Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Salam Tempel" Jadi "Seger-segeran" di Momen Lebaran

11 Juni 2018   11:56 Diperbarui: 11 Juni 2018   12:47 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi dengan ihlas mau dipakai apa saja yang penting bermanfaat (dok.pri)

Hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan bukan saja untuk umat Islam yang sebulan penuh secara ihlas menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadan, melainkan juga menjadi hari bahagia sebagian kaum muslim lainnya yang mungkin tidak menjalankan puasa  karena alasan tertentu, menjalankan puasa tapi tidak sebulan penuh atau bahkan umat lain karena negara telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri itu sebagai hari libur nasional.

Sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Indonesia usai mengerjakan Sholat Ied berjamaah, para keluarga di Indonesia saling kunjung-mengunjungi satu sama lain atau masyarakat Surabaya menyebutnya dengan istilah "unjung-unjung". 

Dengan unjung-unjung itu mereka bisa saling memaafkan. Sebagian masyarakat (Jawa) masih memegang teguh tradisi sungkeman, dimana anak atau anggota keluarga yang lebih muda biasanya mendatangi saudaranya yang lebih tua atau orang tuanya kemudian saling bermaaf-maafan. 

Anak atau saudara yang lebih muda duduk bersimpuh (sungkem) memohon maaf kepada orang tua atau saudara yang lebih tua dan begitu pula sebaliknya. Mereka berpelukan kadang sampai bercucuran air mata, dengan ihlas mereka saling memaafkan.

Di tengah-tengah momen saling bermaafan, di atas meja tuan rumah biasanya sudah siap dengan aneka kue atau makanan lebaran yang mengundang selera.

Satu lagi tradisi yang tak jarang mengiringi momen bermaafan di hari lebaran itu yakni bagi-bagi uang (angpao). Ada yang menyebut angpao itu dengan istilah salam tempel. Maksudnya, setelah bersalaman sang tuan rumah sekaligus memberikan amplop berisi uang kepada keponakan atau siapa saja yang dianggap berhak menerima salam tempel itu.

Salam Tempel Salah Satu Bentuk Sedekah (Infak)

Memberikan salam tempel berupa amplop yang berisi uang kertas baru meski kadang juga tidak baru merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah atas semua nikmat dan karunia yang telah diterima selama ini.

Salam tempel hakekatnya juga merupakan salah satu bentuk infak atau sodaqoh. Namun dikemas dalam momen yang penuh kebahagiaan sehingga tidak membuat malu (sungkan) orang yang menerimanya.

Sebagai sebuah bentuk infak maka pemberian salam tempel tadi hendaknya dilandasi dengan perasaan ihlas lillahi ta'ala. Kalau sudah ihlas, meski memberi sedikit atau banyak tak ada maksud atau tendensi apapun kecuali mengharapkan ridhoNya.

Memberikan salam tempel juga bukan sebuah keharusan, kalau ada rezeki berlebih dan hati terketuk secara ihlas.

Berpikir positif saja kepada para orang tua atau siapapun yang ajeg berbagi rezeki melalui salam tempel untuk anak, keponakan, saudara yang lebih muda atau siapa saja.

Tidak perlu khawatir dengan pengaruh buruk salam tempel. Memberi ya memberi saja dengan ihlas, tidak perlu ditimbang-timbang. Kalau sedang tidak ingin memberi ya tidak perlu dipaksakan malah tidak berkah jadinya.

Memberi salam tempel tak akan menyebabkan orang menjadi malas berikhtiar, toh salam tempel itu hanya seger-segeran (penyemangat) saja di momen lebaran yang terjadi setahun sekali.

Kebiasaan memberi salam tempel di momen lebaran yang cuma terjadi setahun sekali itu tidak akan mengajari orang untuk bersikap materialistis, artinya memandang atau menghargai orang cuma dari kaca mata harta benda (uang) yang diberikan. 

Kalau kebetulan nggak ngasih salam tempel lantas tidak dihormati atau diorangkan? Saya pikir itu hanya kekhawatiran diri sendiri saja. Orang akan memahami kondisi kita. Tak ubahnya irama sebuah lagu, kadang naik kadang turun begitu pula dengan kondisi ekonomi seseorang. 

Mengganti Salam Tempel dengan Perlengkapan Sekolah 

Sebagian orang menganggap pemberian salam tempel mungkin sudah terlalu mentradisi sehingga perlu divariasi dengan bentuk lainnya agar tidak membosankan.

Untuk anak-anak atau para keponakan, kita bisa mengganti salam tempel dengan hadiah lainnya antara lain bisa berupa kado yang berisi buku, tas sekolah atau perlengkapan sekolah lainnya. Mengingat tak lama setelah lebaran, anak-anak memasuki tahun ajaran baru.

Memberi dengan ihlas mau dipakai apa saja yang penting bermanfaat (dok.pri)
Memberi dengan ihlas mau dipakai apa saja yang penting bermanfaat (dok.pri)
Tradisi salam tempel sebenarnya masih relevan untuk kondisi saat ini dan praktis. Dengan hadiah berupa uang maka bisa digunakan untuk keperluan-keperluan yang lebih luas asal tetap bermanfaat.

Ada juga sebagian keluarga yang berinisiatif mengganti salam tempel dengan mengajak jalan-jalan anak, keponakan atau anggota keluarga lainnya ke taman wisata, kebun binatang atau objek wisata lainnya lalu makan bersama menikmati kebersamaan di momen lebaran nan fitri itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun