Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Saling Memaafkan Ditanamkan Sejak Usia Dini

13 Mei 2021   20:02 Diperbarui: 13 Mei 2021   20:07 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenalkan sikap suka memaafkan sejak usia dini, sebuah ilustrasi (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Hari Raya Idul Fitri atau lebaran 1442 Hijriah tahun ini memang masih terasa beda. Sejak awal pemerintah memang melarang warganya untuk tidak mudik hal itu bertujuan untuk memutus mata rantai transmisi Covid-19. 

Berbagai upaya dilakukan, sampai melakukan patroli penyekatan pemudik di jalur laut karena jalur laut dinilai lemah pengawasan. 

Meski pemerintah sangat menghimbau agar warga tidak mudik, nyatanya di berbagai penjuru tanah air, warga masih nekad menerobos pos penyekatan hanya untuk pulang kampung (mudik). 

Sementara itu, nun jauh di sana, pasukan Israel tanpa henti melakukan serangan udara, tanpa belas kasih membombardir jalur Gaza akibatnya puluhan orang diberitakan tewas.  

Arti Idul Fitri, lebaran, minal aidin wal faizin, taqabbalallahu minna wa minkum 

Terlepas dari suasana lebaran yang masih diwarnai tindakan pelarangan tradisi mudik dan penindasan Israel atas Bangsa Palestina, sebagian umat Islam di Indonesia yang merayakan Idul Fitri tetap saja memelihara kebiasaan saling kunjung-mengunjungi dan pastinya bermaaf-maafan. 

Mungkin ini terasa klise, meski demikian saya coba tampilkan kembali arti idul fitri, lebaran, minal aidin wal faizin dan halal-bihalal. 

Idul fitri berasal dari kata idul dan fitri. Idul berarti kembali, sedangkan kata fitri/fitrah artinya suci. Jadi idul fitri bisa diartikan sebagai kembalinya kita kepada keadaan suci atau bebas dari segala dosa dan maksiat sehingga berada dalam keadaan suci (fitri/fitrah). 

Sementara, lebaran sebenarnya merupakan kata dalam Bahasa Jawa yang berasal dari kata dasar "lebar" (bukan lawan kata sempit) yang artinya : sudah selesai (Jawa = wis bar), maksudnya sudah selesai menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadan sebulan penuh lamanya. 

Hari Raya Idul Fitri pastinya identik dengan kalimat minal aidin wal faizin yang artinya : "termasuk dari orang-orang yang kembali sebagai orang-orang yang menang". 

Minal aidin wal faizin yang diucapkan saat Idul Fitri hakekatnya merupakan doa dan harapan agar kita semua menjadi golongan orang yang kembali ke fitrah atau suci. 

Fitrah yang sejati itu mengandung kebaikan, kemuliaan, kejujuran, dan persaudaraan. Dengan berpuasa kita berhasil atau mampu menahan hawa nafsu. 

Selain kalimat minal aidin wal faizin, di Hari Raya Idul Fitri tak jarang kita dengarkan kalimat taqabalallahu minna wa minkum, yang berarti : "mudah-mudahan Allah menerima (amal ibadah) kita dan kalian". 

Ucapan taqabbalallahu minna wa minkum, biasanya dibalas dengan kalimat : "minna wa minkum taqabbal ya karim", yang artinya :  "Ya Allah Yang Maha Mulia terimalah amalan kami". 

Para sahabat dekat Rasulullah Muhammad SAW menambahkan kata-kata shiyamana wa shiyamakum yang artinya adalah : "Semoga Allah SWT menerima amalan puasa saya dan kamu". 

Tradisi saling memaafkan 

Selama menjalani hidup dan kehidupan ini, seorang muslim pasti tidak pernah luput dari salah dan dosa. Baik dosa dan kesalahan yang diperbuat kepada Allah maupun kepada sesama manusia. 

Ibadah puasa yang kita tunaikan secara ihlas karena Allah SWT Insha Allah akan menghapuskan semua dosa-dosa yang telah lalu. 

Sementara itu semua kesalahan yang diperbuat kepada sesama manusia bisa dihapuskan antara lain dengan cara saling memaafkan. 

Mentalitas meminta maaf terlebih dulu dan bisa memaafkan itu merupakan sikap yang sangat terpuji. 

Untuk bisa memberi maaf (memaafkan) diperlukan hati yang lapang (berlapang dada). 

Mungkin saja suatu saat kita meminta maaf kepada seseorang atas kesalahan yang pernah kita perbuat namun orang tadi susah untuk memberi maaf (memaafkan). Itulah sebabnya mengapa "memaafkan (memberi maaf)" itu lebih sulit. 

Sedih juga sih bila berurusan dengan orang yang susah memberi maaf. Atau bahkan enggak bisa memaafkan. Yang penting kita beritikad baik dengan terlebih dulu memohon maaf kepada orang tersebut. 

Menjadi manusia pemurah dengan memaafkan sesama umat adalah amal saleh yang dianjurkan dalam Islam. Hal itu seperti tersirat dan tersurat dalam surat Al-A'raf ayat 199 yang artinya : "Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang-orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh". 

Sedemikian agungnya ganjaran bagi mereka yang suka memberi maaf (pemaaf), Allah akan mengganjar dengan kemuliaan di dunia dan akhirat. Seperti sabda Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah, yang berbunyi : "Tidaklah sedekah itu mengurangi harta dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya), kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat)", (HR. Muslim, no.2588). 

Selanjutnya serahkan saja kepada Allah SWT. Sebab Allah jualah yang mampu memberi hidayah kepada hambaNya. Dan Allah jualah yang sanggup membolak-balikan hati hambaNya. 

Saling memaafkan bisa dilakukan setiap saat, kapan saja, tidak memandang hari-hari tertentu karena setiap hari adalah baik.  
Pada dasarnya bermaaf-maafan adalah soal keihlasan hati untuk meminta dan memberi maaf. 

Namun sudah menjadi tradisi umat Islam di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang tepat untuk memaafkan dan diberi maaf oleh sesamanya. 

Kedua orang tua terutama ibu, kakek-nenek (embah) atau saudara yang lebih tua dari kita adalah sosok yang sangat kita hargai dan hormati. Ridho Allah adalah ridho kedua orang tua. 

Sebab itu terlebih dulu memohon maaf kepada kedua orang tua biasanya lebih didahulukan setelah itu baru saudara-saudara kandung lainnya, saudara jauh dan para tetangga. 

Masyarakat kita terutama yang tinggal di Pulau Jawa mengenal tradisi sungkem, yaitu : budaya memohon maaf kepada orang tua dengan cara duduk di lantai, sementara orang tua duduk di atas kursi. 

Selain sungkeman, kita juga mengenal tradisi yang lebih formal yaitu : halal bihalal. Istilah halal bihalal mengadopsi Bahasa Arab. 

Halal bihalal adalah kegiatan saling memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, yang biasanya diadakan di sebuah tempat. 

Mengenalkan tradisi saling memaafkan sejak dini 

Memupuk mentalitas meminta maaf terlebih dulu dan suka memaafkan (jiwa pemaaf) sejak usia dini memang perlu dilakukan oleh para orang tua. Sebab di usia dini (anak-anak) itu tempat pertama kali menanamkan nilai-nilai moral dan agama. 

Bila sikap saling memaafkan, dikenalkan atau dibiasakan sejak dini maka harapannya kelak akan terbentuk manusia dewasa yang gampang memaafkan kesalahan orang lain atau memiliki jiwa pemaaf. 

Lebaran di tengah masih merebaknya pandemi memang terasa beda. Tradisi saling memaafkan bisa dilakukan secara virtual (saluran internet) untuk menekan merebaknya penyebaran Covid-19 menggunakan aplikasi smartphone yang ada tanpa kehilangan esensinya untuk saling bermaaf-maafan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun