Surabaya sudah sejak lama dikenal sebagai kota yang maju dalam bidang industri, dagang, maritim dan pendidikan atau biasa disingkat dengan Indamardi.Â
Keberadaan sungai di Surabaya pada masa lalu sudah menunjukkan perannya terutama di bidang perdagangan. Sungai menjadi sarana transportasi yang sangat penting selain laut dan Jalan darat.Â
Kali Mas tempo dulu (Wikipedia)
Kali Mas (Sungai Mas), sebagai sungai yang membelah Kota Surabaya merupakan satu-satunya sarana transportasi penting di masa itu. Para saudagar (pedagang) dari berbagai daerah di tanah air maupun mancanegara yang akan membawa dagangannya ke berbagai kampung atau desa di Surabaya dan daerah-daerah lain di sekitarnya harus melalui Kali Mas. Pendek kata, Kali Mas menjadi salah satu sarana transportasi yang sangat strategis di masa itu. Â
Ketika Kali Mas masih berfungsi sebagai sarana transportasi sungai (Wikipedia)
Pada masa kolonialisme Belanda di Surabaya, kondisi Kali Mas masih bersih, jauh dari polusi. Kapal-kapal berukuran kecil atau perahu lalu-lalang melewati Kali Mas yang waktu itu mungkin masih lebih lebar daripada keadaan sungai yang sekarang. Kalau boleh dibandingkan mungkin tak berbeda jauh dari sarana transportasi sungai di Belanda atau Venesia (Italia). Â
Penumpang perahu (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Seperti kita ketahui bersama, di Negara Belanda banyak kita temukan sungai-sungai kecil (kanal) dan Indonesia waktu itu dibawa pengaruh Belanda sehingga disain Kota Surabaya, termasuk sarana transportasi airnya, sedikit atau banyak dipengaruhi Belanda sebagai negara penjajah.
Menunggu perahu lewat (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Lalu apakah Kali Mas masih ada hingga sekarang ini? Kali Mas merupakan pecahan Kali Brantas yang berhulu di Kota Mojokerto, mengalir ke arah timur laut dan bermuara di Surabaya, menuju Selat Madura. Kali Mas menjadi batas alam Kabupaten Sidoarjo dengan Kabupaten Gresik, karena memang kedua kota itu letaknya saling berdekatan dengan Surabaya. Â
Gedung bertingkat di dekat Kali Mas (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Sepanjang Kali Genteng, Kali Ketabang atau Ketabang Kali (Sungai Ketabang) hingga sungai di samping Monumen Kapal Selam (Monkasel), Kali Jembatan Merah, Kali Peneleh hingga ke Tanjung Perak atau Selat Madura merupakan jejak Kali Mas di masa lampau.Â
Asik berperahu (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Kala itu Pelabuhan Tanjung Perak belum ada, sementara pelabuhan lautnya berada di muara Kali Mas. Daerah sepanjang Kalimas terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
Westerkade Kali Mas (sebelah Barat Kalimas) dan
Osterkade Kali Mas (sebelah Timur Kalimas), atau oleh masyarakat Surabaya biasa disebut daerah
kulon kali dan
wetan kali. Â
Monumen Surabaya yang turut memercantik Kali Mas (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Daerah wetan kali merupakan daerah perdagangan, mulai dari Kembang Jepun, Pabean Cantikan, Kapasan, hingga kearah utara Jalan K.H. Mas Mansyur (Pegirian, Nyamplungan, Ampel dan lain sebagainya).Â
Yang termasuk daerah kulon kali antara lain kawasan Gresik, Kali Sosok dan di sekitar Tanjung Perak Barat.
Gaya hidup Bangsa Belanda yang dikenal suka berdansa, berpesta dan berfoya-foya turut mewarnai sejarah Kali Mas. Kabarnya nih, pada masa Belanda di Surabaya, Gedung Negara Grahadi yang kini dijadikan kediaman gubernur Jatim itu dulunya menghadap ke arah Kali Mas sekarang Sungai Ketabang Kali.Â
Didisain demikian karena tuan dan nyonya Belanda yang menghuni Gedung Grahadi itu memang suka asik menikmati suasana sore sambil minum teh atau berpesta pora sambil menyaksikan lalu-lalang perahu pedagang yang melintasi Kali Mas.Â
Jembatan gantung di atas Kali Mas (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Dari pintu gedung Grahadi dibuatkan jembatan gantung yang menyeberangi Kali Mas hingga ke pinggir sungai yang sekarang bernama Taman Prestasi. Keberadaan jembatan gantung warisan Belanda itu hingga kini masih terlihat keberadaannya, dulu sempat difungsikan tapi belakangan ditutup kembali.Â
Pangkalan perahu di Taman Prestasi (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Lain dulu lain sekarang, roda sejarah terus berputar. Kali Mas yang sekarang sudah jauh berbeda dengan ketika di zaman Belanda atau masa-masa sebelumnya. Akibat pemekaran kota dan perluasan pemukiman penduduk menjadikan Kali Mas menjadi sempit dan kurang terawat.Â
Belakangan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bekerja keras merevitalisasi kembali Kali Mas agar selain terlihat lebih bersih juga turut memercantik Kota Surabaya. Sasaran dipusatkan di sepanjang Sungai Ketabang Kali hingga Kali Genteng (Gedung Siola).Â
Pemkot Surabaya berupaya menjadikan sungai itu bukan sebagai sarana transportasi air seperti di masa Belanda dan masa-masa sebelumnya melainkan sebagai destinasi wisata yang menarik bagi warga Surabaya dan sekitarnya.Â
Warga Surabaya dan sekitarnya diajak naik perahu bermotor (speed boat) dengan dua pilihan rute yaitu jalur pendek dan jalur panjang. Sementara pangkalan (dermaga) perahunya berada di Taman Prestasi, Jalan Ketabang Kali No. 6 Surabaya.Â
Rute pendek mulai Taman Prestasi ke Monumen Kapal Selam (Monkasel) terus kembali ke Taman Prestasi lagi. Sedangkan untuk rute panjang, berawal dari Taman Prestasi ke Monkasel berlanjut ke Kali Genteng (Siola) terus kembali ke Taman Prestasi lagi.Â
Wisata menyusuri Kali Mas ini dibuka setiap hari, namun waktu atau jamnya perlu diperhatikan. Khusus hari Senin-Jumat, dibuka mulai jam 08.00 pagi hingga jam 15.00 WIB sore, break sebentar lalu buka lagi jam 18.00 sampai 21.00 WIB.Â
Sedangkan pada hari Sabtu, dibuka mulai pukul 08.00 sampai jam 13.00 WIB, lalu buka lagi jam 18.00 sampai pukul 21.00 WIB. Khusus hari Minggu, dibuka mulai pukul 07.00 sampai jam 12.00 WIB, lalu buka lagi pukul 18.00 hingga jam 21.00 WIB.Â
Naik perahu menyusuri Kali Mas Surabaya di malam hari menghadirkan sensasi dan panorama yang berbeda.Â
Pihak pengelola menghiasi jalur sepanjang Kali Mas dengan lampion lengkap dengan teknologi lampu berwarna-warni sehingga dari kejauhan tampak keren. Pastinya menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Ongkos naik perahu juga sangat terjangkau yakni cuma empat ribu rupiah per orangnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya