...Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita. Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang...
Sadar atau tanpa disadari manusia seperti kita ini cenderung untuk berbuat salah dan dosa. Bumi ini sepertinya penuh oleh perbuatan dosa manusia sehingga Tuhanpun sebagai Sang Khalik menegur tingkah polah kita yang berlumuran dosa dan kesalahan itu.Â
Merebaknya pandemi Covid-19 yang tak kunjung redah boleh jadi merupakan salah satu bentuk teguran Sang Khalik karena refleksi perbuatan dosa manusia itu sendiri.Â
Maka di bulan suci Ramadan ini, bulan yang di dalamnya penuh hikmah, rahmat dan maghfirah, yang kedatangannya selalu kita rindukan, kiranya menjadi momentum yang tepat untuk merefresh sekaligus mereparasi kembali tingkat ketakwaan (keimanan) kita.Â
Seperti halnya ibadah sholat yang didirikan dengan harapan agar seorang muslim bisa terhindar dari perbuatan keji dan munkar maka berpuasa di bulan suci Ramadan wajib ditunaikan dengan harapan agar kaum muslimin dan muslimah yang menjalankan itu menjadi insan yang sebenar-benarnya bertakwa.Â
Sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi : Yaaa ayyuhalladzina aamanuu kutiba 'alaikumush shiyaamu kamaa kutiba 'alalladzinaa ming qablikum la'allakum tattaqun.Â
Yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".Â
Menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadan merupakan ibadah yang sangat diutamakan.Â
Dalam sebuah hadis qutsi Allah berfirman yang artinya : "Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya".Â
Rahmat Allah berupa ampunan dosa merupakan sesuatu yang sangat luar biasa dan untuk itu bisa ditempuh dengan cara menjalankan ibadah puasa dengan ihlas mengharap ridho Nya.Â
Sebagaimana tercantum dalam sebuah hadis berbunyi : "Barangsiapa yang berpuasa Ramadan didasari keimanan dan mengharap pahala dari Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".Â
Berpuasa di tengah pandemiÂ
Untuk kedua kalinya kita mengalami Ramadan di masa pandemi. Umat Islam yang kondisi kesehatan jasmani dan rohaninya bagus meski pandemi masih berlangsung tetap diwajibkan menunaikan ibadah puasa.Â
Merebaknya pandemi yang tak berkesudahan bukan menjadi penghalang bagi seorang muslim dalam menjalankan ibadah puasa. Justru di masa pandemi ini memungkinkan ibadah puasa yang dijalankan oleh seorang muslim menjadi lebih khusyu.Â
Untuk menekan penularan Covid-19 maka poin-poin protokol kesehatan (prokes) sangat disarankan (hukumnya wajib kali ya) untuk dijalankan.Â
Salah satunya dengan menghindari kerumunan massa (physical / social distancing) dan bagi mereka yang tidak ngantor alias jobless seperti saya he..he..he..sebaiknya lebih banyak tinggal di rumah (#stayathome atau #dirumahsaja).Â
Harapannya, ketika lebih banyak tinggal (diam) di rumah itu hasrat untuk kluthusan (bepergian keluar rumah) menjadi berkurang.Â
Godaan (segala hal) yang membatalkan ibadah puasa yang mungkin saja muncul saat kluthusan diharapkan juga berkurang dan ibadah puasa pun menjadi sarat akan pahala tidak sekadar menahan haus dan lapar.Â
Berpuasa secara ihlas dan khusyu serta mengerjakan berbagai amal sholeh lainnya di bulan suci Ramadan yang kita jalankan di masa pandemi ini merupakan obat mujarab untuk mengikis segala noda dan dosa sekaligus meningkatkan ketakwaan kita. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H