Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ikhlas Berpuasa Menjauhkan Kita dari Amarah

26 Mei 2019   19:02 Diperbarui: 26 Mei 2019   19:10 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok.pri)

Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin mengajarkan bahwa amarah itu merupakan perbuatan setan. Sedangkan setan merupakan mahluk Allah yang diciptakan dari api. Untuk memadamkan api diperlukan air. Maka ketika seseorang telanjur berbuat amarah maka beristighfarlah lalu mensucikan diri dengan berwudhu. Sebelum membaca doa berwudhu terlebih dulu membaca a'uudzu billahi minas syaithanir rajiim (ta'awudz).

Amarah ibarat bara api yang menyala-nyala namun barangsiapa yang mampu menahan diri dari nafsu amarah padahal dia sanggup melampiaskannya maka Allah akan mengganjarnya dengan surga lengkap dengan para bidadari yang kecantikannya tak terbayangkan sebelumnya seperti diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Nafsu amarah menyebabkan perseteruan (pertengkaran)

Terjadinya perseteruan (pertengkaran) karena masing-masing pihak tidak bisa menahan amarahnya.
Seperti diriwayatkan Bukhari 6114 dan Muslim 2609 bahwa "orang yang hebat bukahlah orang yang memenangkan sebuah perkelahian. Namun orang hebat adalah orang yang bisa menahan emosi ketika marah."  

Maksudnya, menahan diri untuk tidak mengumbar ego superiornya. Tidak menganggap dirinyalah yang paling benar dan kuat. Bila dipandang perlu, maka seseorang yang dianggap mampu menjadi penengah (mediator) bisa dihadirkan. 

Seorang mediator sebaiknya dipilih sosok yang amanah dan tidak berpihak pada kubu manapun. Benar-benar netral dan memang ihlas bekerja untuk tercapainya upaya damai kedua pihak yang berseteru.  
Musyawarah merupakan cara untuk mencari solusi (penyelesaian) terhadap konflik yang terjadi. 

Dengan cara bermusyawarah, perdamaian kedua pihak yang berseteru diharapkan bisa dicapai. Perseteruan yang telanjur terjadi pastinya menimbulkan luka di hati. Untuk itu sikap saling memaafkan diperlukan agar suasana menjadi teduh dan damai serta tidak perlu lagi ngotot bahwa pihaknya yang benar.

Mengingat perseteruan ibarat bara api yang membinasakan maka upaya atau orang (mediator) yang ihlas bekerja untuk mendamaikan kedua pihak yang berseteru akan diganjar Allah dengan pahala yang derajadnya jauh lebih tinggi dari pahala sedekah, sholat dan puasa, seperti diriwayatkan oleh Abu Darda'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun