Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar nama Gatot Kaca atau bahkan sangat familiar dengan nama ini. Yap, Gatot Kaca adalah nama seorang tokoh dalam dunia pewayangan yang sakti mandraguna sekaligus sangat disegani.Â
Begini kurang lebih cerita singkatnya. Untuk bisa menjadi seorang tokoh kadigdayaan pilih tanding di se antero kahyangan, Gatot Kaca (Jawa = Gatut Koco) yang di masa bayinya bernama Tetuka (Jawa = tetuko) terlebih dulu melalui proses penempaan (penggemblengan) diri.Â
Oleh gurunya yakni Batara Narada (Jawa = Betoro Narodo), Gatot Kaca dimasukkan ke dalam Kawah Candradimuka yang berada di Gunung Jamurdipa. Narada meminta bantuan para guru (dewa) lainnya untuk menggembleng Tetuka dengan cara memasukkan beragam pusaka (kesaktian) ke dalam tubuh Tetuka. Beragam kesaktian para dewa tadi akhirnya melebur jadi satu, masuk ke dalam tubuh Gatot Kaca.Â
Akhirnya mewujudlah Tetuka dewasa yang kelak bernama Gatot Kaca, seorang pahlawan di jagad kahyangan yang sakti mandraguna, gagah perkasa bak berotot kawat bertulang besi (Jawa = otot kawat, balung wesi).Â
Dengan kesaktian yang dimilikinya, Gatot Kaca berhasil mengalahkan musuh-musuhnya dan memberantas berbagai kejahatan. Batara Krisna (Jawa = betoro kresno) dan Pandawa (Jawa = pendowo) juga meminta Gatot Kaca agar menghilangkan sifat-sifat buruknya sebagai keturunan raksasa.Â
Baju (rompi) saktinya yang bernama Antakusuma (Jawa = ontokusumo) menjadikan Gatot Kaca bak seekor burung yang bisa terbang ke angkasa lalu menantang dan mengalahkan musuh-musuhnya.Â
Berpuasa Ramadan bak menggembleng diri dalam kawah CandradimukaÂ
Apa yang dilakukan umat Islam di bulan suci Ramadan tak berbeda jauh (untuk maksud sederhananya lho) dengan apa yang dialami Tetuka hingga tumbuh menjadi Gatot Kaca, sang kesatria Pringgadani (Jawa = pringgodani) yang jadi jagoan para dewa di kahyangan.Â
Bahwa berpuasa di bulan suci Ramadan dengan ihlas dengan mengharap ridhoNya ibarat Gatot Kaca yang menggembleng dirinya di dalam kawah Candradimuka.Â
Segala sifat keangkara-murkaan dan beragam perilaku buruk yang ada pada diri Tetuka seperti sifat dan watak buruk para raksasa akan lebur setelah berendam dalam kawah Candradimuka.Â
Kaum muslimin dan muslimat yang telah menunaikan ibadah puasa sebulan penuh nantinya akan menjadi pribadi yang unggul nan tangguh yang bertakwa serta berakhlakul karimah bak tokoh Gatot Kaca yang berotot kawat dan bertulang besi setelah di dalam dirinya melebur berbagai kesaktian dari para dewa.Â
Menambah skill selama RamadanÂ
Setiap amal kebajikan, sekecil apapun kebaikan yang diperbuat ketika sedang menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadan akan diganjar Allah dengan pahala berlipat.Â
Jangankan menahan diri dari haus dan lapar serta apa saja yang membatalkan puasa, tidurnya orang yang sedang menjalankan ibadah puasa saja juga dicatat Allah sebagai amaliah yang berpahala.Â
Amal sholeh di bulan suci Ramadan tidak hanya mengaji, membaca Al-Quran, bersedekah dan mengerjakan sholat malam. Lebih dari itu, mendaya-gunakan segala potensi diri dan apa saja yang ada di dalam rumah hingga mendatangkan banyak manfaat bagi diri sendiri, orang lain serta lingkungan di sekitarnya pasti akan dinilai Allah sebagai amal kebaikan yang berpahala.Â
Merebaknya pandemi yang tak kunjung usai menuntut kita semua, tak terkecuali umat Islam seperti kami untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes) yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan WHO.Â
Menghindari kontak fisik dan kerumunan massa (physical / social distancing) dengan banyak berdiam di rumah diharapkan dapat memutus mata rantai transmisi Covid-19 apalagi kini telah tersiar kabar munculnya varian baru yakni E484K yang dikhawatirkan tidak mempan terhadap vaksin yang ada.Â
Menjalankan ibadah puasa dan anjuran prokes untuk tinggal di rumah saja tampaknya saling bersinergi. Kita berharap dengan banyak berdiam di rumah supaya puasa kita tidak batal dan mendapatkan pahala berlipat.Â
Beternak ikan, berkebun dan menyulam di sela-sela puasa kamiÂ
Masih mending kakak-kakak admin Kompasiana masih punya kesempatan meniti karir di usianya yang masih terbilang belia itu. Kalau sekarang jadi admin, siapa tahu nanti entah kapan naik jabatan jadi komisaris utama.Â
Lah wong saya ini sudah telanjur tuwir he..he..he.., sehingga harus benar-benar bertindak efektif dan efisien dengan apa yang ada. Nyaris enggak punya target menambah skill mengingat usia sudah terbilang tidak muda lagi.Â
Tapi alhamdulillah masih diberikan kekuatan dan kesehatan oleh Allah serta masih ada spirit di dalam dada ini. Nasihatnya nih, jangan pernah berputus asa dari Rahmat Allah.Â
Meski tidak profit oriented namun kami amat bersyukur, di dalam rumah kami yang bertipe L 4 (Loe Lagi Loe Lagi) itu, kami masih bisa melakukan berbagai aktivitas bermanfaat selain berpuasa. Beberapa diantaranya : berkebun, memelihara ikan dan menyulam.Â
Sementara saya lebih tertarik beternak ikan lele dan membantu istri mengisi sudut-sudut halaman rumah kami yang sekiranya bisa diisi pot tanaman hias.Â
Saya memanfaatkan halaman rumah yang tak begitu luas itu, kira-kira 2,5x3x1 meter kubik untuk pembesaran ikan lele, buat hiburan di kala pandemi seperti sekarang ini. Kalau pingin lele goreng atau pecek lele ya tinggal jaring saja he..he..he.. .Â
Untuk sementara ini kami mencoba membesarkan lele-lele monster sampai ukuran maksimal. Tempo hari, saya evaluasi sudah ada puluhan lele berukuran besar. Beberapa diantaranya panjangnya sekitar 60 sentimeter sejak tebar benih 5 bulan yang lalu.Â
Semoga saja ibadah puasa kami dan beragam amaliah lainnya termasuk aktivitas berkebun, beternak ikan dan membuat kerajinan dari kain strimin bak Tetuka menerima berbagai kesaktian di dalam kawah Candradimuka (he..he..he..kelincipen rek). Menjadikan kami insan-insan yang bertakwa, ulet dan tangguh sampai ajal menjemput kami, Aamiin YRA. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H