kerangka dari besi kotak berbahan galvalum juga lebih bagus karena lebih tahan karat ketimbang besi biasa. Tebal tipisnya bahan besi kotak juga menentukan harga dan keawetan kerangka yang dibuat.Â
Ada juga sih seseorang yang membuat kerangka dari pipa air (pipa leding). Ini lebih awet lagi, sayangnya bujednya lebih mahal, bobot lebih berat dan pipa air berbentuk bundar sehingga kurang cocok untuk menempelkan fibernya.Â
Kemudian dibuat kerangka dengan mengelasnya menggunakan mesin las travo listrik atau direkatkan dengan paku rivet (Jawa = paku keling) dengan alat riveter.Â
Setelah terbentuk kerangka kemudian dicat agar menarik, awet dan tahan karat. Lalu dipasang di dinding (tembok) rumah. Bisa dibor di dinding rumah menggunakan mesin bor (drill impact) dengan mata bor khusus beton atau dipaku langsung dengan paku beton.Â
Setelah kerangka besi menempel pada dinding rumah, potonglah fiber sesuai ukuran kerangka. Motif fiber bebas sesuai selera. Di pasaran, harga fiber polos per meternya sekitar Rp. 35.000,- sedangkan yang bergambar Rp. 42.000,- per meternya.Â
Menempelkan fiber pada kerangka besi yang dipasang agak tinggi tentu memerlukan bantuan alat tangga lipat (aluminium). Untuk menempelkan lembaran fiber pada kerangka besi bisa menggunakan tali kawat atau tali cable ties. Kalau saya lebih memilih tali kawat galvalum tapi ukurannya agak besar supaya kuat dan awet.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!