Keberadaan kolam berukuran sangat besar atau danau di tengah kawasan pemukiman warga sudah lama dikenal orang. Salah satu contoh riilnya adalah keberadaan Kolam Segaran yang terletak di daerah Trowulan, Mojokerto-Jatim. Kolam Segaran merupakan bangunan bersejarah warisan Kerajaan Majapahit yang hingga kini masih tetap terawat dengan sangat baik.Â
Para ahli sejarah purbakala berpendapat bahwa keberadaan Kolam Segaran selain sebagai bukti kejayaan Majapahit di masa silam, kolam yang berukuran sangat besar itu juga berfungsi sebagai AC nya Trowulan (Candra Wilwatikta) yang kala itu menjadi pusat (ibu kota) Kerajaan Majapahit. Dengan adanya Kolam Segaran, keadaan udara di kawasan ibu kota Kerajaan Majapahit menjadi sejuk.
Danau buatan itu kini juga ditemukan di banyak lingkungan kampus perguruan tinggi yang tersebar di berbagai penjuru tanah air bahkan mungkin juga ada di kampus-kampus yang tersebar di mancanegara atau di tempat-tempat tertentu, salah satunya seperti yang bisa kita saksikan di lingkungan Istana Bogor.Â
Danau buatan tadi selain sebagai ornamen yang diharapkan mampu menambah cantiknya suatu kawasan apakah itu kompleks perumahan (estate), kampus dan juga istana selain itu berfungsi sebagai penyejuk udara / penyegar suasana di sekitar kawasan itu.
Kota Gresik di Jawa Timur sebagai kediaman kami yang kondang dengan industri semen dan identik dengan wilayah perbukitan kapur itu ternyata juga memiliki danau buatan lho.Â
Kalau Anda atau sahabat lain berkesempatan mengunjungi Kota Gresik untuk keperluan tugas kerja, bertandang ke rumah saudara atau mungkin ingin menziarahi pusara para wali maka Anda bisa mampir ke danau buatan itu. Oleh masyarakat sekitarnya danau buatan tadi dinamakan Telaga Ngipik karena memang terletak di Desa Ngipik, Gresik.
Belum ada informasi yang jelas sejak kapan kawasan Desa Ngipik itu mulai dieksploitasi untuk keperluan industri semen, yang pasti dalam rentang waktu yang tak terlalu lama kemudian terbentuk kolam raksasa (cerukan) yang luasnya diperkirakan mencapai 20 hektaran.
Pada musim hujan cerukan yang berukuran sangat besar tadi dapat menampung air dalam jumlah yang sangat banyak sehingga terbentuklah telaga (danau). Pada musim kemarau panjang sekalipun air Telaga Ngipik tak pernah habis.
Sejak tahun 2002 manajemen industri semen mencoba melakukan pengelolaan terhadap potensi Telaga Ngipik dan memberi nama baru untuk telaga itu yaitu Giri Wana Tirta (1)(2).
Berbagai fasilitas penunjang bisa kita temukan di Giri Wana Tirta seperti warung kuliner, sarana ibadah, panggung hiburan, perahu air juga olah raga gembira seperti bungee jumping dan masih banyak lagi yang menjadikan telaga itu semakin menarik di mata masyarakat.
Meski sudah dipasang rambu larangan bahwa masyarakat dilarang memancing di Telaga Ngipik namun sebagian pengunjung tetap saja nekat memancing.Â
Mitos yang beredar tentang Telaga NgipikÂ
Keberadaan Telaga Ngipik tak lepas dari mitos yang berkembang di daerah itu. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, Telaga Ngipik ada penunggu gaibnya.
Namanya Buyut Sono, pusaranya berada di sebelah barat telaga ini. Adab dan sopan santun harus tetap dijaga saat menziarahi pusara beliau. Dilarang berbicara kotor atau bertingkah laku kurang sopan lainnya. Telaga Ngipik berada 1,5 kilometer sebelah barat Alun-alun Gresik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H