Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manfaatkan Waktu Luang dengan Beternak Lele

28 Oktober 2017   11:36 Diperbarui: 31 Oktober 2017   03:15 1803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah lele predator itu (dok.pri)

Memanfaatkan sebagian halaman rumah untuk berkebun atau beternak merupakan kegiatan positif, inspiratif sekaligus rekreatif yang kini mulai banyak dilakukan orang. Beternak ikan misalnya, apapun jenis ikan yang hendak dipelihara meski dalam skala kecil sekalipun bukanlah sebuah keisengan belaka melainkan sebagai salah satu cara mengisi waktu luang yang bisa saja mendatangkan keuntungan atau manfaat lainnya.

Beternak ikan, khususnya ikan lele sepertinya paling banyak dilakukan orang. Cara beternak ikan lele sangatlah mudah, tidak memerlukan perhatian dan perawatan khusus yang memberatkan serta tidak banyak menyita waktu kita. Selain itu nilai gizinya cukup tinggi dan secara ekonomi-bisnis ikan yang istilah asingnya "cat fish" itu cukup menjanjikan.

Umur 2 minggu dari tebar bibit (dok.pri)
Umur 2 minggu dari tebar bibit (dok.pri)
Cara beternak ikan lele dengan memanfaatkan sebagian halaman yang kosong bisa dilakukan dengan dua cara yaitu secara bongkar pasang (knock down) dan permanen dengan membuat kolam semen. Kolam bongkar pasang biasanya dibuat dari plastik terpal dengan kerangka dari kayu atau pipa paralon. Jenis kolam knock down ini selain praktis juga hemat biaya. Sayangnya konstruksinya memang tidak sekokoh kolam dari bangunan tembok berperekat semen.

Untuk membuat kolam semen memang dibutuhkan biaya lebih besar namun hasilnya lebih awet karena bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama. Dengan kolam semen memungkinkan untuk tumbuh dan berkembangnya lumut di dinding kolam atau mikroflora lainnya yang berfungsi sebagai bahan makanan (tambahan) bagi ikan lele itu sendiri.

Soal jenis kolam yang akan dibuat, itu tergantung selera dan hal itu disesuaikan dengan ketersediaan budget serta luasnya halaman yang ada. Secara pribadi saya lebih cenderung membuat kolam dari bangunan semen.

Di halaman rumah yang tak begitu luas itu, saya mencoba beternak ikan lele. Meski saya bukan tukang bangunan namun kalau sekedar membuat kolam semen apa sih susahnya. Simsalabim jadilah susunan batu bata berplester semen dengan ukuran  3,2 m X 2 m X 1 m.

Bagian dasar kolam semen dibuatkan lubang (stop kran) pembuangan air yang fungsinya untuk menguras air kolam saat panen. Bagian atas, kira-kira 30 cm dari bibir kolam juga dibuatkan 1 lubang kontrol agar air tidak sampai meluap. Sekedar untuk diketahui, kolam yang saya buat ini cukup mengandalkan cucuran air hujan dari lantai atas rumah kami sehingga lebih hemat biaya.  

Aturannya nih untuk kolam berukuran 2 X 3 meter persegi (tinggi 65 cm) cocoknya diisi bibit lele sebanyak 300 - 400 ekor atau paling banyak 500 ekor. Tinggi kolam saya tingkatkan hingga 1 meter dengan harapan agar kolam bisa diisi bibit lele lebih banyak lagi, misalnya 800 atau 1000 ekor.

Jumlah bibit lele yang dibudidayakan hendaknya disesuaikan dengan besarnya kolam, hal itu penting mengingat ikan lele ini mempunyai karakter suka memangsa sesama lele atau istilah populernya predatorisme kali ya, selain itu untuk menghindari kompetisi makanan atau kebutuhan lain yang diperlukan untuk tumbuh-kembang lele hingga siap dipanen.

Beberapa kali saya mencoba membeli bibit lele di mal ikan (hias) Gunungsari Surabaya. Sistemnya, bibit lele yang akan dibeli itu sudah ditempatkan di dalam kantung-kantung plastik yang sudah terisi oksigen. Pembeli tidak tahu persis seberapa besar kualitas bibit lele tadi, kalau terlalu lama berada dalam kantung plastik bukan tidak mungkin menyebabkan sebagian bibit lele akan teler karena kekurangan oksigen dan ruang gerak yang sempit.

Beberapa tahun terakhir saya mulai mencoba lagi dengan membeli bibit lele di kawasan Krian Sidoarjo, pada seorang pedagang yang memang memiliki kolam pembibitan di rumahnya. Bibit lele yang ditempatkan di kolam khusus akan terlihat lebih sehat dan lincah geraknya. Harga bibit lele perekornya sesuai dengan ukuran panjang ikan. Yang paling murah Rp. 60,- perekor dengan panjang 2 sentimeter.

