Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenang Kembali Jasa Para Pahlawan di Taman Makam Pahlawan 10 Nopember Surabaya

9 Oktober 2018   08:13 Diperbarui: 9 Oktober 2018   08:14 1627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang masuk taman makam pahlawan (dok.pri)

Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945 oleh Sukarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia tak serta merta menjadikan situasi bangsa dan negara ini, khususnya wilayah Kota Surabaya terasa aman dan tenteram.

Malahan suhu politik dan keamanan dalam negeri semakin memanas saja. Meski Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah kedua kota pentingnya yakni Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika namun yang namanya Belanda masih ingin Hindia Belanda (Indonesia) kembali ke pangkuannya.

Gerbang masuk taman makam pahlawan (dok.pri)
Gerbang masuk taman makam pahlawan (dok.pri)
Serentetan peristiwa penting paska proklamasi 17 Agustus 1945 yang tercatat dalam sejarah pertempuran di Surabaya antara lain, insiden perobekan bendera Belanda yang terjadi pada tanggal 19 September 1945. Peristiwa itu menewaskan seorang berkebangsaan Belanda bernama Ploegman dan beberapa pejuang Surabaya.

Tanggal 31 Oktober 1945 meletuslah insiden "Jembatan Merah" Surabaya, setelah sebelumnya gagal dicapai kesepakatan gencatan senjata antara tokoh-tokoh Surabaya dengan pihak Inggris dan sekutunya. Insiden itu akhirnya menewaskan Jendral Mallaby.

Dilengkapi museum dan perpustakaan (dok.pri)
Dilengkapi museum dan perpustakaan (dok.pri)
Konflik bersenjata hingga mengakibatkan tewasnya Jendral Mallaby semakin menyulut amarah pihak Inggris. Setelah gagal melalui perundingan-perundingan damai, pemerintah pusat di Jakarta menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Gubernur Suryo selaku pemimpin tertinggi di Jawa Timur.

Pertempuran dahsyat yang tak seimbang akhirnya tak terelakkan. Pada tanggal 10 November 1945, Kota Surabaya dibombardir oleh armada Inggris dan sekutunya dari berbagai penjuru. Warga Surabaya yang terdiri dari Arek-arek Suroboyo dan berbagai elemen masyarakat di Surabaya berusaha melakukan perlawanan namun akhirnya harus mundur. Surabaya sempat menjadi kota mati sejak peristiwa itu.

Salah satu sudut taman makam pahlawan (dok.pri)
Salah satu sudut taman makam pahlawan (dok.pri)
Banyak sekali jatuh korban di pihak pejuang Surabaya. Sebagian kecil saja yang berhasil meloloskan diri dengan bertahan dan bergerilya dalam hutan.

Para pejuang yang tewas dalam pertempuran heroik 10 November 1945 terutama yang tak dikenal sebagian telah dimakamkan di kompleks Tugu Pahlawan, Jalan Pahlawan Surabaya. Sebagian lagi dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Jalan Kusuma Bangsa Surabaya.

Selain dimakamkan di kompleks Tugu Pahlawan Surabaya dan Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, para pejuang Surabaya yang gugur saat revolusi heroik 10 November 1945 juga dikebumikan di Taman Makam Pahlawan 10 Nopember Jalan Mayjen Sungkono Surabaya.

Taman Makam Pahlawan Sepuluh November Surabaya 

Pusara para pahlawan (dok.pri)
Pusara para pahlawan (dok.pri)
Ada sejumlah nama tokoh yang sering disebut-sebut dalam percaturan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, seperti : HR. Muhammad, Loekitaningsih, Residen Sudirman, Bu Dar Mortir, Sutomo (Bung Tomo), Dul Arnowo, Roeslan Abdulgani, Haryo Kecik, M. Soejono, Isbandijah, D. Soerip, Abdoellah, Wahib Wahab, Achijat, Soetjipto Danoekoesoemo, Mas Isman, Iswahyudi dan masih banyak lagi.

Para pejuang Surabaya tadi, ada sebagian yang berhasil menapaki karir hingga periode paska pemerintahan Sukarno (era orde baru). 

Taman bunga menciptakan suasana segar (dok.pri)
Taman bunga menciptakan suasana segar (dok.pri)
Sutomo (bukan dr. Sutomo) yang akrab disapa Bung Tomo sebagai pembakar semangat juang Arek-arek Suroboyo dalam perang 10 November 1945 ternyata tidak dikebumikan di kompleks Taman Makam Pahlawan 10 Nopember, Jalan Mayjen Sungkono Surabaya melainkan di kompleks pemakaman umum Ngagel Surabaya. 

Begitu pula dengan Roeslan Abdulgani yang dikenal sangat dekat dengan Bung Karno semasa revolusi 45 ternyata jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Dua tokoh penting aksi heroik 10 November 1945 yakni Dul Arnowo dan Haryo Kecik jasadnya dimakamkan di kompleks Makam Pahlawan 10 Nopember, Jalan Mayjen Sungkono Surabaya.

Paska revolusi 10 November di Surabaya, Dul Arnowo diangkat menjadi walikota Surabaya. Beliau juga pernah menjabat sebagai rektor pertama Universitas Brawijaya Malang.

Sedangkan Haryo Kecik setelah berjuang untuk Surabaya tetap berkarir di dunia ketentaraan. Sebelum akhir hayatnya beliau berpangkat Mayor Jenderal.

Di kompleks Taman Makam Pahlawan Sepuluh Nopember pula jasad dua orang mantan Walikota Surabaya yaitu Sunarto Sumoprawiro dan Muhadji Widjaja dimakamkan.

Seperti taman makam pahlawan di kota-kota besar Indonesia lainnya, Taman Makam Pahlawan 10 Nopember Surabaya juga terawat dengan sangat baik.

Sebelum masuk ke dalam area makam, terlebih dulu disambut gerbang gapura belah berukuran besar. Pepohonan rindang yang sengaja ditumbuh-kembangkan di area makam bukan saja memercantik kompleks makam namun juga menciptakan suasana teduh. Suasana kompleks makam bertambah indah dan segar berkat taman bunga yang terawat dengan sangat baik.

Di sebelah kiri jalan masuk utama terdapat gedung perpustakaan dan museum yang kabarnya sudah tidak difungsikan lagi. Tak jauh dari gedung perpustakaan, pengunjung atau peziarah akan menemukan prasasti yang berisi nama-nama pahlawan yang dikebumikan di kompleks Taman Makam Pahlawan Sepuluh Nopember Surabaya itu.

Berswafoto (dok.pri)
Berswafoto (dok.pri)
Kadang, Taman Makam Pahlawan Sepuluh Nopember itu terlewatkan begitu saja ketika kita melintas di Jalan Mayjen Sungkono Surabaya, pikir kita apalah arti sebuah pekuburan. 

Padahal sejatinya kuburan tadi menjadi pengingat bahwa kita semua pasti akan mati dan kembali kepada haribaan Nya. 

Kita semua tahu di sanalah bersemayam jasad para pahlawan pejuang bangsa yang sangat berjasa khususnya para pejuang aksi heroik 10 November 1945. 

Semoga arwah para pahlawan pejuang bangsa akan mendapatkan tempat yang layak di sisi Nya, amin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun