[caption caption="(dok.pri)"][/caption]
Begitu banyak aktivitas keseharian manusia dalam memenuhi nafkah keluarganya yang tak bisa diceritakan satu persatu di sini. Kemarin (03/03) saya melihat langsung seseorang mengais rezeki di Sungai Kemasan, Wonoayu – Sidoarjo.
Selama ini Sungai Kemasan berfungsi sebagai kali (sungai kecil) untuk mengairi (irigasi) lahan pertanian yang ada di desa-desa sekitarnya. Namun bagi Sugiono, Sungai Kemasan dan beberapa sungai lain yang ada di Kabupaten Sidoarjo seolah sudah menjadi ladang mendulang emas. Lalu apa sebenarnya aktivitas sehari-hari Sugiono itu? Menjala atau mengail ikan? jawabnya bukan, mencari sampah plastik atau besi rongsokan di sungai? juga bukan, nyetrum ikan? bukan. Pria yang akrab disapa Giono itu sehari-harinya ternyata berburu Cacing Lur di Sungai Kemasan.
[caption caption="Menangkap Cacing Lur"]
"Mulane awakku kroso gatel-gatel pak soale durung kulino slulup nang kali (awalnya badan saya terasa gatal-gatal pak karena belum terbiasa menyelam di sungai, red)” ujar Giono saat berbincang dengan saya di tepi Sungai Kemasan.
Ia pernah merasakan sekujur badannya gatal-gatal saat pertama kali menekuni pekerjaan sebagai pemburu Cacing Lur. Awalnya ia merasa malas dan sempat patah semangat dengan profesi yang dijalaninya itu. Lama-kelamaan terbiasa juga apalagi Cacing Lur memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan.
Pria kelahiran Desa Sedengan Wijen, Krian-Sidoarjo, Jawa Timur itu kini sudah lebih dari lima belas tahun menapaki karir sebagai pemburu Cacing Lur. Untuk sekaleng cat Cacing Lur dengan berat 5 kilogram di tingkat pengepul harganya berkisar antara 45 sampai 65 ribu rupiah.
Dalam sehari sedikitnya ia bisa memperoleh Cacing Lur sebanyak 3 kilogram. Oleh pengepul Cacing Lur tadi dibersihkan lagi, kadang langsung dijual ke Blitar dan kota-kota lain di Jawa Timur dalam kondisi masih segar. Sebagian lagi dikirim ke pabrik untuk diproses kembali menjadi bahan baku pakan berbagai ikan termasuk ikan hias.
“Cacing Lur biasane uripe nang kali sing akeh limbahe pak (Cacing Lur biasanya hidup di sungai berlimbah pak, red)” terangnya sambil sesekali membersihkan cacing tangkapannya dengan saringan khusus. Pria muda beranak satu kelahiran 34 tahun silam itu terlihat begitu heppy dan percaya diri dengan karir yang ia tekuni selama ini.
Bila diperhatikan, pekerjaan yang dilakoni Giono itu tampak begitu sederhana, hanya pencari cacing dalam sungai. Dengan hanya berbekal pelampung yang terbuat dari ban dalam roda mobil, wadah plastik dan jala saringan untuk menangkap cacing, ia mengisi kesehariannya dengan berburu cacing.
Namun siapa sangka berkat pekerjaan unik itu ia bisa membangun rumah dan menghidupi keluarga di desanya. Suatu profesi yang mungkin saja dipandang rendah orang lain namun sebenarnya cukup tinggi hasilnya.
Cacing Lur itu bentuk dan ukurannya jauh lebih kecil dan halus ketimbang cacing tanah yang biasa kita lihat sehari-hari. Cacing Lur mudah hidup dan berkembang biak di sungai yang airnya banyak mengandung limbah. Nah di sungai-sungai berlimbah itulah Giono biasa kungkum (berendam, red).
[caption caption="Cacing Lur yang berhasil ditangkap"]