Saya pikir untuk ukuran 2 cm harganya memang murah tapi terlalu kecil, akan beresiko pada tingginya jumlah kematian. Untuk itu saya memutuskan membeli bibit lele yang lebih besar, berukuran 4 - 5 cm dengan harga Rp. 200,- perekornya. Kembali saya tebarkan 500 ekor bibit lele ke dalam kolam yang sebenarnya berdaya tampung 1000 ekor itu.

Sebulan pertama saya masih mengandalkan pakan lele berupa pelet yang saya beli dari penjual bibit lele tadi, sebagian lagi saya beli dari toko khusus pakan ikan. Ukuran butiran pelet harus disesuaikan dengan umur lele yang dibudidayakan. Untuk menciptakan suasana lingkungan yang mirip habitat aslinya, ke dalam kolam saya tumbuhkan kangkung rawa (Ipomoea aquatica) dan enceng gondok (Eichhornia crassipes).

Setelah lele berumur sebulan lebih, saya mulai menerapkan pakan tambahan (selingan) selain pelet.  Sisa-sisa nasi, cacahan bekicot (Achatina fulica), tahu, lemak ayam bisa menjadi pakan alternatif yang handal. Daging buah pace (Morinda citrifolia) yang sudah matang dengan bau khas itu bisa menjadi makanan sekaligus anti penyakit yang ampuh bagi ikan lele.

Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada lele ialah bercak (luka) putih pada tubuh bagian bawah, penyakit itu umumnya disebabkan oleh serangan bakteri Aeromonas. Untuk mencegah penularan penyakit biasanya ke dalam kolam ditaburkan cairan blue methil atau cara yang paling murah dengan menaburkan garam dapur kristal secara merata. Cacahan daun pepaya yang kaya akan vitamin dan zat anti bakteri bisa menjadi pakan alternatif sekaligus obat bagi lele.

Sejak tebar 500 ekor bibit hingga mendekati umur 2 bulan, lele yang mati tidak banyak, paling tidak lebih dari 10 ekor. Biasanya kalau ada yang mati bangkai lele akan mengambang dan itu dengan segera saya ketahui. Bangkai lele bisa saja menjadi santapan lele sehat lainnya.

Dari jumlah kematian lele yang terlihat saya berkesimpulan bahwa percobaan budidaya lele kali ini cukup berhasil. Melihat ukuran lele yang sudah cukup besar, belum genap 2 bulan sudah saya lakukan pemanenan. Betapa senangnya hati kami, istri dan putri semata wayang kami juga turut membantu menangkapi lele-lele yang jumlahnya tidak banyak itu.

Inilah lele predator itu (dok.pri)
Inilah lele predator itu (dok.pri)
Namun betapa terkejutnya saya ketika dihitung kembali ternyata jumlahnya cuma 350 ekor. Lalu ke mana sisanya? Padahal yang terlihat mati selama proses pemeliharaan tidak lebih dari 10 ekor. Usut punya usut ternyata beberapa ekor lele yang berukuran sangat besar menjadi biangnya. Lele yang besarnya 3 hingga 4 kali ukuran lele yang dipanen itu selama pemeliharaan ternyata menjadi pemangsa (predator) bagi lele lainnya.

1 kilogram berisi 10-12 ekor (dok.pri)
1 kilogram berisi 10-12 ekor (dok.pri)
Sehingga saat panen banyak lele yang lenyap karena dimangsa sang predator tadi. Saat pemanenan saya amati untuk berat 1 kg berisi 10 - 12 ekor lele yang sudah siap diolah. Bisa dijual dengan harga 20 - 21 ribu rupiah sekilonya. Umur panen lele bagi setiap peternak tidaklah sama, bisa saja lele dipanen pada umur 3 atau 4 bulan dengan harapan agar bobot perekornya menjadi lebih besar.

Daging ikan lele bertekstur halus dan rasanyapun enak bila diolah secara tepat. Ikan bernama latin Clarias batrachus itu mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Di dalam daging lele terkandung zat Omega-3 dan Omega-6 yang sangat berperan aktif dalam perkembangan syaraf otak (janin), selain itu juga baik untuk kesehatan jantung serta masih banyak lagi manfaat mengonsumsi daging lele terutama sebagai penyedia asupan protein bagi tubuh kita. 

Kandungan senyawa dalam daging lele (internet )
Kandungan senyawa dalam daging lele (internet )
screenshot-2017-10-27-19-21-36-1-59f787e3f33a2d367a7ca1f2.jpg
screenshot-2017-10-27-19-21-36-1-59f787e3f33a2d367a7ca1f2.jpg
https://youtu.be/XGkX1XI0mcA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun