Akibatnya harga gas LPG tabung 3 kilogram yang biasanya Rp. 18.000,- kini menjadi Rp. 20.000,- pertabungnya, bahkan lebih.
Belajar dari kearifan di desa
Mereka sudah terbiasa memasak dengan cara yang praktis dan nggak ribet. Sekali tekan pemantik lalu joss.., keluarlah api yang siap mendidihkan air atau mematangkan masakan.Â
Bagi mereka yang hidup di desa atau di manapun yang mungkin saja terbiasa menggunakan bahan bakar selain gas untuk memasak, tentu tidak terlalu pusing dan panik akibat langkanya LPG tadi. Bahkan mereka merasa tenang-tenang saja.Â
Mereka terutama penduduk di daerah pedesaan di mana hampir setiap rumah menggunakan tungku untuk menyalakan api dari ranting atau potongan kayu bakar toh tetap bisa memasak untuk kebutuhan makan mereka sehari-hari.
Menggunakan briket arang atau batu bara dan kayu bakar untuk memasak memang nggak efektif karena harus menyalakan briket atau kayu bakar terlebih dulu. Sangat berbeda dengan teknologi kompor gas yang lebih efisien.
Dapur masyarakat desa didisain sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk bisa memasak dengan kayu atau briket dalam sebuah tungku. Kadang tungku dibuat bisa untuk memasak empat (4) wadah sekaligus.Â
Memasak dengan kayu bakar memang menimbulkan asap dan bau sangit. Katanya sih dengan sistem memasak yang sederhana itu justru menghasilkan rasa masakan yang unik dan khas.