Percaya atau tidak, sebagai juru kunci yang mulai bekerja sejak tahun 1994 hingga sekarang, Mbah Syahroni mengaku pernah mengalami hal-hal di luar nalar manusia biasa.
"Tadinya saya kurang rajin membaca Qur'an, entah mengapa setelah bekerja di sini lambat laun muncul hasrat untuk lebih rajin baca Qur'an (mengaji, red) dan kalau keliru seolah-olah ada yang menuntun untuk membetulkan" kata Mbah Syahroni.
Berdasarkan penerawangan mata batin Mbah Syahroni, Raden Santri adalah seorang auliya (wali) yang mengajarkan Islam tapi ilmunya tidak ditampakkan (siri), berbeda dengan auliya lainnya yang mensyiarkan Islam secara terang-terangan.
Menurut catatan sejarah yang tertulis dalam brosur, disebutkan bahwa Raden Santri merupakan anak dari hasil perkawinan Syeh Ibrahim Asmorokondi bin Syeh Jumadil Kubro dengan Ratna Dyah Siti Asmara (Dewi Condrowulan dari Champa).
Adik kandungnya bernama Raden Rahmat atau Sunan Ampel yang menjadi imam di kawasan Ampeldenta Surabaya. Sedangkan Raden Santri diangkat sebagai imam di wilayah Wunut Gresik yang sekarang bernama Desa Bedilan dan sekitarnya.Â
Dalam brosur juga disebutkan bahwa pada kurun waktu tertentu Raden Santri telah menikahi Dyah Retno Maningrum. Beliau juga menikahi Raden Ayu Maduretno putri Arya Baribin, seorang penguasa asal Madura. Pusara Raden Ayu Maduretno berada di Dusun Geger, Madura.
Menurut cerita Mbah Syahroni, Raden Santri memiliki 3 orang anak yaitu : haji usman, usman haji dan nyai gedhe tundo.
Raden Santri wafat pada tahun 1317 saka (1449 masehi). Pusara beliau berada di kawasan yang sekarang bernama Jalan Raden Santri. Penguasa Majapahit kala itu menganugerahkan gelar Raja Pandita Wunut kepada Raden Santri sebagai tokoh Islam yang sangat dihormati.
Setiap tanggal 15 Muharram diperingati sebagian umat Islam di Gresik dan sekitarnya sebagai haul Raden Santri yang sangat berjasa dalam menyebarkan Islam di wilayah itu.
Kisah unik para pengikut setia Raden Santri dan keberadaan pohon kemuning keramat mungkin tak banyak diketahui khalayak ramai, kisah itu semata-mata digali dari cerita tutur para leluhur juru kunci karena catatan sejarah yang ada umumnya hanya menyebutkan asal-usul beliau dan tahun wafatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H