Di luar dugaan, sungguh Tangan Allah pasti ikut terlibat di dalam kasus Devi ini, Alhamdulillah ia bisa bersekolah seperti layaknya anak-anak Sekolah Dasar (SD) lainnya meski maaf tangannya rada kurang sempurna (Jawa = kiting) dan berjalannya pun sambil terpincang-pincang. Devi bisa mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik dan kata gurunya, wajar-wajar saja prestasinya.Â
Saat menjalani proses belajar di SD itu orang tua Devi mulai jarang memeriksakan perkembangan kesehatan Devi. Sampai pada akhirnya kelas 6 SD, Devi mulai mengalami kejang-kejang lagi. Di sekolah, di tempat ia belajar mengaji bahkan di jalanan Devi sering kejang dan tersungkur di tanah, sungguh memilukan.
Saya sekeluarga berinisiatif merawat Devi sesuai dengan kemampuan kami. Tahun 2011 Devi mulai masuk RSUD Dr. Sutomo lagi. Entah sudah berapa kali suntikan cairan Diazepam masuk ke dalam pembuluh darahnya agar kejangnya reda. Devi mulai menjalani pemeriksaan lebih intensif lagi mulai foto ronsen otak (CT scan), MRI sampai EEG (Electro Ensefalo Grafi).Â
Obat-obat anti kejang seperti luminal, carbamazepin, asam valfroat, fenobarbital dan terakhir phenytoin sodium (fenitoin) sudah pernah dicobanya. Pernah suatu ketika Devi mengalami intoksinasi / keracunan (Steven Johnson Syndrome) obat carbamazepin padahal sudah beberapa bulan mengonsumsi obat kejang itu namun dampaknya baru kelihatan setelah mengonsumsi  obat selama 6 bulan.
Otak sebelah kiri Devi mengalami kerusakan (radang otak), membentuk parut-parut (Jawa = mengkeret) kemungkinan akibat terinfeksi virus atau bakteri bahkan mungkin saja mengalami kerusakan akibat obat yang disuntikan oleh Prof. S saat ia mengalami demam yang cukup tinggi di usia 3 tahun itu.
Tamat SD, Devi melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tak jauh dari tempat tinggal kami. Alhamdulillah meski agak tersendat-sendat, akhirnya lulus juga. Sedangkan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) nya hanya sampai kelas 2 saja. Setiap kali menghadapi ujian di sekolah atau kelelahan tak lama setelah itu kejang Devi kambuh lagi.Â
Kami memutuskan agar Devi berhenti sekolah saja dan mulai mengisi hari-harinya dengan belajar mengaji. Ketekunan Devi dalam belajar mengaji ternyata tidak sia-sia. Iapun berhasil menyelesaikan kursus guru mengaji tingkat dasar dan Insya Allah Bulan Januari 2018 mendatang akan mengikuti wisuda kelulusannya.
Terus Aktif dan Berkreasi Berkat Kayu Putih Aromaterapi
Devi kini semakin dewasa, tanggal 06 September 2017 yang lalu, usianya genap 20 tahun. Untuk istilah Zaman Now Devi termasuk Generasi Z karena lahir pada kurun waktu antara tahun 1995 sampai tahun 2000an. Alhamdulillah ia tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan kreatif serta membiasakan diri memakai hijab.Â
Namun Devi masih belum bisa lepas dari obat anti kejang fenitoin. Alhamdulillah kejangnya memang sudah semakin jarang terjadi, nyaris tak pernah kambuh. Resep obat terakhir dari pihak RSUD Dr. Sutomo yakni fenitoin 120 mg sebanyak 2 kali sehari, kini takaran (dosis) obatnya kami turunkan sendiri, kami coba fenitoin 100 mg sebanyak 2 kali sehari.Â