Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cak Hari Meraup Rupiah dari Es Cao

8 Maret 2017   14:33 Diperbarui: 9 Maret 2017   20:01 4255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cak Hari dan lapak Es Caonya (dok.pri)

Bila Anda melintas di kawasan Jalan Simpang Dukuh Surabaya, tak jauh dari Hotel Simpang (Inna Simpang) berada, Anda akan dengan mudah menemukan lapak dorong Es Cao.

Lapak dorong itu milik Mas Hariadi, lelaki muda asal Gentengkali Surabaya itu sengaja menempatkan lapak dorongnya di pinggir Jalan Simpang Dukuh yang berdekatan dengan hotel, sekolahan dan beberapa gedung perkantoran agar lapak Es Caonya laris manis didatangi banyak pembeli.

Upaya bapak muda berputera satu kelahiran 24 tahun silam itu memang tak sia-sia. Setiap harinya, lapak Es Caonya tak pernah sepi pembeli.

Jarene wong-wong mas, panggonan sing strategis iku nentokno kasile dodolan (kata orang mas, tempat yang strategis itu menentukan hasil penjualan, red)” ujarnya dengan dialek khas Jawa Timuran.

Cak Hari, demikian panggilan sehari-hari Hariadi, lelaki muda berbadan gempal itu banyak belajar dari pengalaman orang-orang yang pernah ditemuinya. Maka dicobalah memindahkan lapak dorongnya yang tadinya berada di dalam kompleks sekolahan kini ia tempatkan di pinggir jalan.

Cak Hari dan lapak Es Caonya (dok.pri)
Cak Hari dan lapak Es Caonya (dok.pri)
Maune yo gak banter koyok saiki mas (tadinya ya nggak selaris seperti sekarang ini, red) cetusnya penuh semangat.
Sambil sesekali melayani pembeli yang datang, Cak Hari dengan ramah menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan. Untuk segelas Es Cao ia patok dengan harga 3 ribu rupiah. Dalam sehari Cak Hari bisa menjual sedikitnya 100 gelas.

Biasane nek udan-udan ngene iki rodok sepi mas (biasanya kalau musim hujan penjualan agak sepi mas, red) terangnya dengan santun. Sebagai pelengkap Es Cao, di dalam lapaknya juga tersedia beraneka makanan ringan, gorengan dan sate jeroan. Untuk gorengan dan sate jeroan, ia jual dengan harga 2500 rupiah.

Bila diperhatikan, Es Cao buatan Cak Hari itu memang sedikit berbeda dengan Es Cao yang biasa saya atau Anda lihat. Entah bahan apa yang ditambahkan ke dalam larutan gula merah (Gula Jawa) hingga terasa beda dan khas. Lagipula kalau kebanyakan penjual Es Cao meletakkan air ke dalam wadah plastik maka Cak Hari justru menggunakan kemaron yakni semacam wadah dari tanah liat yang berukuran cukup besar sebagai tempat air. Ke dalam kemaron tadi ia tambahkan daun pandan agar rasa dan aroma Es Caonya suegeerrr dan pastinya menggugah selera.

Sebagai informasi tambahan, Cao atau ada yang menyebutnya Cincau Hitam dibuat dari daun cincau (janggelan) kering yang direbus terlebih dulu sampai hancur, lalu ke dalam rebusan tadi ditambahkan Abu Qi (Na OH) atau abu merang.

Setelah disaring hingga menghasilkan cairan bening kehitaman kemudian masukkan tepung tapioka. Aduk-aduk hingga merata agar tidak menggumpal lalu dinginkan selama beberapa jam. Selain sebagai pelepas dahaga yang handal, Cao (Cincau) juga sangat bermanfaat mengatasi panas dalam, sembelit, diare, kanker, stroke, penyakit jantung dan masih banyak lagi manfaat lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun