Di tengah merebaknya makanan asing, makanan tradisional kurang terlihat eksistensinya, itu faktanya. Orang kini lebih memilih antre di gerai pizza ketimbang sabar menunggu penjual Bubur Ayam Betawi lewat depan rumah. Anak-anak lebih familiar dengan fried chicken daripada kue jenang atau koci-koci yang unik itu.Â
Makanan tradisional, entah itu berupa makanan utama atau kue-kue (jajan) biasanya memang terlihat sederhana dan low profile. Coba kita lihat lebih dekat kuliner Semanggi Surabaya atau Bubur Manado. Maaf beribu maaf nih, bumbu (pecel) semanggi itu terlihat seperti lumpur (comberan) begitu pula dengan Bubur Manado yang terkesan njelehi atau nggilani (malas karena menyebalkan).Â
Tapi, bagaimanapun penampilan dan keadaan kuliner tradisional tadi toh kita sebagai anak bangsa wajib mencintai, mengagumi dan melestarikan keberadaannya sebagai khazanah kuliner nusantara di tengah gempuran beragam makanan asing.Â
Kerak telor mengingatkan saya akan nasi yang dibiarkan terlalu lama dalam rice cooker (posisi hidup / on). Nasi di bagian bawah panci rice cooker akan menjadi hangus (gosong) dan keras mengerak (membentuk "intip" = Bahasa Jawa atau kerak).Â
Kerak telor sepintas terlihat sederhana karena hanya berupa makanan yang sengaja dibuat gosong dan mengerak. Meski demikian itu merupakan makanan tradisional khas Jakarta dan mendapat tempat tersendiri di lubuk hati para penikmatnya.Â
Dalam kenyataan di pasaran, para penjual kerak telor ada yang menggunakan bahan dari ketan tapi ada juga yang menggunakan beras (nasi). Mana yang lebih baik?Â
Kabarnya, kerak telor yang dibuat dari ketan dan telur bebek rasanya akan lebih enak. Teksturnya terasa banget ketimbang yang dibuat dari gabungan telur ayam ras dan beras nasi biasa.Â
Sebagai makanan tradisional, bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kerak telor juga murah dan mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional sekitar tempat tinggal kita. Seperti ketan, ebi (udang yang dikeringkan), kunyit (kunir), serundeng (parutan kelapa yang dibumbui dan digoreng), garam, lada, merica dan bawang goreng.Â
Setelah mengering dan menjadi kerak, penggorengan (wajan) dibalik dan ketan yang mengerak tadi dihadapkan langsung dengan bara api di tungku pembakaran.Â
Wow..setelah itu dihasilkan kerak telor dengan rasa yang khas yang merupakan perpaduan kerak telor lengkap dengan beragam bumbu dan ebinya menyatu dengan aroma asap dari tungku pembakaran. Untuk lebih detilnya, tak ada salahnya kita simak cara pembuatannya. Â
Resep kerak telor
BahanÂ
Siapkan 100 gram (1 ons) ketan yang sudah dicuci bersih, lalu rendam selama minimal 3 jam. Lebih lama lebih baik. Air sebanyak 250 mililiter. Beberapa butir telur bebek atau telur ayam. 100 gram kelapa parut, selanjutnya disangrai untuk taburan.Â
15 gram ebi (udang kering) diseduh, disangrai lalu dihaluskan. 30 gram bawang merah digoreng kering. 1 sendok makan minyak goreng untuk menumis. Bawang merah goreng untuk taburan. Â
4 buah cabai merah keriting, 1 siung jahe, 3 siung kencur, setengah sendok teh merica butir, 3 siung bawang merah dan 1 siung bawang putih.Â
Cara membuat kerak telorÂ
Buat serundeng sebagai bahan campuran dan bahan taburan kerak telor dengan cara disangrai. Tumis bumbu halus hingga harum.Â
Masukkan kelapa parut, garam, gula pasir dan 2 sendok makan ebi halus yang dimasak dengan api sedang sambil diaduk hingga kelapa kering dan berwarna kuning kecoklatan. Angkat lalu sisihkan.Â
Panaskan minyak lalu tumis bumbu halus hingga harum. Tuangkan satu setengah sendok makan ketan pada wajan. Siram dengan 3 sendok makan air rendaman ketan dan biarkan hingga agak kering.Â
Siram campuran ke atas ketan pada wajan lalu aduk sambil ratakan. Atur ketebalan sesuai selera. Tutup wajan hingga matang lalu balik wajan di atas api, biarkan sampai matang.Â
Taburkan serundeng / kelapa sangrai dan bawang goreng sebelum disajikan. Akhirnya selamat menikmati. Nyahok kan! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H