Sebagian orang mungkin sudah mengetahui secara mendalam tentang Candi Borobudur namun sebagian orang lagi mungkin hanya tahu Borobudur sebatas sebagai objek wisata yang berupa tumpukan bebatuan andesit purba sebagai peninggalan nenek moyang.Â
Asal tahu saja kalau Raja Samaratungga dan arsitek Gunadarma merupakan salah satu contoh manusia kreatif dan jenius di sekitar abad ke-8 maka Trie Utami dan timnya boleh jadi merupakan salah satu contoh sosok manusia jenius dan kreatif di era digital seperti sekarang ini.Â
Setelah Trie Utami dan timnya meneliti lebih dalam, dari sekitar 2672 pahatan relief yang tersebar di berbagai dinding candi (mulai dari Karmawibhangga, Gandawyuha, Avadana Jataka dan Lalita Vistara) terdapat 226 relief yang menggambarkan alat musik dan 45 relief ansambel (kelompok/grup musik). Â
Ajaibnya lagi gambar alat-alat musik yang terpahat di panil (pigura) dinding Candi Borobudur sudah mencerminkan beragam jenis alat musik mulai dari jenis alat musik yang ditiup (aerophone), alat musik yang dipetik (cordophone), alat musik yang dipukul (idiophone) dan alat musik yang bermembran (membranophone).Â
Setelah meneliti dan mengamati dengan seksama, Trie Utami dan timnya akhirnya menemukan 45 jenis alat musik yang hingga saat ini masih digunakan di berbagai pelosok tanah air (34 provinsi).Â
Dan sungguh menakjubkan, beragam jenis alat musik yang terpahat di dinding Candi Borobudur itu juga ditemukan dan masih digunakan di hampir 40 negara di dunia.Â
Hal itu menunjukkan bahwa panil-panil yang berisi relief alat musik yang terpahat di berbagai permukaan dinding batu menjadi bukti yang tak terbantahkan bahwa sudah sejak lama Borobudur pusat musik dunia.Â
Trie Utami dan timnya ingin berbuat lebih banyak dengan merekonstruksi gambar-gambar alat musik yang terpahat di relief-relief candi lalu menggaungkan Borobudur melalui orkestra Sound of Borobudur yang melibatkan 30-40 musisi handal Indonesia lengkap dengan 195 instrumen musik.Â
Borobudur bukan sekadar tempat wisataÂ
Dalam catatannya Trie Utami mengatakan, Borobudur merupakan bukti tak terbantahkan bahwa ia bukan sekadar monumen yang berisi tumpukan batu (benda) mati yang minim fungsi dan hanya dieksploitir untuk kepentingan wisata.Â