“Sebelum dibuang ke sungai, limbah pabrik diolah terlebih dulu melalui Waste Water Treatment (WWT)” terang Mudjib. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Pabrik Ajinomoto benar-benar menerapkan sistem Zero Emission (nol limbah / buangan). Semua yang tersisa bisa diolah lagi menjadi produk berkualitas dan bernilai ekonomi, demikian tegasnya. Contohnya, limbah tetes bisa diolah lagi menjadi bahan pembuatan gipsum. Selain itu juga bisa dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair Amina dan bahan campuran protein pakan ternak.
Pupuk cair Amina selain ramah bagi lahan budidaya pertanian juga mengandung unsur hara yang diperlukan bagi tumbuh - kembang tanaman. Unsur hara penting seperti N, P dan K serta unsur mikro lainnya tersedia cukup dalam pupuk itu. Dari limbahnya pula, Ajinomoto memproduksi pupuk daun Ajifol yang disemprotkan melalui daun tanaman.
Sudut Pandang
Bila kita amati satu-persatu komposisi bahan produk (bumbu) Ajinomoto terdiri dari bahan alami (organik) atau kimia makanan yang sangat aman bagi tubuh manusia yang mengonsumsinya. Bukan hanya aman namun juga bermanfaat bagi tubuh mereka yang menggunakan bumbu produksi Ajinomoto itu. Sebagai contohnya bahan lemak ayam, bahan ini mengandung antioksidan DL alfa tokoferol. Tahu kan antioksidan?, zat ini sangat diperlukan tubuh dalam menangkal radikal bebas penyebab munculnya kanker dan penyakit-penyakit berat lainnya.
Bahan pewarna, pengawet, penstabil dan pengental seperti karmin CL 75470, karamel kelas III dan IV, asam askorbat, sukralosa, asam sitrat, asam laktat, natrium bikarbonat, gom xanthan dan masih banyak lagi merupakan bahan kimia makanan yang diijinkan oleh Kementerian Kesehatan RI sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) no.722/MENKES/PER/X/88.
Beberapa bumbu produksi Ajinomoto yang dalam komposisinya menggunakan pemanis atau pewarna sintetis seperti ponceau 4R Cl no. 16255 disarankan untuk tidak dikonsumsi oleh anak berusia di bawah lima tahun, ibu hamil dan menyusui.
Meski dinyatakan sebagai bahan penguat rasa yang tidak berbahaya namun sebagian orang kadang menjadi alergi setelah menggunakan MSG dalam makanannya. Nah bagi mereka yang alergi terhadap MSG sudah pasti penggunaan MSG tidak diperlukan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H