Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pertama di Dunia, Jam Tangan dari Jamur Hasil Inovasi Putra Indonesia

13 Maret 2019   05:53 Diperbarui: 13 Maret 2019   06:04 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interior bangunan dari jamur (dok.Mycotech)

Masyarakat luas mungkin mengetahui kalau jamur dikembang-biakkan (dibudidayakan) hanya untuk pembuatan makanan, bahan baku perawatan wajah (kosmetika) atau berbagai keperluan yang berkaitan dengan pengobatan herbal.

Padahal banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari teknologi berbasis  jamur yang mungkin belum pernah dieksplorasi sebelumnya yang secara signifikan dapat memberikan benefit bagi masyarakat luas.

Berkat daya pikir dan kreasi seorang pemuda asal Bandung, organisme bernama jamur yang selama ini hanya identik dengan makanan dan obat herbal itu kini bisa disulap menjadi jam tangan dengan disain yang sangat menawan dan bernilai ekonomi tinggi.

Bersama beberapa rekannya, di bawah bendera Mycotech (PT. Miko Bahtera Nusantara), Bentang demikian sapaan akrab Mohammad Arekha Bentangan Lazuar beberapa hari lalu berhasil melepas inovasi terbarunya yakni jam tangan dari bahan kulit jamur.

Bangunan rumah dari jamur (dok.Mycotech)
Bangunan rumah dari jamur (dok.Mycotech)
"Masih banyak yang harus disempurnakan dari teknologi ini. Tapi potensinya yang besar menarik untuk diriset lebih jauh" ujar Bentang saat diwawancarai melalui saluran whatsapp, Minggu (10/03/2019). 

Lebih lanjut pria muda yang saat ini sedang menyelesaikan program doktor di Inggris itu mengatakan kalau teknologi ini terbilang masih baru, terutama di Indonesia, sehingga belum banyak orang yang mengetahui produk kulit dari miselium jamur ini. Dan Mycotech sebagai salah satu start up yang diarsiteki Bentang juga sudah mengajukan 3 paten di indonesia terkait teknologi jamur.

Ketika banyak orang menggandrungi dan fanatik sekali dengan perlengkapan busana yang terbuat dari bahan kulit hewan apakah itu ikat pinggang (sabuk), dompet, tas, sepatu, sandal dan beragam perlengkapan fashion lainnya, sebaliknya Bentang bersama timnya malah mencoba melawan arus. Ia berusaha mengenalkan kulit bukan sembarang kulit melainkan kulit yang terbuat dari jamur dipadu dengan kayu.

Menurutnya, kelebihan kulit dari miselium jamur adalah lebih cepat proses pembuatannya (hanya membutuhkan waktu seminggu), jauh lebih sedikit jejak karbonnya dan lebih sedikit menggunakan air dalam proses produksinya tanpa menambahkan senyawa kimia berbahaya seperti pada proses pengolahan kulit dari hewan. Selain itu, karakter kulit dari miselium jamur juga menyerupai kulit hewan sehingga bisa digunakan untuk menggantikan banyak aplikasi yang menggunakan kulit hewan tanpa harus membunuh hewan tersebut (1).

Bagaimana mekanismenya hingga dihasilkan bahan baku berupa kulit yang merupakan perpaduan miselium jamur dan kayu? Hanya Bentang dan rekan-rekannyalah yang tahu persis karena hal itu merupakan rahasia dapur Mycotech. 

Diakuinya, temuan kulit dari miselium jamur itu inspirasi awalnya dari tempe yang bahan bakunya berasal dari kacang kedelai dimana seluruh permukaannya telah ditumbuhi miselium (benang-benang halus yang tumbuh dari spora jamur, red).

Dengan perlakuan khusus, limbah pertanian yang dipadukan dengan miselium jamur tadi bisa dibentuk menjadi material padat, papan atau bahkan pipih seperti kulit.

Mycotech menamakan temuannya yang berupa kulit dari miselium jamur itu dengan istilah Mylea yang merupakan singkatan dari Mycelium Leather.

Hasil riset yang dilakukan Mycotech menyebutkan bahwa kulit yang dihasilkan dari miselium jamur juga fleksibel, kuat dan corak warnanya alamiah, mirip kulit hewan meski tanpa tambahan bahan pewarna kimia.

Untuk menghasilkan jam tangan dengan disain menarik, Mycotech melibatkan perusahaan lain.

Interior bangunan dari jamur (dok.Mycotech)
Interior bangunan dari jamur (dok.Mycotech)
"Jam tangan ini hasil kolaborasi sama brand jam lokal asal Bandung, Pala Nusantara. Jadi Mycotech suplai material miselium ke Pala, dan mereka yg membantu kita membuat jamnya" terang Bentang yang kini tengah merampungkan program Phd nya di Southamton University dengan spesialisasi Civil and Environmental Engineering itu. 

"Varian jamnya belum banyak, ada seri untuk pria dan wanita. Kita jual 3 jenis warna yaitu original, merah dan hitam. Kalo harganya karena kita dalam proses penjualan produk di platform Kickstarter maka kita jual dengan harga promo hanya 125 SGD, biasanya di harga normal 200 SGD" lanjut lelaki yang baru saja melepas masa lajangnya itu.

Untuk diketahui bahwa Mycotech sudah mulai berkiprah dalam teknologi jamur sejak tahun 2012. Kantor pusatnya terletak di Kota Bandung. Inovasi pertamanya berupa produk pangan yang dinamakan growbox. Kini inovasi produk mulai mengarah ke material bangunan dan fashion (3).

Meski Mycotech termasuk start up di Indonesia yang mulai berkembang pesat namun dalam perjalanannya sempat menemui sejumlah kendala.

"Sulitnya sih mencari referensi, contoh soal teknologi ini, karena kita salah satu yang pertama di dunia yang melakukan riset mendalam soal teknologi ini. Jadi banyak yang harus diuji coba" tukas pria yang lahir 28 tahun silam itu.

"Selain itu sulit mencari investor yang juga tertarik di topik bisnis ini karena banyaknya investor di indonesia masih fokus pada produk berbasis teknologi digital" tambah lelaki alumnus Fakultas Mikrobiologi ITB itu.

Namun pihaknya merasa optimis dan selalu berusaha keras mewujudkan cita-cita. Setelah melalui perjalanan panjang akhirnya Mycotech berhasil menarik perhatian investor yang berasal dari Amerika Serikat dan Jakarta sebagai partner. 

Bentang memiliki obsesi besar agar Mycotech menjadi start up bioteknologi pertama non digital yang akan menjadi unicorn dan dikenal di seluruh kawasan Asia dan dunia.

"Kami berharap Mycotech bisa menjadi roda penggerak untuk mengeksplorasi kelebihan-kelebihan teknologi berbasis jamur bagi kehidupan umat manusia yang belum dibayangkan sebelumnya" pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun