Bagi sebagian orang, tak terkecuali kaum ibu, merebaknya pandemi Covid-19 ternyata menjadi kendala tersendiri. Kaum ibu yang umumnya lebih banyak tinggal di rumah itu sedikit atau banyak merasa terbebani oleh anak-anaknya yang kini juga sedang menjalankan program belajar online. Mau tak mau, seorang ibu wajib mendampingi gaya belajar si anak yang lagi ngetrend di musim pandemi ini. Â
Harus diakui cara belajar sistem online (daring) tak jarang dikeluhkan oleh sebagian ibu-ibu lantaran harga paket internet yang cukup mahal, selain itu model belajar seperti ini tidak begitu familiar karena selama ini mengandalkan peran guru yang bertugas menyampaikan materi pelajaran di depan ruang kelas. Â
"Kapan marine pandemi iki, suwe-suwe sirah iki iso tambah mletek" (kapan pandemi ini berakhir, lama kelamaan kepala ini bisa meledak) ungkap sebagian ibu-ibu yang pernah saya dengar. Â
Yap, pandemi yang kian merebak di berbagai belahan dunia bahkan kini sudah mulai santer terdengar varian baru dari Covid-19 itu tak pelak mengakibatkan stres (tekanan) mulai dari ringan hingga berat. Â
Pada suatu siang kami berkesempatan mengunjungi kediamannya di kawasan Desa Lambangan, Wonoayu -Sidoarjo. Indah demikian sapaan akrab sang ibu yang kini berputra tiga dan bercucu lima itu boleh dibilang telah berhasil mengelola waktu luangnya yang oleh sebagian ibu-ibu lainnya justru dianggap tidak bermanfaat atau terbuang percuma. Â
Meski bukan tergolong wanita karir yang harus mondar-mandir ke kantor untuk urusan bisnis atau pekerjaan namun perempuan berambut putih berusia 58 tahun itu terlihat begitu bersemangat mengisi hari-harinya. Â
"Yo ngene iki kesibukanku bendinane" (ya seperti ini kesibukan saya setiap harinya) ungkapnya sambil mengamati satu persatu koleksi tanaman hiasnya.Â
Halaman rumah Bu Indah terlihat indah dan menyegarkan karena dipenuhi tanaman hias. Beraneka pot bunga dengan model dan warna beragam diletakkan berjajar rapi, disesuaikan dengan penerimaan cahaya matahari. Â
Pot-pot tanaman hias tadi kemudian ditempatkan di atas pilar. Masing-masing pilar dipilih dengan model, warna dan ketinggian yang berbeda. Pilar yang paling tinggi ditempatkan di bagian belakang sendiri. Sehingga dari kejauhan tanaman-tanaman tadi seolah berada pada sebuah trap tangga. Â
Untuk media tanam, Indah menggunakan campuran yang terdiri dari : tanah gembur (top soil), pasir Bromo dan pupuk organik (kompos atau kotoran kambing) yang sudah matang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Sebagai ibu rumah tangga ia tak selalu mengandalkan keuangan dari suaminya. Kadang dari tanaman-tanaman hias yang dirawatnya itu laku terjual dan hasilnya digunakan untuk keperluan rumah tangganya. Â
"Keno kanggo hiburan lan iso didol nek ono sing gelem" (sebagai hiburan dan bisa dijual bila ada yang berminat) ujarnya sambil tersenyum lebar. Sejak masih berusia muda Indah memang sudah menyukai tanaman hias. Ketika sedang booming anthurium yang kala itu bisa berharga hingga ratusan juta rupiah, Indah termasuk yang getol memanfaatkan momen itu. Â
Berkebun tanaman hias bagi Indah bukan sekedar menyalurkan hobi. Lebih dari itu, menggandrungi tanaman hias justru menjadi hiburan (anti stres) yang handal dalam mengatasi himpitan rutinitas hidup di tengah pandemi seperti sekarang ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H