Masalah sampah (limbah) adalah masalah yang sangat krusial bagi umat manusia di muka bumi ini. Meski teknologi pengolahan dan pengelolaan sampah sudah maju dengan pesatnya, nyatanya masalah sampah masih tetap saja mencuat ke permukaan dan seolah menjadi bahan yang tak pernah habis untuk diperbincangkan.
Kita merasa gembira dan patut bersyukur setelah mendengar berita bahwa ada seorang ilmuwan yang telah berhasil menemukan bahkan mengembangbiakkan sejenis cacing yang mampu mendegradasi limbah plastik. Meskipun kebenaran penelitian itu masih perlu pengujian berulang-ulang hingga benar-benar terbukti kevalidannya.
Sudah banyak kita temukan pabrik pembangkit tenaga listrik yang menggunakan sampah rumah tangga sebagai bahan bakar pembangkit listriknya.Â
Sampah rumah tangga tadi dimusnahkan hingga menghasilkan energi panas dan partikel yang lebih sederhana dengan alat khusus yang bernama incinerator. Jadi tidak menggunakan batu bara yang dari sisi biaya mungkin lebih mahal.
Sebaliknya kita juga sering dihadapkan dengan berbagai kenyataan pahit bahwa meski kampanye kebersihan dan kelestarian lingkungan tak henti-hentinya digaungkan toh masih sering tersiar kabar kalau ada sungai atau laut penuh dengan sampah (limbah atau kotoran lainnya) sehingga dikatakan sungai atau lautan sampah.Â
Akibat dari pembuangan limbah pabrik atau rumah tangga, baik limbah padat maupun cair bila mengalir sampai ke sungai bahkan ke laut maka hampir bisa dipastikan akan merusak ekosistem sungai atau laut itu. Bukan hanya berbagai jenis ikan yang mati boleh jadi organisme penting lainnya juga ikut terkena dampaknya.
Kita juga tak jarang mendengar kabar kalau sumur-sumur warga di suatu daerah airnya tercemar oleh limbah tertentu sehingga airnya tidak layak lagi digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga.
Belum lama ini juga ada sebuah stasiun TV swasta yang menayangkan pembuangan limbah yang sebenarnya masuk dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) namun dilakukan secara serampangan. Dampaknya semakin hebat ketika ada seorang anggota masyarakat yang mengeluh kesakitan, kakinya menjadi bengkak akibat terkena limbah B3 tadi.
Penanganan sampah rumah tanggaÂ
Penanganan sampah rumah tangga juga tak boleh dianggap remeh. Bagi permukiman yang warganya kreatif, sampah rumah tangga bisa dipilah-pilah lagi menjadi bahan yang bermanfaat bagi kehidupan warga itu sendiri. Misalnya sampah rumah tangga yang berupa potongan sayur, buah atau bahan organik lainnya (sampah basah) bisa didekomposisi menjadi pupuk organik yang bermanfaat bagi tanaman.
Sementara sampah rumah tangga yang berupa plastik dan besi termasuk di dalamnya sampah kaleng aluminium (sampah kering) bisa disetor ke pabrik untuk kemudian didaur ulang. Atau dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan yang bukan saja menarik namun juga bernilai ekonomi.
Bagi permukiman yang warganya kurang kreatif (malas memilah-milah) maka sampah rumah tangga sangat tergantung dari petugas (tukang) angkut sampah. Ketika tukang dan truk pengangkut sampah tidak melakukan kegiatan rutinnya karena petugas sakit, truk rusak atau karena hal lain maka sampah dapurpun menjadi menumpuk di tong-tong (bak-bak) sampah bahkan meluber menimbulkan bau kurang sedap yang akhirnya mengundang perhatian tikus atau lalat.
Petugas angkut sampah rumah tangga lengkap dengan kendaraan truknya tentu diperlukan kesigapannya dan secara teratur mengangkuti sampah-sampah warga agar sampah tidak menumpuk, sebab bila telat mengangkut, tumpukan sampah tadi dikhawatirkan akan menjadi pemandangan yang kurang sedap dipandang mata.Â
Ajakan atau kampanye agar warga masyarakat tidak membuang sampah sembarangan jangan hanya slogan semata. Harusnya menjadi kesadaran kita bersama. Sudah menjadi tugas dan kewajiban petugas angkut sampah untuk secara rutin mengangkuti sampah-sampah dari rumah ke rumah namun masalah kebersihan lingkungan tetap menjadi tanggung jawab bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H