Ada banyak alasan mengapa seseorang merasa perlu menanami halaman rumahnya dengan jenis tanaman tertentu. Beberapa alasan itu antara lain ialah agar halaman rumah tidak terlihat kosong-melompong, agar rumah tampak lebih indah dengan hadirnya tanaman hias atau pepohonan di halaman itu, agar lingkungan rumah terasa asri (teduh) karena udara segar yang ditimbulkannya atau pohon (tanaman) yang ditanam itu memang sengaja untuk diambil manfaatnya sebab buahnya bisa dimakan langsung atau digunakan sebagai bahan obat herbal bagi si pemilik rumah itu.
Pemilik rumahpun bisa dengan bebas dan leluasa menentukan jenis tanaman apa yang hendak ditanam sesuai seleranya. Tanaman "arbei" misalnya, tanaman ini juga cocok untuk ditanam di halaman rumah. Beberapa halaman rumah milik tetangga kami juga terlihat ditanami tanaman yang punya nama lain "murbei" atau "murbai" atau masyarakat Jawa sering menyebutnya dengan istilah "besaran". Yang pasti bukan "marba'i" sebab itu nama orang ha..ha.. .
Arbei yang sering kita jumpai itu memiliki nama asing "mulberry" atau istilah ilmiahnya Morus indica L. Di luar negeri banyak tumbuh puluhan jenis buah dengan suku kata berry namun yang akrab di telinga kita tak terkecuali saya adalah blackberry, blueberry, raspberry, cranberry dan juga strawberry.
Mulberry atau arbei, dulu di masa kecil kami dengan mudah saya temukan di pinggir sungai dekat tempat tinggal kami. Tanaman dengan buah berukuran kecil (1-2 cm) itu tingginya bisa mencapai 10 hingga 15 meter, saya masih ingat betul ketika kami sering bermain, bergelayutan di pohon itu sampai akhirnya jatuh ke dalam sungai. Pohonnya yang tidak terlalu kuat menyebabkan mudah patah.
Potong cabang batang, sebaiknya jangan terlalu muda dengan panjang kira-kira 30-40 sentimeter, tancapkan ke dalam media tanam dengan kedalaman kira-kira 15-20 sentimeter. Bila perlu oleskan perangsang akar (rootone Fatau merek lainnya) pada ujung stek yang akan ditancapkan agar sistem perakaran mudah terbentuk. Sebagian praktikan ada yang mengoleskan fungisida dithane M45 agar ujung stek tidak terinfeksi jamur (fungi). Bila stek ditanam di pot atau polibag sebaiknya dihindarkan dari cahaya matahari langsung namun kelembaban medianya juga harus tetap terjaga.
Sebagian praktikan membuat komposisi media tanam (tidak baku) agar akar dan tunas mudah tumbuh dengan perbandingan media sebagai berikut = tanah : kompos : pupuk kandang : sekam bakar = 2 : 1 : 1/2 : 1/2 . Tanah sebaiknya menggunakan tanah gembur / remah (topsoil), kompos (rabuk) bisa berasal dari dekomposisi daun-daun tanaman atau bahan organik lainnya, pupuk kandang bisa menggunakan kotoran sapi atau kambing yang sudah dikomposkan terlebih dulu. Sekam bisa menggunakan sekam biasa atau yang sudah dibakar. Agar media tumbuh stek "porous" (mudah meloloskan air) sebagian praktikan mengganti sekam dengan pasir.
Sebenarnya banyak sekali manfaat arbei ini, baik dari gizi dan kesehatan maupun potensi ekonominya asal dikelola secara tepat. Kalau dibudidayakan dalam skala besar misalnya dalam bentuk usaha perkebunan atau hutan arbei mungkin akan lain hasilnya. Daun arbei selama ini dimanfaatkan untuk makanan ulat sutera (Bombyx mori), batang pohonnya untuk kayu bakar atau bahan rumah, buahnya bisa diolah menjadi jus, selai atau minuman sari buah dalam kemasan.
Buah arbei yang sudah masak (tua) itu terlihat dari warna buahnya dari ungu kehitaman sampai hitam, rasanya juga manis. Sementara yang masih muda berwarna putih kehijauan rasanya juga masam, perlahan menua menjadi merah.
Selain itu di dalam buah arbei terdapat zat antioksidan berupa senyawa saponin, flavonoid dan polifenol yang berperan aktif menetralkan radikal bebas penyebab infeksi dan pemicu munculnya sel-sel kanker. Kandungan kalsium pada buah arbei berperan dalam memelihara kepadatan tulang dan menguatkan gigi. Vitamin C dalam buah arbei berfungsi mencegah sariawan, menjaga kesehatan kulit atau penuaan (ageing) dini. Rajin mengonsumsi arbei juga baik untuk mempertahankan stamina tubuh, kesehatan lambung (maag), mencegah penyakit tipes, hepatitis, demam serta melancarkan peredaran darah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H