Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Perlunya Perbaikan Jalan Menuju Situs "Watoe Toelis"

10 Mei 2018   13:21 Diperbarui: 10 Mei 2018   15:13 2500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaving jalan menuju situs (dok.pri)

Bulan Mei ini, lima tahun yang lalu untuk pertama kalinya saya melakukan kunjungan ke lokasi Candi Watoe Toelis (Watu Tulis) yang terletak di wilayah Desa Watu Tulis, Krian -- Sidoarjo, Jawa Timur. 

Sebuah perjalanan dalam rangkaian kunjungan pribadi ke beberapa objek kekunoan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Perjalanan dimulai dari lokasi ditemukannya jejak Prabu Airlangga yakni Prasasti Kalagyan (Kamalagyan) di Dusun Klagen, Tropodo -Krian Sidoarjo hingga Candi Tawangalun di wilayah Sedati -- Sidoarjo. Hampir seharian penuh saya melakukan perjalanan itu. 

Kini untuk yang kedua kalinya saya menyusuri kembali lokasi Candi Watu Tulis.

Jalan menuju candi tidak lagi berupa jalan setapak di mana sebelah kanan-kirinya masih berupa areal persawahan warga. 

Bebatuan candi dan Pak Buadi (dok.pri)
Bebatuan candi dan Pak Buadi (dok.pri)
"Lurah yang baru punya program membangun jalan candi" tukas Buadi, sang juru kunci. 

Lelaki paruh baya itu masih terlihat bugar, wajah dan penampilannya tak banyak berubah seperti saat saya temui lima tahun silam. Suka bercelana pendek sambil mengisap rokok kesayangannya.

Sekitar seratus meter dari pendopo candi tampak beberapa pekerja sedang menurunkan paving stone dari truk. Menurut Pak Buadi, salah satu program kepala desa yang baru ini ialah memperbaiki jalan menuju Candi Watu Tulis. 

Jalan menuju situs diperlebar (dok.pri)
Jalan menuju situs diperlebar (dok.pri)
Saat saya berkunjung ke sana beberapa waktu lalu, pengerjaan jalan paving memang belum selesai bahkan baru dimulai. Tapi jalan sudah mulai dilebarkan.

Dengan dibangunnya jalan menuju candi diharapkan pengunjung akan semakin meningkat dan merasa nyaman terutama saat musim hujan jalan menjadi tidak becek. Halaman di luar pendopo juga diperluas agar kendaraan pengunjung bisa diparkir dengan rapi.

Kondisi candi dan pendoponya nyaris tidak berubah, masih seperti yang dulu. Batu-batu candi dengan aneka reliefnya masih ditumpuk begitu saja. Sementara bagian bawah tumpukan batu candi itu warnanya mulai berubah menjadi hitam, kata Pak Buadi itu akibat terlalu lama terkena tetesan air hujan yang mengucur dari atap pendopo yang bocor.

Bagian candi yang dikeramatkan (dok.pri)
Bagian candi yang dikeramatkan (dok.pri)
Masih belum ada inisiatif dari para ahli purbakala untuk menyusun ulang (merekonstruksi) bebatuan candi serta menerangkan makna yang dipahatkan dalam relief-relief Candi Watu Tulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun