Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terkenang Aksi Heroik Arek-arek Surabaya

6 November 2017   11:53 Diperbarui: 10 November 2017   03:57 2489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Merah Surabaya (dok.pri)

Sebentar lagi rakyat Indonesia memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November 2017. Hari Pahlawan diperingati oleh segenap Bangsa Indonesia untuk mengenang kembali aksi heroik arek-arek Suroboyo dalam mengusir Inggris dan sekutunya.

Selama kurang lebih 350 tahun Belanda menjajah Indonesia akhirnya tahun 1942 harus bertekuk lutut setelah menghadapi bala tentara Jepang yang dikenal bengis dan pastinya berani mati itu. Kolonialisme Jepang tak bertahan lama, hanya sekitar 3 tahun namun derita yang dialami rakyat Indonesia begitu luar biasa. Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu setelah dua kota penting yakni Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika.

Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan Sukarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu tampaknya tak menyurutkan Belanda untuk mencoba menjajah kembali bumi pertiwi tercinta ini dengan membonceng pasukan Inggris yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands  East Indies atau disingkat AFNEI. Pasukan Inggris (Britania Raya dan Gurkha) bertugas melucuti pasukan Jepang di kawasan Asia Pasifik termasuk yang berada di Indonesia. Inggris bukan hanya bertugas melucuti senjata dan memulangkan pasukan Jepang, dengan diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ia berupaya mengembalikan Indonesia yang secara administratif merupakan jajahan Hindia Belanda.

Sebenarnya setelah proklamasi kemerdekaan tak serta merta pasukan Belanda, Jepang dan penjajah lain hengkang dari bumi Indonesia. Di Bulan September misalnya, tepatnya tanggal 19 September 1945 meletuslah peristiwa di atas Hotel Yamato, yang di masa Belanda bernama Hotel Oranye atau yang sekarang dinamakan Hotel Majapahit. Kejadian itu dikenal dengan istilah insiden penyobekan bendera Belanda. Arek-arek Surabaya berjuang mati-matian mempertahankan harga diri dan kedaulatan negara dengan gagah berani menyobek warna biru dari bendera Belanda, kontak senjata tak bisa dihindarkan dan korbanpun berjatuhan dari kedua belah pihak namun akhirnya pemuda dan pejuang Surabaya berhasil mengibarkan kembali sang merah putih, bendera negara kita.

Keadaan Surabaya semakin memanas saja setelah tewasnya Jenderal Mallaby pada tanggal 30 Oktober 1945. Dikabarkan bahwa Mallaby tewas di dalam mobilnya akibat terkena ledakan granat saat konfrontasi dengan pejuang-pejuang Surabaya di halaman gedung Internatio tak jauh dari Jembatan Merah Surabaya. Hingga kini masih menjadi misteri, siapa pemuda atau arek Surabaya yang berhasil menggranat Mallaby itu?

Kejadian tewasnya Mallaby menyulut amarah Inggris dan sekutunya. Pasukan Inggris murka sekaligus mengeluarkan ancaman akan membumi-hanguskan Surabaya dari segala penjuru, Jenderal  Manserg sebagai pengganti Mallaby meng-ultimatum agar rakyat Surabaya menyerah saja, namun ultimatum Inggris  itu disambut dengan sangat berani oleh Gubernur Suryo melalui pidatonya di Radio Nirom (sekarang menjadi hotel JW Marriot, Embong Malang) pada tanggal 9 November 1945 jam 23.00 waktu Surabaya, yang cuplikan isinya "lebih baik kita hancur berkeping-keping daripada dijajah kembali"

Pertempuran sengit tak terelakkan lagi, hingga meletuslah perang 10 November 1945. Menurut catatan sejarah, pertempuran yang tidak seimbang itu sedikitnya menewaskan 6 ribu pejuang Surabaya, pertempuran berlangsung selama kurang lebih 3 minggu. Akibat digempur Inggris dan konco-konconya dari darat, laut dan udara mengakibatkan Surabaya hancur luluh lantak bak kota mati. Sebagian pejuang yang masih hidup melarikan diri keluar kota bergabung bersama pengungsi. Sampai awal Januari 1946 kondisi Surabaya diberitakan masih memanas.

Pertempuran terjadi merata di hampir semua wilayah Surabaya. Kawasan Jembatan Merah, Kebon Rodjo, Jalan Pahlawan (Tugu Pahlawan), Wonokromo, Kedungcowek (Benteng Kedungcowek), Rumah Sakit Simpang (Plaza Surabaya), Panti Asuhan Don Bosco (Jalan Tidar), Paviliun Gedung Nasional Indonesia (GNI) atau sekarang menjadi kompleks makam Dr. Sutomo, Bubutan Surabaya dan masih banyak lagi, semua tempat itu menjadi medan juang arek-arek Suroboyo. Selain berkat dukungan para pejuang, Bung Tomo melalui siaran radio tak henti-hentinya meneriakkan Allahu Akbar...Allahu Akbar...dan pekik merdeka, beliau memompa semangat juang rakyat Surabaya.

Aksi perlawanan rakyat Surabaya yang dengan pengorbanan jiwa-raga berani melawan Inggris dan sekutunya pada tanggal 10 November 1945 itu tercatat sebagai salah satu perang terdahsyat sepanjang sejarah dunia. Aksi heroik pejuang-pejuang Surabaya kala itu sekaligus mengantarkan Surabaya sebagai kota pahlawan dan pada tanggal yang sangat bersejarah itu secara nasional diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun