Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pak Mad, Sang "Maestro Dandang Jebol"

28 November 2017   15:04 Diperbarui: 28 November 2017   18:19 2096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ada benarnya apa yang dikatakan orang kalau zaman now adalah zaman proaktif (sebut saja jemput bola ya). Dulu, bila seseorang membutuhkan barang atau jasa maka orang tadi akan berusaha mendatangi outlet (toko) atau tempat penyedia jasa.

Orang itu harus bersusah payah mengeluarkan tenaga dan merelakan waktunya untuk mendatangi tempat-tempat tadi. Roda zaman semakin berkembang dan kini segalanya berubah, penjual barang di toko atau penyedia jasa yang tadinya hanya pasif menunggu pembeli atau penikmat jasa, sekarang malah aktif mencari pembeli.

Toko atau penyedia jasa apa saja, kini semakin berjimbun bak cendawan yang tumbuh di musim hujan, mereka saling berkompetisi, bahkan secara online menawarkan berbagai produknya untuk mendapatkan sebanyak mungkin pembeli (pelanggan) serta berusaha memberikan pelayanan yang terbaik.

Bagaimana dengan usaha kecil di zaman now? Yap..usaha kecilpun harus proaktif (lebih aktif, red) sebab kalau tidak mengikuti roda zaman maka ia akan tergerus dan akhirnya kalah kompetisi (bersaing, red)

Dengan semakin meningkatnya pendapatan (daya beli) seseorang boleh jadi ia dengan mudah membeli semua barang kebutuhannya, tak terkecuali perkakas dapur. Misalnya, panci atau dandang yang sudah jebol langsung dibuang dan tinggal beli lagi yang baru bila perlu beli secara online.

Bagi orang lain yang mungkin saja ingin berhemat atau memang daya belinya rendah (kondisi ekonomi pas-pasan), dandang jebol apa langsung dibuang? jawabnya jangan dulu bro.

Ngerol plat aluminium dandang (dok.pri)
Ngerol plat aluminium dandang (dok.pri)
Di tangan kreatif Pak Achmad, perkakas dapur seperti panci, wajan, dandang dan alat dapur lainnya yang terbuat dari bahan aluminium yang kebetulan rusak dan memerlukan perbaikan bisa disulap menjadi perkakas baru lagi.

Pak Mad, demikian ia biasa disapa, adalah seorang tukang reparasi perkakas dapur keliling. Entah sudah berapa ratus atau bahkan ribu perkakas dapur yang telah ia reparasi, yang pasti lelaki kelahiran 49 tahun silam itu sudah menapaki debut karirnya selama lebih dari 10 tahun. Sebagai tukang reparasi keliling, lelaki paruh baya asal Desa Kedamean, Gresik -- Jawa Timur itu berusaha proaktif mengikuti gaya berbisnis zaman now. Ia berusaha memberikan layanan dan kualitas hasil kerja yang memuaskan setiap pelanggannya. Setelah proses reparasi selesai tak lupa ia memberikan nomer handphonenya. Katanya, bila ada komplain atau pelanggan ingin menggunakan kembali jasanya, bisa menghubunginya lagi lewat nomer handphone tadi.

Wah.. hebat benar bapak yang satu ini. Meski hanya seorang tukang reparasi kecil namun ia juga menyediakan layanan after sales (purna jual, red) benar-benar mirip bisnis zaman now. Dengan sepeda motor bebek kesayangannya, lelaki beranak dua itu rajin berkeliling dari desa ke desa menjajakan jasanya.

Telaten mereparasi (dok.pri)
Telaten mereparasi (dok.pri)
Dalam sehari, Pak Mad bisa mengantongi penghasilan antara 60 hingga 100 ribu rupiah. "Gak mesti dik, kadang sepi kadangyo rame garapane (tidak mesti dik, kadang sepi kadang juga ramai pekerjaannya, red)" ungkapnya sambil serius memperbaiki dandang yang rusak.

Biaya reparasi alat dapur ala Pak Achmad ini terbilang murah namun ada saja perkakas yang membutuhkan ongkos lebih mahal, tergantung tingkat kerusakannya. Untuk biaya reparasi ringan biasanya ia kenakan ongkos 10 ribu rupiah sedangkan kerusakan berat biaya reparasinya bisa lebih dari 100 ribu rupiah.

Lelaki yang sudah pantas dipanggil kakek karena memiliki cucu dari hasil pernikahan anak pertamanya itu, mengaku menjadi tukang reparasi perkakas dapur langganan para buruh pabrik yang ada di dekat rumahnya. Ia seolah menjadi pakarnya reparasi alat dapur yang digandrungi para ibu yang kebanyakan bekerja sebagai buruh pabrik di daerahnya.

Bahkan tak jarang tetangga dekatnya sendiri juga sangat suka dengan hasil reparasi Pak Mad ini karena kualitasnya bagus dan orangnya telaten, apa yang menjadi kemauan pelanggannya ia turuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun