Kalau tak salah dengar, informasi yang pernah saya terima bahwa sekitar tahun 1990 an, Pusat Koperasi Karyawan Jawa Timur (Puskopkar Jatim) yang kala itu bertindak selaku fasilitator (developer) pernah membangun kompleks perumahan sederhana untuk para warga yang terdiri dari anggota TNI/Polri, PNS dan pegawai atau karyawan pabrik (swasta). Beberapa kompleks perumahan yang berhasil dibangun berlokasi di kawasan Driyorejo Gresik, Jatim.Â
Rumah-rumah yang telah dibangun Puskopkar Jatim terdiri dari beberapa tipe mulai dari tipe 21, 36 dan 45. Untuk ukuran zaman now, uang muka yang harus disetorkan agar bisa mendapatkan sebuah rumah sederhana boleh dibilang sangat murah, cukup dengan membayar 6,5 juta rupiah. Biaya angsuran sebulannya juga tak lebih dari seratus ribu rupiah untuk jangka waktu 15 tahun.Â
Semua urusan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ditangani langsung oleh Bank Tabungan Negara (BTN) yang kantornya berada di Jalan Pemuda Surabaya atau warga perumahan menyebutnya BTN Pemuda. Sedangkan urusan bangunan fisik rumah diserahkan langsung kepada Puskopkar Jatim yang waktu itu berkantor di Jalan Imam Bonjol (kawasan Pandegiling) Surabaya.
Kebetulan kami saat ini tinggal di rumah yang pemilik pertamanya menggunakan produk layanan KPR BTN. Pada tahun 2000 an kami sempat beli rumah tipe 36 (ukuran 6 X 12 meter persegi) secara tunai dengan harga murah meriah. Rumah itu akhirnya kami jual. Masih di kompleks perumahan yang sama namun beda blok, tahun 2007 kami beli lagi rumah sederhana tapi kali ini letaknya di sudut jalan sehingga ada kelebihan tanah 4 meter, luasnya mencapai 120 meter persegi (10 X 12 meter persegi).
Kondisi rumah dalam kompleks saat ini sudah pasti berbeda dengan 15 atau 20 tahun silam. Kala itu, uang 100 juta sudah bisa untuk membeli dua atau tiga rumah sederhana yang masih asli atau yang sudah direnovasi sebagian. Bahkan ada sebagian warga yang beruntung dengan hanya membeli seharga tidak lebih dari 20 juta rupiah untuk sebuah rumah tipe 36 yang masih asli namun bangunannya nyaris ambruk. Jadi harus merenovasi (rehab total) kembali bila ingin dijadikan tempat tinggal yang layak.
Kredit tidak di Acc BTNÂ
Meski tidak secara langsung membeli rumah dengan cara mengangsur (kredit) yang menggunakan layanan KPR BTN namun bagi kami BTN dengan layanan KPR nya itu tetap berjasa.Â
Kami akhirnya mendapatkan rumah sederhana dengan harga relatif terjangkau juga rumah KPR BTN yang kalau beli di tempat lain (yang bukan KPR BTN) untuk tipe yang sama boleh jadi harganya bisa dua kali lipatnya (lebih mahal).Â
Pada tahun 2005-2006 kami mencoba membeli rumah KPR BTN di kawasan Sidoarjo yang lokasinya berada tidak jauh dari tempat tinggal kami sekarang ini.
Semua persyaratan sudah kami penuhi. Uang muka dan tambahan biaya untuk meninggikan pondasi rumah baru juga sudah kami lunasi sesuai aturan developer. Suatu hari petugas BTN Sidoarjo mendatangi rumah kami untuk melakukan wawancara (survei) seputar penghasikan dan usaha yang kami tekuni.
Setelah menunggu sekian lama ternyata petugas BTN tidak kunjung memberi jawaban. Kami langsung menghubungi developer dan melalui stafnya kami akhirnya tahu kalau pengajuan KPR kami tidak disetujui (ditolak) oleh BTN. Mungkin masih belum rezekinya kali ya.
Kami sempat kecewa berat dan merasa kalau developer membodohi kami karena sudah menerima sebagian uang kami toh kenyataannya BTN menolak KPR yang kami ajukan. Kami minta kembali uang yang sudah kami setor ke developer. Sialnya lagi uang tidak kembali seratus persen melainkan dipotong sebagian dengan alasan berbelit-belit.Â
Ternyata di balik semua itu kami memetik hikmahnya. Kami tahu diri mengapa BTN tidak meng Acc KPR yang kami ajukan karena pendapatan dari usaha kecil kami itu tergolong Rok-rok Asem (tidak menentu atau pas-pasan, red). Sehingga petugas bank yang melakukan survei menyimpulkan kalau kami tidak layak mendapatkan kredit.
Tidak mendapatkan kredit bukan berarti tak punya rumah dan menjadi akhir segalanya. Kami tak putus asa, dengan uang yang tak banyak dan sudah sempat dipotong developer itu akhirnya kami bisa membeli secara tunai rumah KPR BTN tapi sudah lunas angsurannya dengan kondisi bangunan masih asli (nyaris ambruk).Â
Sedikit demi sedikit kami menabung dari hasil usaha kecil yang kami tekuni untuk biaya merehab rumah murah yang kami beli secara tunai tadi. Ibaratnya kami cuma membeli tanah saja mengingat bangunan rumah kala itu sudah tidak layak untuk ditempati.Â
Mungkin kalau pengajuan KPR kami waktu itu disetujui oleh BTN boleh jadi kami harus memforsir tenaga dan pikiran selama bertahun-tahun (15 -- 20 tahun) hanya untuk mengangsur biaya rumah setiap bulannya, mengingat kami termasuk kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang bagi BTN dianggap tidak mampu untuk membayar cicilan rumah.
