Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mencicipi Sensasi Kuliner Macao di Surabaya

23 Desember 2017   15:34 Diperbarui: 24 Desember 2017   15:39 1636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mausul, penjaga Mee Macau Apartemen Petra Square (dok.pri)

Masyarakat awam umumnya menganggap Macao adalah sebuah wilayah yang sangat terkenal dengan dunia malam dan tempat-tempat perjudian. Mungkin anggapan itu tidak berlebihan karena kenyataannya memang demikian. Perlu diketahui bahwa Macao sebenarnya merupakan bagian dari Negara Republik Rakyat Cina (Tiongkok). Macao resmi menjadi kota administratif khusus Tiongkok dan wilayah dengan otonomi tinggi setelah melalui perjanjian dengan Portugal (Portugis) sejak 20 Desember 1999 sampai 20 Desember 2049 (jatah kedaulatannya 50 tahun).

Jadi sampai sekarang (2017) usia Macao sebagai wilayah otonomi khusus Tiongkok sudah mencapai 18 tahun. Macao adalah kota yang berdaulat, seolah sudah menjadi negara yang berdiri sendiri. Pada tahun 2005, lembaga PBB yang secara khusus bertugas mengurusi kebudayaan (Unesco) menetapkan Macao sebagai kota warisan dunia yang memiliki sejarah dan kebudayaan yang unik.

Macao bukanlah sekadar kota perjudian yang penuh dengan gemerlapnya dunia malam. Kota yang pernah dijajah Portugis sejak tahun 1557 itu kini semakin berbenah dan mendeklarasikan dirinya sebagai tempat mencari kenyamanan dan sentra pariwisata bertaraf dunia. Sebagai wilayah Tiongkok yang pernah dijajah Portugis dari daratan Eropa selama kurang lebih 460 tahun itu tentu saja Macao memiliki kebudayaan dan perikehidupan yang sangat dipengaruhi oleh bangsa penjajah. Meski telah dijajah Portugis selama hampir 500 tahun toh Macao sebagai bagian Bangsa Tiongkok dari daratan Asia tak akan pernah berubah dari watak atau ciri khas aslinya.

Mereka yang menyukai traveling khususnya petualangan sejarah, seni dan budaya tak harus bersusah-payah mengunjungi negara-negara di Benua Eropa. Di Macao juga kita temukan puluhan bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur yang sangat menawan. Tentu saja pengaruh gaya arsitektur Eropa dan Asia berpadu menjadi satu hingga menghasilkan maha karya unik yang bukan tidak mungkin akan menjadi sebuah inspirasi yang sangat berharga atau sekedar menjadi kenangan yang indah.

Bangunan-bangunan kuno yang bisa menjadi bahan belajar dari generasi ke generasi itu antara lain: Kuil A-Ma, Lilau Square, Gereja St. Lawrence, St. Augustine's Square, Perpustakaan Sir Robert Ho Tung, Gedung Leal Senado, Sam Kai Vui Kun, Katedral, Gereja St. Dominic, Kuil Na Tcha, Benteng Gunung, Taman Casa, Benteng Guia, Moorish Barracks, Mandarin's House, Gereja dan Seminari St. Joseph, Teater Dom Pedro V, Gereja St. Augustine, Senado Square, Holy House of Mercy, Lou Kau Mansion, Ruins of St. Paul's, Bagian Tembok Kota Tua, Gereja St. Anthony, Pemakaman Protestan. Kawasan atau distrik di Macau yang penuh dengan bangunan-bangunan bersejarah ini dikenal dengan sebutan "Pusat Sejarah Macau".

Kata orang nih, belum ke Macao bila tidak melihat gemerlapnya kota di malam hari. Macao dikenal sebagai kota yang tak pernah tidur. Gedung-gedung bertingkat memancarkan lampu berwarna-warni, menghiasi setiap sudut kota. Kota Macao tampak sangat memesona di malam hari. Restoran yang menyajikan beragam kuliner, bar dan diskotik terbuka bagi pengunjung yang ingin menghabiskan waktunya sepanjang malam.

Bicara soal kuliner maka Macaolah tempatnya. Pengaruh Portugis yang bercokol di Macao selama ratusan tahun itu ternyata sangat berpengaruh pada budaya masyarakat di sana. Selain beragam kuliner khas antara lain Udang Chilli Macau yang wajib dicicipi, aneka kuliner bernuansa Eropa antara lain Portugis Egg Tart juga jangan dilewatkan ketika menjelajah Macao.

Secuil kuliner Macao di Surabaya

Kuliner atau masakan Cina (Chinese Food) sebagai salah satu unsur kebudayaan Bangsa Cina (Tiongkok) sepertinya lebih mudah kita temukan di tengah-tengah masyarakat kita ketimbang masakan kota (daerah) Macao atau ada yang menulisnya Macau karena kebudayaan atau adat istiadat Bangsa Cina itu telah berakar kuat dan menyatu dengan perikehidupan rakyat Indonesia selama ratusan bahkan ribuan tahun, sehingga ikut mewarnai khasanah ragam jenis kuliner Indonesia. Barangkali karena alasan itulah mengapa restoran (kafe) atau warung kuliner yang menyajikan beragam masakan Cina lebih mudah kita temukan di sekitar kita.

Untuk mencicipi sensasi masakan Cina, tidak harus mendatangi restoran atau kafe-kafe Chinese Food di pinggir jalan sebab ibu-ibu rumah tangga zaman now sudah begitu mengenal aneka resep masakan Cina dan piawai memasak beragam kuliner Cina seperti Bakmi, Tjap Cai, Bie Hun dan lainnya di rumahnya masing-masing. Salah satu jenis kuliner yang diyakini berasal dari Asia dalam hal ini Negara Cina adalah Mie (baca = mi). Mie begitu populer di Cina dan negara-negara lain di berbagai belahan dunia tak terkecuali di Indonesia. Mie telah mewarnai (berasimilasi dengan) khasanah kuliner Indonesia, sebagai contohnya : ketoprak yang merupakan kuliner khas Betawi (Jakarta) dalam penyajiannya menggunakan mie bie hun. Demikian pula dengan Soto Mie, Lontong Mie dan masih banyak lagi kuliner asli (daerah) yang menggunakan mie dalam penyajiannya.

Seperti halnya di Negara Cina, mie juga sangat populer di Macao. Meski perkembangan ragam jenis kuliner Macao yang ada di Indonesia belum begitu pesat dan sepopuler Chinese Food namun kini makanan-makanan khas negara yang pernah dijajah Bangsa Portugis itu mulai dilirik banyak orang. Ada banyak jenis kuliner yang berasal dari kota yang terkenal dengan klab-klab malam dan perjudiannya itu, salah satunya adalah Mie Macao atau ada yang menulisnya Mee Macau. 

Masyarakat Indonesia belum begitu familiar dengan jenis kuliner Mee Macau ini sehingga belum banyak orang yang mencoba membuatnya sendiri di rumah. Untuk bisa menikmati sensasi rasa makanan berbasis mie ini tentu dengan mendatangi gerai-gerai Mee Macau yang sudah berdiri di beberapa kota besar Indonesia seperti Jakarta, Banjarmasin, Semarang dan Surabaya. Outlet (gerai) Mee Macau yang ada di Surabaya sendiri sudah tersebar di beberapa tempat, antara lain gerai Mee Macau yang ada di lantai dasar Apartemen (Hotel) Petra Square.

Gerai Mee Macau Apartemen Petra Square (dok.pri)
Gerai Mee Macau Apartemen Petra Square (dok.pri)
Belum terlalu siang kami tiba di lokasi Apartemen Petra Square di kawasan Siwalankerto, Surabaya. Namanya juga apartemen pasti suasananya berbeda dengan mal atau pusat perbelanjaan lainnya. Saya dan putri semata wayang kami mencoba menelusuri lorong apartemen yang letaknya berdekatan dengan Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya itu. Lantai dasar Apartemen Petra Square memang secara khusus digunakan untuk stan-stan makanan (food court), mini market dan IT center sehingga penghuni apartemen yang kebanyakan mahasiswa UK Petra itu tak perlu lagi bersusah-payah mencari warung makanan atau keperluan lain di luar lingkungan apartemen yang terdiri dari 18 lantai itu.

Sesuai petunjuk juru parkir kalau gerai Mee Macau terletak di deretan sebelah kiri lorong food court apartemen itu. Wow..lorong food court Apartemen Petra Square ini terlihat begitu indah. Di bagian atas setiap outlet terdapat ornamen bangunan dengan gaya arsitektur yang unik. Kombinasi gaya arsitektur bangunan lama Romawi - Yunani, Arab atau entah negara mana lagi itu yang pasti sedap dipandang mata sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi apartemen yang jumlah kamarnya ratusan itu. Lorong food court semakin cantik dengan lampu hias di bagian depan setiap outlet. Meja dan kursi pengunjung food court tertata dengan rapi sementara di tengahnya berdiri beberapa tiang lampu mirip tiang lampu yang ada di Jalan Malioboro, Jogjakarta. Sebuah TV layar datar berukuran besar turut menghiasi bagian tengah lorong food court itu. Atap lorong di disain bak langit yang berwarna biru, duh.. menariknya.

Sampai juga kami di depan gerai Mee Macau yang sejak di rumah tadi mengundang rasa penasaran kami. Suasana masih tampak sepi, banyak kursi yang terlihat masih kosong, tiba-tiba seorang pemuda keluar dari dalam gerai lalu menyapa kami, "Bisa dibantu Pak?" tanya pemuda tadi yang tak lain adalah pelayan gerai Mee Macau. Belum sempat saya menjawab, pelayan tadi kembali berkata "Maaf, kami belum siap Pak, mohon ditunggu ya," sambil melihat-lihat suasana lorong dan memandangi seisi gerai sayapun menimpali, "Gak papa mas, sekalian minta ijin motret dan nanya-nanya ya".

Sementara putri semata wayang kami lebih memilih duduk manis sambil mengotak-atik handphonenya. Di dalam gerai berukuran tidak lebih dari 4 X 6 meter persegi itu pemuda tadi tampak asyik menyiapkan mie, bahan-bahan lain dan bumbu yang hendak diolah menjadi varian Mee Macau pesanan kami. Ruangan gerai terlihat semarak dengan lampion-lampion berwarna merah menyala yang tergantung tidak jauh dari pintu masuk gerai. Dinding gerai pun penuh dengan tulisan-tulisan Cina sehingga benar-benar akrab dengan nuansa Mandarin. Nongkrong di gerai Mee Macau sambil mencicipi sensasi beragam menunya serasa makan mie di negara asalnya.

Mee Macau pesanan kami (dok.pri)
Mee Macau pesanan kami (dok.pri)
Tak lama kemudian Mausul mengantar pesanan kami, Fried Macau dan Oriental (street) Macau. Mausul adalah seorang waiter yang pagi itu melayani kami untuk mencoba sensasi olahan mie yang kabarnya menjadi spesialis kuliner mie di Indonesia. Bujangan asli Nganjuk, Jawa Timur kelahiran 24 tahun silam itu dengan ramah menyambut dan melayani kami. Sambil memasakkan mie pesanan kami, lelaki muda yang sudah lima bulan menjadi juru masak gerai Mee Macau Apartemen Petra Square itu dengan antusias menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya seputar kuliner mie yang belakangan ini pamornya lagi naik daun.

Mee Macau tersedia dalam banyak varian menu, di antaranya Original Macau, Premium Macau, Jumbo Macau, Street (oriental) Macau, Secret Macau, Flakes Macau, Chillis Macau, Fried Macau, Wok Macau dan Shaokao serta yang lagi gencar-gencarnya dipromosikan adalah Mee Jadoel.

Original Macau merupakan olahan mie yang menggunakan resep asli Negara Macau dipadu dengan saos pedas lengkap dengan keripik yang pedas pula. Premium Macau, rasanya lebih sensasional, perpaduan rasa gurih, asin dan manis. Menu ini menggunakan 7 bahan rempah asli Tiongkok. Rasanya semakin nikmat setelah dipadu olahan jamur.

Mausul, penjaga Mee Macau Apartemen Petra Square (dok.pri)
Mausul, penjaga Mee Macau Apartemen Petra Square (dok.pri)
"Varian menu Premium dan Original Macau yang paling banyak peminatnya" terang Mausul. Dalam sehari gerai yang dijaga Mausul dan kawan-kawan sedikitnya bisa menerima penghasilan 500 ribu rupiah, bahkan kadang bisa sampai 1 juta rupiah kalau gerai sedang ramai-ramainya. Menurut Mausul, bersikap ramah dan sok akrab (ngajak ngobrol, red) kepada setiap pengunjung yang menyambangi gerainya merupakan salah satu bentuk layanan yang biasa ia dan kawan-kawannya lakukan agar pembeli merasa betah bersantap mie lezat dan menjadi rindu untuk kembali mencicipi lezatnya olahan mie dengan resep dan bahan rempah asli Macau itu.

