Bukan hanya alam dan potensinya yang menjadi kekayaan Negara Indonesia. Puluhan ribu pulau, adat istiadat dan beragam kebudayaan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote juga menjadi kekayaan Indonesia yang tak terkira nilainya.
Makanan khas (daerah / tradisional) yang menjadi elemen budaya Bangsa Indonesia ragamnya juga mencapai ribuan bahkan mungkin puluhan ribu jenis.Â
Di tengah populernya beraneka jenis makanan modern, makanan daerah seolah tergerus oleh hadirnya makanan modern tadi. Namun tidak serta merta tenggelam begitu saja. Tak sedikit orang atau berbagai kalangan yang tetap menaruh minat terhadap makanan daerah. Sehingga makanan daerahpun tetap lestari dan mendapat tempat tersendiri di relung-relung hati para penikmatnya.
Kangen serabi sebagai jajanan masa kecil kami
Salah satu contohnya ialah kue (jajanan) serabi. Kue serabi ada yang menyebutnya dengan istilah surabi (Bandung). Masyarakat Surabaya (Jawa Timuran) menggunakan istilah "srebeh" untuk menyebut nama serabi.Â
Sebagian masyarakat ada yang mengatakan kalau kue serabi identik dengan Kota Solo dan Bandung. Pendapat itu mungkin tak berlebihan karena memang yang sangat populer di tengah-tengah masyarakat kita memang kue serabi dari dua kota itu.Â
Sebenarnya beberapa daerah di Indonesia juga memiliki jajanan tradisional yang bernama serabi itu. Di Jawa Timur sendiri sejak kecil kami sudah mengenal dan sering menikmati kue yang bagian bawahnya cenderung gosong dan berkuah dari santan atau gula merah itu.
Masa kecil kami dulu sering menjadikan serabi sebagai pengganti sarapan pagi bila almarhumah ibu belum sempat menyiapkan makan pagi. Sampai sekarang kalau kebetulan melihat penjaja serabi keliling atau ada lapak  penjual serabi yang sedang mangkal di pinggir jalan saya suka kangen menikmati jajan sederhana itu.Â
Di pasar tradisional dekat rumah kami tak jarang kakak atau ibu sering membawakan kami kue serabi karena kala itu jenis kue tidak sebanyak seperti sekarang ini. Di sela-sela berbelanja ikan dan sayuran untuk makanan sehari-hari tak jarang kue serabi selalu menyertainya.
Kami pernah sesekali diajak untuk menemani ibu berbelanja sambil berburu kue serabi. Seorang perempuan paruh baya terlihat sedang asyik memasukkan adonan kue serabi ke dalam cetakan (wajan kecil / loyang) khusus. Setelah beberapa lama dengan alat semacam sutil (codet) si penjual membolak-balikkan kue serabi agar matang.