KPR BTN bagi masyarakat berpenghasilan rendahÂ
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Kemen PU PR RI) memprakarsai program sejuta rumah yang antara lain ditujukan bagi MBR dengan suku bunga rendah dan cicilan ringan untuk pembelian rumah sejahtera tapak dan rumah sejahtera susun.
Untuk menjalankan program itu pemerintah menggandeng BTN melalui programnya KPR BTN Subsidi dengan beberapa kemudahan antara lain uang muka yang sangat ringan (mulai dari 1%), suku bunga tetap (fixed) sebesar 5%, jangka waktu pengangsuran hingga 20 tahun, dibebaskan biaya premi asuransi dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Khusus bagi user rumah tapak mendapatkan subsidi uang muka sebesar 4 juta rupiah. BTN juga menjalin kerjasama dengan banyak developer yang tersebar di berbagai penjuru tanah air.
Bukan bualan semata, BTN lah yang selama ini memang care terhadap keluarga-keluarga di Indonesia yang membutuhkan rumah tinggal bersubsidi maupun yang non subsidi. Dikutip dari laman republika.co.id, bahwa selama 69 tahun mengabdi untuk negeri, BTN telah menyalurkan dana sebesar 523 triliun yang sebagian besar disalurkan untuk program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi 4,5 juta keluarga di berbagai pelosok tanah air.
Berdasarkan data yang direcord per Juni 2018, BTN berhasil mengukuhkan diri sebagai market leader untuk KPR subsidi di Indonesia, menguasai lebih dari 94 persen. Sementara berdasarkan data per Maret 2018 untuk KPR secara nasional BTN menguasai sekitar 37 persen.Â
BTN peduli kaum milenialÂ
Produk-produk KPR BTN bukan hanya menyentuh berbagai kalangan termasuk masyarakat lapisan bawah atau yang identik dengan MBR. Kaum muda yang hidup di zaman milenium seperti sekarang ini di mana berbagai aspek kehidupan mereka tak bisa lepas dari teknologi digital (teknologi informatika dan internet) juga tak luput dari sentuhan BTN.Â
Seperti dilansir liputan6.com edisi 02/02/2019 bahwa BTN melalui produknya yakni KPR Gaesss sepanjang tahun 2018 yang lalu telah berhasil menjaring kurang lebih 6000 orang dari kelompok milenial yang berasal dari berbagai penjuru tanah air untuk mendapatkan rumah tinggal secara cepat, mudah dan pastinya terjangkau. Kucuran dana yang dikeluarkan mencapai 1,7 triliun, pada tahun 2019 ini ditargetkan jumlah user milenial akan bertambah menjadi dua kali lipat tahun kemarin.Â
Kemudahan yang diberikan BTN antara lain suku bunga 6,9% fixed setahun dalam rangka menyambut hari ulang tahun BTN yang ke-69 yang jatuh pada tanggal 9 Februari 2019 yang lalu.
Digitalisasi BTNÂ
BTN bukan lagi bank konvensional seperti anggapan sebagian kalangan, sejak tahun 2015 digitalisasi sudah mulai diterapkan kantor perbankan yang sangat kondang dengan produk KPR nya itu.
Digitalisasi dimaksudkan agar lebih mendekatkan BTN dengan masyarakat luas terutama kalangan milenial yang menghendaki efektivitas dan efisiensi. Kaum milenial yang identik dengan gawai dan internet itu akan bisa secara mudah, cepat dan murah mengakses berbagai layanan transaksi BTN.Â
Seperti dinukil dari laman kompas.com bahwa frekuensi penggunaan aplikasi perbankan oleh kaum milenial semakin meningkat seiring bertambahnya fitur transaksi karena milenial tadi menyukai fitur yang mempermudah aktivitas mereka, baik untuk bekerja atau sekedar hiburan. Mereka ini menjadi sasaran BTN karena kelak akan menyumbang pendapatan terbesar.
Aplikasi yang diunduh lewat Google playstore / appstore menjadi pilihan para nasabah, terutama kaum milenial karena memudahkan mereka untuk melakukan pembayaran tagihan kartu kredit atau asuransi, transfer dan membayar pembelian e-commerce serta melakukan top up digital payment seperti gopay dan sebagainya.
Seperti disampaikan oleh manajemen BTN bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, bank yang di masa kolonial Belanda (1897) bernama Postspaarbank ini telah meluncurkan BTN Digital Lounge yang kini diubah menjadi smart branch. Kemudian merilis Digital Solution yakni aplikasi perbankan untuk ponsel pintar selain internet banking BTN.
Kalau sebelumnya pengajuan KPR masih lebih banyak mengandalkan prosedur konvensional, kini dengan teknologi digital yang diterapkan BTN maka pada periode Januari - September 2017, jumlah pengajuan KPR secara online meningkat tajam menjadi 123 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, dari 3.264 aplikasi KPR menjadi 7.272 aplikasi KPR. Adapun realisasinya juga mengalami peningkatan dari 32 persen di periode tersebut atau menjadi sekitar 1.485 unit dari 1.127 unit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H