Bangunan bendung atau biasa disebut bendungan merupakan sarana infrastruktur yang sangat penting bagi sebuah wilayah.Â
Kalau di Jakarta kita mengenal bendungan atau pintu air Manggarai, di Bogor-Jabar juga ada bendungan Katulampa maka Kota Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur juga punya dua bendungan yakni bendungan (pintu) air Jagir dan bendungan Gunung Sari.
Pintu air Jagir merupakan bangunan bendung cagar budaya warisan kolonial Belanda yang sudah ada sejak zaman Majapahit.Â
Kabarnya sih pintu air Jagir dulunya merupakan tempat bala tentara Kaisar Kubhilaikan menambatkan kapal-kapal perangnya sebelum melakukan serangan balasan kepada pasukan Jayakatwang dari Kerajaan Kadiri.
Meski oleh pemkot Surabaya telah dicanangkan sebagai bangunan cagar budaya namun hingga kini pintu air Jagir Wonokromo Surabaya masih difungsikan sebagai pengendali banjir di kota bersimbul ikan hiu (sura) dan buaya (baya) itu.
Gaya arsitektur khas Belanda dengan konstruksi bangunan yang kokoh dan terawat dengan baik menjadikan pintu air jagir sedap dipandang mata terutama pada malam hari dengan diterangi lampu hias berwarna-warni.Â
Sekitar bangunan bendung banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang, sebagian warga yang melintas ke kawasan itu menjadikannya sebagai jujugan untuk sekedar berteduh melepas rasa lelah sambil menikmati gaya arsitektur bangunan bersejarah itu.Â
Sebagian warga lagi sengaja mendatangi sungai sekitar bendungan untuk mengail ikan di sana.
Pintu air atau bendungan Gunung Sari sebenarnya juga sudah ada di masa kolonial Belanda di Surabaya. Belum diketahui secara pasti kapan mulai dibangunnya bendungan tadi, diperkirakan sebelum tahun 1930 an.Â
Sebagai sebuah pintu air, bendungan Gunung Sari baru selain sebagai pengendali banjir juga berfungsi sebagai penyedia air irigasi, air baku untuk PDAM dan industri di Surabaya serta sebagai bahan penggelontor Sungai Surabaya (Kali Mas dan Kali Jagir Wonokromo).
Masing-masing berukuran 4,75 X 14,30 meter persegi. Satu (1) pintu lainnya berukuran 5,75 X 8,00 meter persegi berfungsi sebagai pintu eksploitasi (1).
Kali ini sering dijadikan tempat latihan olah raga dayung oleh para anggota TNI. Biasanya setiap Bulan Agustus digelar lomba dayung di kali ini.
Pintu air atau Rolak Gunung Sari menghubungkan kawasan Gunung Sari dengan daerah Karah, Jambangan dan Ketintang Surabaya.Â
Masih di kawasan Rolak Gunung Sari, bisa kita temukan sentra Kuliner Pinggir Kali (KPK) dan pusat penjualan belut, kepiting, rajungan dan kerang kulit.Â
Nongkrong di warung KPK terasa asyik sambil menikmati beragam sajian menu makanan dan minuman sesuai selera.Â
Segarnya tiupan angin semilir dan panorama sungai beserta bangunan bendung Gunung Sari menjadi daya pikat tersendiri bagi mereka yang melintas di kawasan itu.Â
Tak hanya itu, bagi mereka yang doyan hewan seafood seperti kerang kulit, kepiting dan rajungan bisa mampir di sentra (Pedagang Kaki Lima) PKL Karah. Atau belutpun juga tersedia.
 Semua hewan dibeli dalam kondisi masih fresh dan sudah dibersihkan oleh si penjualnya sehingga pulang sudah siap untuk diolah menjadi masakan sesuai seleranya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H