Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Perlunya Perbaikan Jalan Menuju Situs "Watoe Toelis"

10 Mei 2018   13:21 Diperbarui: 10 Mei 2018   15:13 2500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaving jalan menuju situs (dok.pri)

"Sebelum tahun 1998 keadaan candi masih utuh" terang Pak Buadi sambil mengernyitkan dahinya seakan mengingat-ingat masa lalu. Namun pada tahun 1998, ada sekelompok orang yang sengaja melakukan vandalisme terhadap bangunan candi yang diperkirakan tinggalan Kerajaan Kahuripan Kediri itu. Tak hanya vandalisme, pencurian bagian-bagian candi yang dianggap berharga juga dilakukan.

Kerusakan yang dialami cukup parah, meski akhirnya berantakan namun sebagian bebatuan candi berhasil diselamatkan dan ditumpuk di pendopo sebelah kiri.

Saat petugas purbakala melakukan penggalian ternyata ditemukan batu bata kuno. Lubang yang digali tadi mengeluarkan air. Sebagian pengunjung memanfaatkan air yang keluar dari lubang galian tadi untuk pengobatan karena diyakini berkhasiat. 

Ada dua lubang galian yang kini dianggap sebagai sumur bertuah. Menurut Pak Buadi di dalam sumur galian tadi masih terdapat banyak batu bata kuno yang diperkirakan merupakan warisan kerajaan sesudah Kahuripan (Majapahit, red).

Lokasi asli Candi Watu Tulis sebelum mengalami vandalisme kini berubah menjadi dua kuburan berpagar stainless. Kurang jelas siapa yang disemayamkan di sana. Menurut Pak Buadi itu kuburan palsu.

Pohon Kepuh yang dikeramatkan (dok.pri)
Pohon Kepuh yang dikeramatkan (dok.pri)
Keberadaan pohon kepuh tua juga masih terlihat di tempatnya semula. Tidak dipotong karena alasan renovasi pendopo candi. Konon di bawah pohon kepuh tua inilah sebagian pelaku ritual melakukan tapa brata bermeditasi mencari keris pusaka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun