Candi Dermo sudah berulang kali mengalami perbaikan setelah renovasi pertama yang dilakukan oleh pemerintah Belanda pada kurun waktu 1905 sampai 1915.Â
Pemerintah Belanda kala itu sempat melakukan renovasi dengan mengecor bagian belakang pintu Candi Dermo. Meski terlihat kurang menarik namun pengecoran itu bertujuan menyelamatkan bangunan candi dari keruntuhan.
"Setelah sekian lama terabaikan, baru pada tahun 2015 renovasi dimulai lagi," terang Hadi sapaan akrab Hadi Ismawanto usai mengecek hasil pekerjaan tukang candi.
Pria kelahiran 35 tahun silam itu mengatakan kalau dana yang diturunkan untuk perbaikan Candi Dermo tidak seketika itu turun sekaligus melainkan secara bertahap. Â
"Proses renovasi candi sempat terkendala dan libur 4 bulan selama terjadinya pandemi Covid-19 tahun 2020 yang baru lalu," lanjut Hadi. Â
Menurut bapak dua anak itu, bantuan yang diturunkan tidak hanya berupa uang namun juga dalam bentuk bahan (material) bangunan. Dana renovasi candi berasal dari Kementerian (dinas) Kebudayaan dan Pariwisata pusat dan bukan dari Pemerintah Daerah Sidoarjo.
Proses pemasangan batu bata Candi Dermo
Pekerjaan merenovasi candi ternyata tidak semudah mendirikan atau merenovasi bangunan modern. Menurut Hadi, untuk keperluan tenaga kerja (tukang) sengaja diambil dari warga Desa Candinegoro dan sekitarnya yang memang sudah memiliki keahlian khusus yakni keahlian dalam bidang konstruksi bangunan.Â
Namun soal teknis pengerjaan renovasi candi, para tukang tadi masih tetap mendapatkan bimbingan dan pengarahan para ahli dari Balai Pelestarian Bangunan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto, sebuah lembaga yang selama ini berkecimpung dalam upaya pelestarian situs-situs (candi) bersejarah di Jawa Timur.Â