Kemarin pagi (20/02) diberitakan di televisi bahwa Jakarta terendam banjir lagi. Entah sudah berapa ratus atau bahkan ribu kali wilayah Jakarta digenangi air banjir. Banjir tak hanya melanda kawasan pinggiran Jakarta, di kolong jalan tol ibu kota negara kita itu juga tak luput dari genangan air banjir. Akibat banjir yang melanda Jakarta, sebanyak 300 an warga Cipinang-Melayu sampai diungsikan ke masjid milik Universitas Borobudur Jakarta.
Salah satu cara yang ditempuh pemerintah DKI Jakarta dalam mengatasi persoalan banjir itu ialah dengan mengoptimalkan kerja ratusan pompa air yang tersebar di berbagai sudut Jakarta. Selain pompa air berukuran besar, sejumlah pintu air seperti  Pintu Air Manggarai, Pintu Air Karet dan Pintu Air Katulampa (Bogor) semakin dioptimalkan sebagai instrumen pengendali banjir Jakarta.
Intensitas curah hujan yang meningkat tajam akhir-akhir ini tak hanya menimbulkan banjir di Jakarta, hampir di berbagai penjuru tanah air juga dilanda bencana banjir. Surabaya sebagai kota metropolitan kedua setelah Jakarta juga tak luput dari serangan banjir. Seperti halnya Jakarta yang memiliki banyak pintu air, Surabaya juga punya lho. Pintu Air Jagir Surabaya dikenal sebagai pengendali banjir yang handal.
Dinamakan Pintu Air Jagir karena bangunan bendung itu memang berada di Sungai (kali) Jagir Surabaya. Pintu Air Jagir ini sudah ada saat Belanda menguasai Surabaya pada tahun 1923, bahkan jauh-jauh hari sebelum Belanda menginjakkan kaki di Surabaya, lokasi yang kini dijadikan Pintu Air Jagir itu dulunya merupakan tempat bala tentara Tar-tar menambatkan kapal-kapal perangnya sebelum menyerang Prabu Jayakatwang dari Kediri pada tahun 1293.
Sebagai sebuah bangunan bendung bernilai sejarah yang difungsikan sebagai pengendali banjir Kota Surabaya, tentu saja Pintu Air Jagir harus senantiasa dalam keadaan terpelihara. Pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan Pintu Air Jagir sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi undang-undang sesuai Surat Keputusan (SK) Walikota Surabaya no. 188.45/004/402.1.04/1998/no. urut 54.
Tak hanya berfungsi sebagai pengendali banjir, di sekitar pintu air yang bersejarah itu banyak kita lihat orang memancing ikan. Di seberang jalan, tak jauh dari lokasi pintu air terdapat stan (toko) atau lapak dorong yang secara khusus menyediakan beraneka ragam alat pancing dan perlengkapannya. Sungai Jagir juga menjadi tempat berkembang-biaknya ganggang air yang sangat baik untuk makanan ikan.
Pada malam hari Pintu Air Jagir tampak indah dipandang mata. Setiap sudut bangunan bendung warisan Belanda itu dipasang lampu-lampu khusus sehingga temaram cahaya lampu menciptakan pemandangan unik dan pastinya menarik bila disaksikan dari kejauhan. Tak jauh dari Pintu Air Jagir terdapat Stasiun Kereta Api Wonokromo, pusat pertokoan Darmo Trade Centre / DTC (dulu Pasar Wonokromo), terminal bemo dan bus kota Joyoboyo dan Kebun Binatang Surabaya.
Bagi Anda yang kebetulan melintasi kawasan Jalan Darmo Kali - Wonokromo menuju Jalan Achmad Yani-Surabaya atau Waru-Sidoarjo maka jangan lewatkan untuk mampir sejenak di lokasi Pintu Air Jagir. Taman bunga dan pepohonan yang rindang di sekitarnya semakin terawat dengan baik, bukan saja menghadirkan suasana teduh dengan udara yang segar namun juga enak dipandang mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H