Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebih Baik di Sini, Rumah Kita Sendiri

31 Maret 2021   21:52 Diperbarui: 1 April 2021   03:18 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang-orang tertentu rumah atau tempat tinggal yang dibangun tidak sekedar aman dan nyaman untuk beristirahat (tidur) melainkan harus memiliki nilai lebih. Misalnya selain memenuhi syarat kesehatan rumah tadi harus indah dan sedap dipandang mata. Dengan lain perkataan, rumah hendaknya memenuhi aspek eksotika dan estetika. 

Tak bisa dipungkiri bila rumah merupakan refleksi dari tingkat ekonomi seseorang. Sebagian orang kadang memiliki selera unik. Mereka membangun rumah bukan dari batu bata merah, batu putih (kapur / karst) atau heibel (bata ringan) yang kini lagi booming melainkan dari bilah-bilah papan kayu jati berkualitas, kayu jenis apa saja atau bahkan dari bambu. 

Bagian-bagian tertentu dari rumah kayu tadi dibuat semenarik mungkin (berukir) dengan harga yang cukup fantastis. Kadang orang lupa dan hanya menganggap bahwa "rumah impian" hanyalah sebatas rumah yang  telah memenuhi syarat kesehatan, estetika (aspek seni dan keindahan) dan eksotika (aspek daya tarik khas karena belum banyak dikenal umum). Anggapan itu identik dengan hal-hal yang berbau bangunan fisik rumah semata. 

Baiti jannati (Rumahku Surgaku) 

Tapi sebagian orang lainnya memiliki pandangan yang berbeda tentang rumah impian (idaman). Mereka tidak mengesampingkan aspek manusia (keluarga) yang tinggal dalam rumah itu. 

Ibarat muka (wajah) seseorang maka bukan hanya cantik luar (wajah) nya saja melainkan juga harus cantik hati (amaliah perbuatan) nya (inner beauty). 

Kebahagiaan dan ketentraman keluarga lebih diutamakan. Konsep ini nampaknya selaras dengan ajaran Islam, "baiti jannati" (rumahku surgaku). 

Halaman depan (kamar tamu) (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Halaman depan (kamar tamu) (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Menurut Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, konsep baiti jannati lebih mengarah ke sikap mental anggota keluarga yang berinteraksi dalam rumah tersebut. Sama sekali tidak menyinggung bangunan fisik rumah. 

Ada tiga akhlak utama yang harus diperhatikan untuk membangun "Baiti Jannati, Rumahku Surgaku." 

Pertama, komunikatif. Artinya, aktiflah berkomunikasi dengan Allah, orang tua, mertua, pasangan, dan putra-putri Anda. 

Ketika bangun tidur, sebelum menyapa siapa pun, sapalah Allah dengan berdoa, "Wahai Allah, terima kasih, Engkau masih berkenan memberi saya tambahan hidup, setelah tidur semalam. Saya akan berhati-hati dalam hidup, sebab saya pasti suatu saat kembali kepada-Mu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun