Menulis tentang misteri kepurbakalaan yang belum terungkap mengingatkan saya akan sosok arkeolog sejati yang juga kompasianer handal yakni Pak Djulianto Susantio, Wuri Handoko dan kalau di Jawa Timur kita juga mengenal Mas Teguh Hariawan, Mbah Ukik dan Ikrom Zain yang meski bukan arkeolog namun ketertarikannya pada dunia kepurbakalaan boleh dibilang setara dengan ahlinya.Â
Mereka tak jarang membuat catatan tentang situs-situs purbakala yang mereka datangi.Â
Saya sendiri sebenarnya bukan seorang arkeolog yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian khusus di bidang kepurbakalaan namun karena alasan suka dan dilandasi ajian Bondo Nekad (bonek) maka jadilah saya arkeolog gadungan he..he..he.. Â
Makanya untuk keperluan ini saya mencoba menyolek beberapa kawan kompasianer yang memang memiliki ilmu, keahlian atau pengetahuan memadai tentang dunia kepurbakalaan.Â
Siapa tahu kawan-kawan tadi pernah melakukan riset atau penjelajahan ke Ranu Kumbolo dan melihat langsung Prasasti Ranu Kumbolo itu atau setidaknya ikut memberikan saran serta masukan seputar prasasti itu.Â
Menurut beberapa sumber media online, kalimat berbahasa Jawa Kuno tadi bermakna "perjalanan spiritual yang dilakukan Kameswara dalam mencari air suci". Coba kita kupas kata demi kata kalimat Ling Deva pu Kameswara tirthayatra ini.Â
Pendapat para ahli tentang tulisan prasasti
Menurut sebagian arkeolog, kata Kameswara merujuk (ditafsirkan) pada nama raja Kerajaan Kadiri yang bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita Digjaya Uttunggadewa.Â
Sri Kameswara adalah raja ketujuh dari Kerajaan Kediri, hal ini tercantum dalam Prasasti Ceker tahun 1182 masehi serta Prasasti Kakawin Smaradhana. Masa pemerintahan raja Sri Kameswara sekitar tahun 1180 masehi - 1190 masehi.Â