Bulan Mei ini, lima tahun yang lalu untuk pertama kalinya saya melakukan kunjungan ke lokasi Candi Watoe Toelis (Watu Tulis) yang terletak di wilayah Desa Watu Tulis, Krian -- Sidoarjo, Jawa Timur.Â
Sebuah perjalanan dalam rangkaian kunjungan pribadi ke beberapa objek kekunoan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Perjalanan dimulai dari lokasi ditemukannya jejak Prabu Airlangga yakni Prasasti Kalagyan (Kamalagyan) di Dusun Klagen, Tropodo -Krian Sidoarjo hingga Candi Tawangalun di wilayah Sedati -- Sidoarjo. Hampir seharian penuh saya melakukan perjalanan itu.Â
Kini untuk yang kedua kalinya saya menyusuri kembali lokasi Candi Watu Tulis.
Jalan menuju candi tidak lagi berupa jalan setapak di mana sebelah kanan-kirinya masih berupa areal persawahan warga.Â
Lelaki paruh baya itu masih terlihat bugar, wajah dan penampilannya tak banyak berubah seperti saat saya temui lima tahun silam. Suka bercelana pendek sambil mengisap rokok kesayangannya.
Sekitar seratus meter dari pendopo candi tampak beberapa pekerja sedang menurunkan paving stone dari truk. Menurut Pak Buadi, salah satu program kepala desa yang baru ini ialah memperbaiki jalan menuju Candi Watu Tulis.Â
Dengan dibangunnya jalan menuju candi diharapkan pengunjung akan semakin meningkat dan merasa nyaman terutama saat musim hujan jalan menjadi tidak becek. Halaman di luar pendopo juga diperluas agar kendaraan pengunjung bisa diparkir dengan rapi.
Kondisi candi dan pendoponya nyaris tidak berubah, masih seperti yang dulu. Batu-batu candi dengan aneka reliefnya masih ditumpuk begitu saja. Sementara bagian bawah tumpukan batu candi itu warnanya mulai berubah menjadi hitam, kata Pak Buadi itu akibat terlalu lama terkena tetesan air hujan yang mengucur dari atap pendopo yang bocor.
"Sebelum tahun 1998 keadaan candi masih utuh" terang Pak Buadi sambil mengernyitkan dahinya seakan mengingat-ingat masa lalu. Namun pada tahun 1998, ada sekelompok orang yang sengaja melakukan vandalisme terhadap bangunan candi yang diperkirakan tinggalan Kerajaan Kahuripan Kediri itu. Tak hanya vandalisme, pencurian bagian-bagian candi yang dianggap berharga juga dilakukan.
Kerusakan yang dialami cukup parah, meski akhirnya berantakan namun sebagian bebatuan candi berhasil diselamatkan dan ditumpuk di pendopo sebelah kiri.
Saat petugas purbakala melakukan penggalian ternyata ditemukan batu bata kuno. Lubang yang digali tadi mengeluarkan air. Sebagian pengunjung memanfaatkan air yang keluar dari lubang galian tadi untuk pengobatan karena diyakini berkhasiat.Â
Ada dua lubang galian yang kini dianggap sebagai sumur bertuah. Menurut Pak Buadi di dalam sumur galian tadi masih terdapat banyak batu bata kuno yang diperkirakan merupakan warisan kerajaan sesudah Kahuripan (Majapahit, red).
Lokasi asli Candi Watu Tulis sebelum mengalami vandalisme kini berubah menjadi dua kuburan berpagar stainless. Kurang jelas siapa yang disemayamkan di sana. Menurut Pak Buadi itu kuburan palsu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H