Mohon ini jangan dianggap megedhut (sombong atau chauvinis) ya. Bangga juga sih jadi Arek Suroboyo (anak Surabaya). Perkenankan saya sedikit ngelantur.Â
Entah bagaimana awal ceritanya, kata Suroboyo diplesetkan menjadi suro berarti : wani (berani) dan boyo artinya : utang (hutang). Jadi Suroboyo artinya : wani utang (berani hutang) jiahahaha.Â
Terlepas dari guyonan (kelakar) itu yang pasti Surabaya oleh bangsa ini memang dijuluki sebagai kota pahlawan. Surabaya juga dipercaya oleh rakyat Jawa Timur sebagai ibu kota provinsinya. Satu lagi, meski nomer dua di Indonesia namun Surabaya juga dikukuhkan sebagai kota industri, dagang, maritim dan pendidikan atau dikenal sebagai Kota Indamardi.Â
Provinsi Jawa Timur (Jatim) dikenal sebagai gudangnya wali (sunan atau pejuang Islam) karena memang 5 wali dari Wali Songo (wali sembilan) yang memperjuangkan dan mensyiarkan Islam di Pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya berasal dari Jatim. Â
Di Surabaya sendiri selain menjadi asal Sunan Ampel juga terdapat pejuang Islam (sunan) lainnya yang bukan termasuk Wali Songo yaitu Sunan Bungkul (kompleks pusaranya berada di belakang Taman Bungkul Surabaya) dan Sunan Boto Putih (kompleks pusaranya berada di Pegirian Surabaya).Â
Tak hanya menjadi gudangnya wali, Jatim khususnya kota buaya Surabaya juga menjadi gudangnya kuliner rek.Â
Buktinya apa? Suatu ketika ada seorang tetangga yang berasal dari etnis Madura (maaf bukan bermaksud diskriminasi lho). Namanya juga tetangga, segala tingkah pola termasuk kuliner kesukaan kami mereka juga tahu.Â
Tetangga tadi sempat rasan-rasan (bisik-bisik) dengan menggunakan bahasa Jawa Suroboyoan yang dikombinasikan dengan dialek Madura-an, isi pembicaraannya ialah : "Wong Suroboyo iku opo ae dipangan. Kewan nang sawah (kreco) yo dipangan. Seje ambek Wong Meduro, panganan-ne daging".Â
Artinya kurang lebih, "Orang Surabaya apa saja dimakan, hewan sawah seperti siput kreco juga dimakan. Berbeda dengan orang Madura, makanannya daging (sapi atau kambing).Â
Dari kalimat rasan-rasan di atas kalau ditafsirkan maksudnya bahwa masyarakat Surabaya memiliki kesukaan terhadap kuliner yang beragam. Sampai-sampai, hewan seperti siput sawah atau sebagian masyarakat menyebutnya dengan istilah kreco juga dijadikan sumber makanan yang wuenak sekaligus bergizi.Â
Jangankan siput sawah seperti kul dan kreco, semanggi atau yang bernama ilmiah Marsilea crenata dengan daya kreasi warga Surabaya disulap menjadi kuliner khas Surabaya sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam.Â
Semanggi dengan bumbu khusus dijadikan pecel sebagai makanan khas Surabaya dengan sebutan Semanggi Suroboyo.Â
Di Kota Surabaya, tumbuhan semanggi banyak kita temukan di kawasan persawahan Desa Sememi, Benowo.Â
Sebelum dijadikan pecel, daun semanggi terlebih dulu harus dibersihkan dari kotoran sawah termasuk bekas semprotan pestisida juga harus diwaspadai.Â
Setelah dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian direbus sebentar saja. Cara merebusnya, setelah air dalam panci mendidih, masukkan daun semanggi yang sudah dicuci bersih tadi beberapa menit saja. Jangan kelamaan nanti hancur.Â
Bumbu semanggi dibuat dari ketela rambat. Seperti gethuk ketela rambat dengan tambahan bumbu berupa gula merah, bawang putih, kacang tanah, kencur, garam dan pastinya air untuk mengencerkan bumbu itu.Â
Kadang ada sebagian penikmat pecel semanggi yang menginginkan bumbunya pedas, ya tinggal menambahkan sambal (lombok) saja.Â
Ada perbedaan yang cukup signifikan antara pecel semanggi tempo dulu dan saat ini. Semanggi Suroboyo tempo dulu, selain sayur semanggi sebagai bahan utama, dalam wadah daun pisang (pincuk) nya terdapat sayuran lain berupa kangkung, kecambah, turi, tempe, bumbu ketela dan kerupuk vuli (puli). Â
Para penjual semanggi tempo dulu menjajakan pecel semanggi dengan berjalan kaki sambil memanggul keranjang semanggi di punggung, keluar masuk dari satu kampung ke kampung lainnya.Â
Di kawasan kompleks perumahan kami, pecel semanggi dijajakan oleh penjual bersepeda ontel dan motor.Â
Harga sepincuk pecel Semanggi Suroboyo cukup terjangkau, hanya tujuh ribu rupiah. Tapi saya pernah beli pecel semanggi di daerah lain, harganya berkisar antara sepuluh hingga dua belas ribu rupiah perpincuknya.Â
Lontong Balap WonokromoÂ
Selain Semanggi Suroboyo sebagai kuliner khas Surabaya, ternyata Surabaya juga dikenal sebagai gudangnya "lontong" jiahahaha.Â
Ada banyak kuliner yang menggunakan tambahan lontong yang bisa dengan mudahnya kita temukan di Kota Surabaya.Â
Mulai dari lontong mie, lontong sayur, lontong Cap Go Meh, tahu lontong (tahu tek-tek), lontong pecel, lontong kikil, lontong kupang dan lontong balap.Â
Sebagian kuliner berbahan lontong yang saya sebutkan di atas, ada beberapa yang bukan kuliner khas (asli) Surabaya tapi sebagian lagi memang disebut-sebut sebagai makanan kebangsaan warga Surabaya.Â
Dua diantaranya : lontong kupang dan lontong balap. "Hla..iyo pah, piye cerita ne kok diarani lontong balap iku" (lah..iya pah, bagaimana awal ceritanya kok dinamakan lontong balap itu) tanya putri semata wayang kami saat sedang asyik menikmati Lontong Balap Wonokromo yang penjualnya biasa mangkal tak jauh dari rumah tinggal kami.Â
Para penjual lontong balap menurut ceritanya, dulu berasal dari kawasan Kutisari dan Kendangsari (Rungkut) Surabaya. Sekitar lima (5) kilometer dari lokasi Pasar Wonokromo Surabaya (sekarang bernama Darmo Trade Centre).Â
Mengingat wadah (bejana) yang digunakan untuk memasak sayur kecambah menggunakan bahan dari tanah liat (kemaron) sehingga terasa berat serta kala itu dijajakan dengan dipikul.Â
Sang penjualnya memikul kemaron yang cukup berat di pundak, sambil berlomba-lomba berebut pembeli yang kemudian mangkal di Pasar Wonokromo Surabaya.Â
Nah tempat mangkal para penjual lontong balap itu yang kemudian diadopsi sebagai nama Lontong Balap Wonokromo Surabaya. Â
Bagi para penikmat yang menyukai pedas bisa saja menambahkan sambal petis. Lontong balap memang akan lebih maknyus bila menyertakan sambal petis yang selain sedap rasanya, juga nampol pedasnya.Â
Membuat perkedel lento memang agak ribet. Lento dibuat dari kacang khusus lento yang direndam semalaman. Kacang lento terlebih dulu dibersihkan lalu ditumbuk, ditambahkan bumbu yang terdiri dari garam, kencur, daun jeruk, bawang putih, bawang merah, dan ketumbar.Â
Semua bumbu ditumbuk, lalu dikepal seperti perkedel kentang dengan tangan menggunakan sarung tangan plastik selanjutnya digoreng.Â
Lontong balap biasanya akan lebih endul bila makannya ditemani sate kerang dan minumnya es kelapa muda (Jawa = degan).Â
Air kelapa muda bukan hanya nikmat dan menyegarkan namun juga dipercaya memiliki khasiat menetralkan racun yang mungkin saja masih terdapat dalam sate kerang.Â
Di lapak sederhana yang biasa mangkal di kawasan perumahan tak jauh dari tempat tinggal kami, Lontong Balap Wonokromo dijual dengan harga enam ribu rupiah per porsinya.Â
Kalau nggak ada es degan bisa memesan es jeruk yang menyegarkan sekaligus kaya akan zat antioksidan. Cukup dengan hanya membayar Rp. 5000 per gelasnya.Â
Sekadar untuk diketahui, meski sangat sederhana namun keberadaan kuliner Semanggi Suroboyo dan Lontong Balap Wonokromo itu diabadikan menjadi sebuah lagu populer oleh S. Padimin yang biasanya dibawakan oleh para penyanyi bergenre musik keroncong.Â
Berikut ini syair lagu Semanggi SuroboyoÂ
Semanggi Suroboyo
Lontong Balap Wonokromo
di makan enak sekali
sayur semanggi krupuk puli
Bung...mari
Â
Harganya sangat murah
Sayur Semanggi Suroboyo
Â
Didukung serta dijual
Â
Masuk kampung keluar kampung
Bung...beli
Â
Sedap benar bumbunya
Â
Dan enak rasanya
Kangkung turi cukulan dicampurnya
Dan tak lupa tempenya
Â
Mari bung mari beli
Sepincuk hanya setali
Tentu memuaskan hati
Mari beli sayur semanggi
Bung...beliÂ
====musik====Â
Harganya sangat murah
Â
Sayur Semanggi Suroboyo
Didukung serta dijual
Masuk kampung keluar kampung
Bung...beli
Â
Sedap benar bumbunya
Â
Dan enak rasanya
Kangkung turi cukulan dicampurnya
Dan tak lupa tempenya
Â
Mari bung mari beli
Sepincuk hanya setali
Tentu memuaskan hati
Mari beli sayur semanggi
Bung...beliÂ
Cukulan = kecambah (taoge) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H