Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Melihat Cak dan Ning Melenggang di Surabaya

26 Oktober 2018   10:59 Diperbarui: 26 Oktober 2018   11:17 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap daerah memiliki istilah atau sapaan yang berbeda-beda untuk menyebut atau memanggil orang atau saudara yang lebih tua (kakak) laki-laki dan perempuan. Kalau dalam Bahasa Indonesia yang berlaku secara umum di negara kita dikenal dengan panggilan mas atau mbak.

Untuk diketahui, sebutan kata mas dan mbak dalam pemakaian bahasa sehari-hari tak selalu digunakan untuk memanggil laki-laki atau perempuan yang lebih tua. Anak laki-laki atau perempuan yang jauh lebih muda dari kita bisa saja dipanggil dengan kata mas atau mbak.

Di Kota Jakarta misalnya, panggilan untuk seorang laki-laki yang lebih tua baik orang lain atau saudara kandung menggunakan istilah abang. Tapi bisa saja kita memanggil tukang bajaj yang usianya lebih muda dari kita dengan sapaan abang. Seperti halnya memanggil mas untuk seorang anak laki-laki. Sedangkan pasangan abang yakni none merupakan istilah Betawi untuk memanggil mbak atau perempuan muda. Di Kota Bandung menggunakan istilah kang (akang) dan teteh sebagai kata panggilan untuk mas dan mbak.

Begitu pula dengan beberapa kota (daerah) di Jawa Timur, antara lain seperti Kota Malang. Masyarakat kota berhawa sejuk itu menyebut mas dan mbak dengan panggilan kang mas dan mbakyu. 

Sementara untuk Kota Sidoarjo lain lagi. Daerah berjuluk kota udang itu memiliki istilah guk dan yuk untuk memanggil mas dan mbak. 

Kalau dari Pulau Madura menggunakan istilah kacong dan jebing sebagai panggilan untuk mas dan mbak. Surabaya sendiri sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur, masyarakatnya memiliki istilah kata yang unik untuk menyebut mas dan mbak yakni dengan panggilan cak dan ning. 

Kata cak berasal dari cacak yang berarti sapaan untuk seorang laki-laki yang lebih tua, baik itu orang lain ataupun saudara kandung sendiri. Dan ning merupakan panggilan untuk perempuan yang lebih tua, apakah itu orang lain atau atau saudara kandung.

Festival tahunan di Surabaya 

Rupanya sapaan cak dan ning Surabaya itu bukan sekedar panggilan akrab untuk kakak laki-laki dan perempuan ala warga Surabaya atau yang biasa disapa Arek-arek Suroboyo itu, melainkan sudah kerap kali dilombakan. Dengan melalui syarat dan kriteria tertentu dipilihlah pasangan muda-mudi unggul Surabaya sebagai figur Cak dan Ning yang nantinya akan menjadi teladan bagi warga Surabaya. 

Penjaringan Cak dan Ning dijadikan festival tahunan oleh Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya. Penganugerahan Cak dan Ning biasanya digelar setiap bulan Mei, bersamaan dengan hari jadi Kota Surabaya. Sebagai figur Cak dan Ning Surabaya dipilihlah sosok yang bukan saja bagus secara fisik yaitu tampan dan cantik melainkan juga menguasai banyak hal (pintar) seperti yang telah ditetapkan oleh panitia lomba termasuk di antaranya harus memiliki kepribadian dan ahlak yang terpuji.

Setelah dipilih melalui seleksi yang sangat ketat maka figur Cak dan Ning itu nantinya akan menjadi duta Surabaya, khususnya sebagai duta pariwisata dan budaya di forum regional maupun internasional.

Busana Cak dan Ning 

Patung cak dan ning di Museum Surabaya (dok.pri)
Patung cak dan ning di Museum Surabaya (dok.pri)
Melihat pasangan cak dan ning lengkap dengan busana kebesarannya, berjalan melenggang penuh kewibawaan tentu membuat terkesima siapa saja yang melihatnya. Untuk bisa menyaksikan seperti apa busana lengkap cak dan ning Surabaya kita bisa mendatangi Museum Surabaya atau datang langsung ketika pemkot Surabaya menggelar momen-momen penting, seperti pada acara festival rujak uleg yang digelar rutin setiap tahunnya. Dalam festival itu biasanya figur cak dan ning Surabaya akan ditampilkan lengkap dengan busana khas Surabaya.

Secara umum, pakaian (busana) yang dikenakan Cak Surabaya terdiri atas penghias kepala yang disebut udeng. Penutup badan berupa jas dan jarit. Udeng biasanya dibuat dari bahan batik.

Jas yang dikenakan dengan bentuk krah menutup leher. Jas berkancing lima (5) yang dipakai biasanya berwarna krem atau putih tulang. Di saku atas (sebelah kiri) biasanya diletakkan hiasan berupa sapu tangan berwarna merah dan rantai kecil keemasan.

Tubuh bagian bawah dibalut dengan kain jarit (bukan sarung) batik yang diwiru (dilipat-lipat) bagian depannya. Alas kaki menggunakan selop atau sandal gapit dari bahan kulit seperti kaum priyayi.

Busana yang dikenakan Ning Surabaya terdiri atas penutup kepala berupa kerudung berenda. Penutup badan berupa baju kebaya dan jarit batik. Antara kerudung dan baju kebaya biasanya warnanya sama. Baju kebaya dilengkapi hiasan berupa peniti berukuran agak besar berwarna kuning keemasan.

Alas kaki menggunakan sandal selop dengan ujung agak lancip. Warna selop disesuaikan dengan kerudung dan baju kebaya yang dikenakan agar match.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun