Jangan Anda kira jalan-jalan ke gunung atau mendaki itu hanya sebuah keisengan belaka atau istilah Jawanya muspro (pekerjaan yang sia-sia, red). Tidak demikian bro n sis, sebagian orang mendaki gunung justru karena mereka sadar bahwa seperti halnya manusia, tumbuhan dan hewan, gunung (alam pegunungan) juga merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang harus disayangi.
Gunung juga menjadi sumber eksplorasi ilmu pengetahuan. Jenis bebatuan, flora dan fauna yang ada di gunung akan menjadi objek penelitian yang sangat berharga bagi umat manusia. Apalagi seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) khususnya kawasan Gunung Semeru yang oleh sebagian orang khususnya masyarakat Suku Tengger masih dianggap keramat. Wah.. kita nggak bisa serampangan kalau main-main ke sana. Saya pikir bukan untuk Gunung Semeru saja, kepada semua gunung kita juga harus “sayang” dan pastinya berlaku adil.
Gunung Semeru dengan Ranu Kumbolo yang sangat terkenal itu kini menjadi ikon pariwisata di mata dunia selain Gunung Bromo. Danau Ranu Kumbolo hingga kini masih terjaga keindahan dan kelestarian alamnya, tidak seperti Ranu Regulo dan Ranu Pane yang sudah tak nampak lagi pesonanya. Danau Ranu Kumbolo, airnya masih murni serta terhindar dari polutan sehingga bisa diminum langsung meski tanpa direbus terlebih dulu.
Pendaki gunung yang rata-rata berusia muda itu memiliki karakter yang berbeda-beda. Mengamati tingkah-pola para pendaki Gunung Semeru bukan saja menarik namun juga menginspirasi. Saya bisa mengetahui hal itu ketika mendaki bersama para pendaki yang tergabung dalam PHP - Adventure. Meski hanya semalam kami menginap di camp ground Ranu Kumbolo tapi yang namanya tingkah-laku yang sesungguhnya alias tidak dibuat-buat dari para pendaki itu sudah bisa saya saksikan.
Seorang pendaki wanita yang taat beribadah dalam kondisi di mana saat itu rekan-rekannya sedang sibuk membereskan tenda menjelang turun gunung toh ia masih tetap konsisten menunaikan ibadah sholat lima waktu. Sementara itu seorang pendaki wanita lainnya sedang menunjukkan ekspresi keceriannya, itu terlihat saat berfotoria dengan view Ranu Kumbolo dari kejauhan.
Sarapan pagi juga dilakukan secara bersama-sama. Makanan ditempatkan di atas alas plastik berukuran besar yang sudah pasti terjaga kebersihannya. Selanjutnya makanan tadi dibagi-bagi menjadi beberapa porsi besar agar anggota tim bisa dengan muda menikmatinya.
Saya dan beberapa anggota tim lainnya tak melewatkan kesempatan baik di pagi itu untuk mengabadikan setiap sudut cantik Ranu Kumbolo.
Sepasang pendaki muda terlihat sedang berpura-pura menyatakan cinta dengan bunga eksotis Verbena brasiliensis yang fenomenal itu, tentu saja "aktingnya" itu mengundang perhatian pendaki lain.
Sudah menjadi kewajiban seorang pendaki untuk membantu pendaki lainnya yang sedang mengalami cidera atau kecelakaan saat pendakian, antara lain dengan mengurut, memijit atau sekedar mengolesi dengan cairan obat gosok bagian tubuh yang mengalami cidera atau keseleo tersebut.
Tentu saja hasil pengamatan saya itu hanya terbatas pada sebagian kecil pendaki Gunung Semeru terutama rekan pendaki dalam satu tim. Meski demikian saya merasa terhibur dan bisa mengambil hikmah dari setiap tingkah-pola yang dilakukan oleh rekan-rekan sesama pendaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H