Sebagai penjaga gerai, Mausul mengaku tidak tahu-menahu secara jelas soal resep dan bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan untuk tiap-tiap varian menu. "Kita tinggal mencampur dan memasak bumbu yang sudah jadi dari dapur Mee Macau yang ada di Jalan Darmo Surabaya," tutur lelaki bertubuh ramping itu.

Street (oriental) Macau merupakan olahan mie yang bumbunya kental. Di dalamnya terdapat cacahan ayam, jamur hitam dan telur. Varian menu ini merupakan perpaduan antara resep asli Macau dengan resep tradisional China kuno, rasanya sedikit manis dan pedas.

Rasa pedas pada Mee Macau justru menjadi ciri khas kuliner ini yang umumnya disukai kawula muda. Seperti pada varian Chillis Macau, rasa pedasnya berasal dari campuran lombok hijau dikombinasikan dengan acar sayur tradisional Cina sehingga menghadirkan Mee Macau dengan rasa pedas yang pas dan bumbu mie berwarna hijau menarik.

Secret Macau, namanya saja sudah menyisipkan kata "secret" yang berarti rahasia. Mie varian ini menggunakan resep dan bumbu rempah yang masih dirahasiakan. Meski demikian banyak pula penikmatnya. 

Sedangkan pada varian Jumbo Macau, porsinya besar dan lebih mengenyangkan, bisa untuk makan dua orang.

Fried Macau merupakan mie goreng ala Macao. Di atasnya terdapat toping berupa telur mata sapi, pentol bakso dari ikan laut (hiwan) dan scallep yaitu pentol bakso dari udang. Selain itu, toping semakin lengkap dengan adanya siomay dari daging ayam.

Flakes Macao rasanya sangat pedas. Sedangkan Wok Macau terdiri dari 3 bahan yakni mie kwetiau, nasi dan mie. Wok Macau belum begitu banyak peminatnya, mungkin karena terlihat biasa seperti kuliner keseharian.

Kalau di Indonesia kita mengenal Sate Padang yang menjadi kuliner khas Kota Padang atau Sate Madura yang berasal dari Madura maka di Macao kita akan disuguhi Shaokao yakni sate bakar ala Macao dengan pilihan bahan sosis, daging, baby potato, jamur, mantau isi ayam, baby octopus (gurita muda, red) dan masih banyak varian rasa lainnya dengan bumbu manis, asin dan gurih.

Fried Macau (bawah) dan Street Macau (atas)(dok.pri)
Fried Macau (bawah) dan Street Macau (atas)(dok.pri)
Setiap varian menu tentu memiliki penikmat sendiri-sendiri. Dari menu yang kami pesan, Street (oriental) Macau memang rasa bumbunya "beda" dari mie-mie yang biasa kami makan. Mienya bercampur bumbu yang sangat kental menyerupai saos dengan rasa sedikit manis, pedas dan gurih, pokoknya pas di lidah. Perporsinya dibandrol dengan harga 16 ribu rupiah, sangat terjangkau untuk ukuran mahasiswa atau warga biasa lainnya. Street Macao mengadopsi street food yang ada di Macao. Lain halnya dengan Fried Macau atau yang disebut pula Mie Goreng ala Macau.

Rasa bumbu Fried Macau tak berbeda jauh dari mie goreng biasa, namun lebih menonjolkan toping yang berupa bakso dari ikan laut dan udang, siomay dari daging ayam dan telur mata sapi. Harganyapun sedikit lebih mahal, 25 ribu rupiah perporsinya.

Aneka package Mee Macau (dok.pri)
Aneka package Mee Macau (dok.pri)
Selain daya tarik yang berupa sensasi beragam rasa, gaya berbisnis pengelola Mee Macau berkonsep take away (makanan bisa dibawa pulang, red). Sistem packaging (pengemasan, red) juga unik dengan warna kemasan beragam sesuai varian menu. Dengan begitu Mee Macau tidak cuma dinikmati di gerainya namun bisa juga dibawa ke tempat lain, misalnya di taman atau saat bersantai di kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun