Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bekicot sebagai Pakan Alternatif Ikan Lele di Kolam Tadah Hujan

6 Mei 2018   23:34 Diperbarui: 7 Mei 2018   23:11 3668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah kolam tadah hujan itu (dok.pri)

Beternak ikan lele meski kecil-kecilan atau skala rumahan bukanlah sebuah keisengan. Sebagai peternak, tentu kita tak mau ikan yang kita pelihara itu mati atau hasilnya kurang maksimal gara-gara kurang mendapatkan perhatian serius. Sehingga, masalah penyediaan air, pakan lele (alternatif), dan pengendalian penyakit harus tetap dijaga.

Anggap saja bibit ikan lele yang hendak kita tebar ke dalam kolam itu berkualitas lumayan (biasa / sedang). Meski sebenarnya di pasaran tersedia beraneka bibit lele mulai dari yang kurang bagus (afkiran) sampai bibit yang bersertifikat (bagus).

Bibit lele bisa diperoleh dengan membelinya di mal ikan hias atau penyedia bibit yang memiliki kolam penampungan. Bibit lele dari mal ikan biasanya sudah ditempatkan dalam kantongan plastik besar yang sudah diisi oksigen. 

Sayangnya, bibit lele yang ditempatkan dalam kantongan plastik itu rawan mati. Selain karena ketersediaan oksigen yang lama kelamaan semakin menipis, ruang gerak yang sempit menjadi penyebab kematian bibit. Kalau saya sih lebih memilih membeli bibit lele dari penyedia (penjual) yang memiliki petak-petak kolam penampungan bibit. Bibit lele tersedia dengan ukuran beragam. 

Di petak-petak kolam itu, bibit lele berkesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Gerakannya lebih lincah dan gesit. Singkat kata, peternak lebih suka mendatangi petak-petak kolam ini karena bibit lele terlihat lebih sehat dan diharapkan angka kematiannya rendah.

Sebagai peternak skala rumahan, bagi saya, penyediaan air untuk kolam tentu tak bisa dianggap remeh. Menggunakan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi di daerah saya tarif air PDAM perkubiknya selalu naik dari waktu ke waktu. Sementara kalau menggunakan air sumur mungkin lebih murah tapi harus punya sumur (bor) lengkap dengan pompa listriknya. 

Inilah kolam tadah hujan itu (dok.pri)
Inilah kolam tadah hujan itu (dok.pri)
Untuk kolam semen mini yang berukuran 3,5 X 2 X 1 meter kubik itu saya mengandalkan cucuran air hujan.

Mengisi kolam dengan air hujan memang tidak membutuhkan biaya alias gratis. Tapi bangunan kolam harus didesain sedemikian rupa agar cucuran air hujan langsung masuk ke dalam kolam. Bangunan kolam dilengkapi dengan lubang kontrol agar ketinggian air dalam kolam tetap terjaga (air tidak meluap). 

Saya membuat 3 lubang kontrol yang ditempatkan pada dasar, tengah dan bagian atas (20 - 30 cm dari bibir kolam) dinding kolam agar pergantian air bisa dilakukan dengan mudah. Lubang kontrol dilengkapi dengan stop kran (ball valve) dan kawat ram (saringan) agar bibit lele tidak ikut terbawa arus air saat kran dibuka. Kolam yang mengandalkan air hujan tentu pasokan airnya hanya terbatas pada musim hujan saja. 

Sebelum menebarkan bibit lele ke dalam kolam berisi air hujan, terlebih dulu saya tebarkan garam brosok (kristal) sebagai obat ikan lele yang sekaligus membantu menstabilkan ph atau tingkat keasaman air kolam. Saya tak lupa menambahkan buah pace tua yang sudah diremas-remas, daun ketepeng tua (kering) dan enceng gondok ke dalam kolam. 

Buah pace (Morinda citrifolia) dan daun ketepeng berfungsi sebagai obat agar lele tahan terhadap serangan bakteri aeromonas. Selain itu juga membantu mengatasi kanibalisme sesama ikan lele.

Akar enceng gondok (Eichhornia crassipes) berfungsi menyerap kotoran (polutan) dalam air kolam yang ditimbulkan oleh sisa-sisa makanan lele. Biasanya lele suka bermain di sekitar akar enceng gondok itu karena airnya menjadi lebih bersih dan segar. 

Meski pembesaran lele dilakukan di kolam mini namun bukan berarti penyediaan pakan dilakukan tanpa perhitungan. Menggunakan pakan buatan yang dengan mudah ditemukan di kios atau toko pakan ternak harganya cukup mahal selain itu kualitasnya bervariasi. Kadang saya juga menemukan pakan lele yang sudah dioplos dengan butiran pelet palsu (berkualitas jelek).

Untuk keperluan pembesaran lele, biasanya saya gunakan pakan alternatif berupa daun singkong, daun pepaya, yuyu sawah, atau bekicot. Daun pepaya dan singkong sangat baik bagi lele karena berfungsi sebagai obat imunitas terhadap serangan penyakit. Yuyu sawah dan bekicot berfungsi sebagai pakan yang kaya akan gizi.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Bekicot (Achatina fulica) tidak hanya cocok sebagai pakan lele tapi juga dikonsumsi oleh sebagian orang karena dipercaya berkhasiat obat dan kandungan gizinya cukup tinggi.

Daging bekicot mengandung protein dan asam amino yang tinggi. Kandungan protein dalam setiap 100 gramnya mencapai 12 gram. Selain itu, daging bekicot juga mengandung vitamin B kompleks.

Kandungan gizi lainnya antara lain berupa lemak 1%, hidrat arang 2%, kalsium 237 mg, posfor 78 mg, ferrum 1,7 mg serta vitamin B kompleks terutama vitamin B2.

Dalam 100 gr daging bekicot kering antara lain terkandung leusin 4,62 gr, lisin 4,35 gr, arginin 4,88 gr, asam aspartat 5,98 gr, dan asam glutamat 8,16 gr.

Saat berburu bekicot, saya harus lebih berhati-hati. Sebaiknya mengambil bekicot yang makan (hidup dari) sisa tanaman (bahan organik) yang dipastikan tidak terkontaminasi racun pestisida atau bahan-bahan berbahaya lainnya. 

Sebelum daging bekicot dicincang untuk dikombinasikan dengan daun singkong atau pepaya sebagai pakan alternatif ikan lele, sebaiknya bekicot tadi dibiarkan beberapa hari di tempat penampungan agar bau khas (apek), kotoran dan lendirnya berkurang. Kotoran dan lendir inilah yang diperkirakan membawa benih penyakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun