Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memasyarakatkan Kembali Daun sebagai Pengganti "Tas Kresek"

10 Mei 2019   22:45 Diperbarui: 10 Mei 2019   23:11 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon pisang selain diambil buahnya juga bisa dimanfaatkan daunnya (dok.pri)

Islam merupakan agama yang sempurna dan diridoi Allah. Islam bukan hanya untuk umat manusia melainkan juga untuk seluruh alam. Sehingga dikatakan bahwa Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin.

Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna karena di dalam Islam tidak hanya diajarkan bagaimana menunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman atau hubungan manusia dengan sesamanya (hablum minannas) dan hubungan manusia dengan Allah, Sang Khalik (hablum minallah). 

Lebih dari itu Islam juga mengajarkan hubungan manusia dengan alam (lingkungan) sekitarnya. Begitu banyak ayat-ayat dalam Al-Quran yang isinya pesan (ajaran dan nasehat) bahkan ancaman bagi manusia yang menelantarkan alam (lingkungan) sekitarnya.

Beberapa di antaranya berbunyi seperti berikut ini :

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (Ar Ruum : 41).

 "Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". (Al-Anbiya : 107)(1). 

 "Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)". (QS. Ibrahim 13:32-34)(2).

Namun manusia masih abai bahkan kitapun sebagai umat Islam kadang kurang memahami apalagi mengimplementasikan firman Allah tadi dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam bulan Ramadan yang penuh berkah ini menjadi momentum yang tepat untuk mengingatkan (mengajak) kembali betapa masalah kebersihan dan kelestarian alam (lingkungan) sama pentingnya dengan hubungan kita dengan sesama dan Tuhan.

Sampah plastik akibat gaya hidup konsumtif yang tak terhindarkan.
Islam mengajarkan bahwa Bulan Ramadan adalah bulan dimana segenap umat Islam berkewajiban menjalankan ibadah puasa (syahru syiam). Maksudnya kita dituntut untuk mengendalikan diri dari makan dan minum yang berlebihan. Menerapkan pola hidup sederhana dan bila perlu mengencangkan ikat pinggang. Harapannya dengan berpuasa secara ihlas itu nantinya gaya hidup yang konsumtif bisa dikendalikan.

Namun kenyataan berkata lain. Meski di bulan puasa daya beli masyarakat terutama kaum ibu terhadap berbagai kebutuhan untuk Ramadan dan Idul Fitri mendatang hampir bisa dipastikan meningkat tajam. 

Masyarakat luas terutama kaum ibu yang sedang berbelanja di pasar takjil, pasar tradisional bahkan di mal untuk berburu menu berbuka (takjil), bahan-bahan mentah sebelum dimasak dan berbagai kebutuhan lainnya pasti tak lepas dari bungkus berupa plastik sekali pakai (tas kresek).

Timbunan sampah tas kresek mengancam ikan dan organisme air lainnya.
Sepintas nampak sepele masalah plastik sekali pakai ini. Kadang kita asal buang saja setelah berbelanja. Tidak menyimpannya secara rapi dan menggunakannya kembali bila sewaktu-waktu diperlukan. 

Ketledoran kita itulah yang bisa berakibat fatal. Betapa begitu banyak sampah plastik sekali pakai (tas kresek, gelas es, sedotan (strew), botol kemasan air mineral dan lainnya) yang berjimbun memenuhi permukaan sungai atau bahkan laut sehingga menghambat aliran airnya. 

Kalau sudah terjadi seperti itu bukan tidak mungkin menyebabkan timbulnya banjir dan pastinya berdampak buruk bagi masyarakat dan kawasan sekitarnya. 

Sampah plastik sekali pakai dalam hal ini tas kresek dan lainnya merupakan bahan yang nyaris tak bisa terurai dan dikembalikan ke alam. Jika jumlahnya berjimbun sekian banyak di permukaan sungai selain dari segi estetika kurang sedap dipandang mata, tumpukan sampah plastik sekali pakai tadi juga membahayakan bagi ikan dan organisme air lainnya. Maka kerusakan lingkungan air (sungai / laut) perlahan namun pasti siap menghadang kita.

Nah..jadinya kita sebagai umat Islam (khususnya) belum bisa  mengamalkan Islam yang rahmatan lil alamin tentang arti penting menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Memasyarakatkan kembali daun sebagai pengganti tas kresek.
Hidup di zaman now menuntut segalanya serba canggih dan praktis. Ketergantungan dengan benda bernama tas kresek seolah sudah mendarah daging. 

Beragam cara ditempuh orang agar seminimal mungkin menggunakan tas kresek antara lain kalau beli makanan yang sudah masak sebaiknya membawa wadah sendiri dari rumah. Untuk mal tertentu seperti Lotte Mart biasanya menyediakan kardus-kardus dengan berbagai ukuran secara gratis disesuaikan dengan banyaknya barang yang dibeli.

Pernah tersiar kabar ada seorang jutawan yang bukannya menyimpan uangnya yang ratusan juta itu di kantor bank agar aman dari pencurian tapi malah membungkus uangnya dengan tas kresek dan menyimpannya di bawah bantal tidur.

Dulu..daun pohon jati sering digunakan oleh para pedagang ikan (bandeng) dan daging (sapi) sebagai pembungkus. Sekarang mungkin keberadaannya sudah mulai langka bahkan mungkin sudah tidak ada. Penggunaan daun jati oleh masyarakat modern sudah dianggap tidak praktis lagi. Atau mungkin keberadaan hutan jati yang memang semakin menyempit akibat pengalihfungsian menjadi kompleks perumahan warga atau pabrik. 

Sampah plasti bisa dibakar dalam drum bekas (dok.pri)
Sampah plasti bisa dibakar dalam drum bekas (dok.pri)
Daun pisang juga bisa dimanfaatkan kembali sebagai pembungkus bahan-bahan makanan tertentu yang dijual di pasar tradisional. Dengan begitu sedikit atau banyak akan mengurangi ketergantungan terhadap tas kresek.

Membakar tas kresek yang tak terpakai dalam drum bekas.
Jangan membuang tas kresek yang tak terpakai di sembarang tempat. Bila dipandang perlu tak ada salahnya membakar tas-tas kresek tadi bersama bahan sampah lainnya. Api dan asapnya bisa menjadi penghangat badan sekaligus pengusir nyamuk.

Agar asap tidak meluber kemana-mana dan mengganggu tetangga dekat maka sebaiknya tas-tas kresek bekas atau bahan sampah lainnya dibakar dalam drum bekas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun