Belajar dari Ibu Mertua
Saya masih ingat betul ketika di akhir bulan Ramadan, keluarga besar kami memutuskan untuk mudik dan berlebaran bersama di rumah ibu mertua. Pada suatu malam yang hening di akhir Ramadan, ibu mertua sempat membangunkan kami semua. Ibu sangat perhatian dan tak ingin kami bangun terlambat untuk makan sahur.
Saat kami bersiap-siap makan sahur, Â saya melihat emak (panggilan untuk ibu mertua) sedang mendirikan sholat dan sesudah mengerjakan sholat itu beliau mendoakan kami semua, anak, cucu, cicit, menantu dan suami beliau (bapak mertua) yang lebih dulu berpulang ke Rahmatullah.
Ibu mertua mendoakan kami dengan menyebut secara gamblang satu persatu nama anak, cucu, cicit, menantu dan almarhum suami tercintanya. Beliau memintakan ampun kami semua kepada Allah SWT, mendoakan kami semua agar selamat dunia-akhirat dan berhasil mengarungi bahtera hidup ini.
Tak lama setelah ibu mertua mengakhiri sholat dan doanya, kami semua menikmati santap sahur. Meski menu makan sahurnya termasuk sederhana namun tetap memenuhi syarat kesehatan. Di sela-sela makan sahur itu kami bercengkrama apa saja tentang pengalaman dan cerita masing-masing. Terlihat gayeng dan kompak sekali.Â
Hati saya berkata, sesungguhnya keseruan bukan terletak pada seberapa wah menu makan sahur kami, lebih dari itu serunya sahur di tengah kebersamaan kami itu justru karena doa yang ihlas dari ibu mertua untuk kami semua di keheningan penghujung malam pada akhir Ramadan.Â
Semoga kami semua tak terkecuali saya bisa menarik hikmah (pelajaran) dari apa yang telah dilakukan oleh ibu mertua kami itu, amien..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H