Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjaga Toilet untuk Membeli Rumah

29 Januari 2017   13:18 Diperbarui: 30 Januari 2017   18:53 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Postur badannya tak terlalu tinggi alias tanggung, ramping dengan potongan rambut anak muda zaman sekarang. Kemeja lengan panjangnya berwarna putih dilipat hingga di atas siku tangannya. Tidak baru namun terlihat bersih dan rapi. Di pergelangan tangan kanannya melingkar seutas gelang entah dari bahan apa dengan motif bundar-bundar seperti tasbih. Sementara sebuah arloji pria juga terlihat menghiasi pergelangan tangan kirinya. Penampilannya sepintas terlihat seperti seorang salesman atau bahkan tak ubahnya seorang resepsionis.

Itulah gaya keseharian Edy Hariono dalam menapaki karirnya. Lelaki muda asal Desa Kedinding Lor, Kenjeran – Surabaya, saat saya temui siang itu (28/01/2017) tampak sibuk melayani tamunya. Cak Edy, demikian kawan-kawan kerjanya biasa memanggil, memang seorang penjaga. Namun pekerjaan yang disandang Edy ini bukan menjaga kantor atau hotel melainkan toilet. Jangan salah mengira (underestimate) dulu bro n sis, toilet yang dijaga Edy ini bukan sembarang toilet lho tapi toilet berkelas VIP.

Kalau Anda berkesempatan jalan-jalan ke Plaza Surabaya maka akan dengan mudah menemukan Edy yang sedang menjaga lapak kerjanya di lantai dasar mal kebanggaan warga Surabaya itu. Bujangan kelahiran 24 tahun silam itu sepertinya begitu mencintai pekerjaannya.

Aku wis telung taun mas ngantor nang kene (saya sudah tiga tahun mas berkantor di sini, red),” cetusnya dengan sedikit berkelakar. Wah.. cukup lama ya, berarti dia betah bekerja di sana, begitu pikir saya.

Sekedar diketahui, bahwa Plaza Surabaya termasuk mal tertua di Surabaya. Sebelum dibangunnya mal-mal besar seperti kompleks Tunjungan Plaza, Pakuwon City Mall dan Royal Plaza, maka Plaza Surabaya sudah berdiri terlebih dulu. Lokasi gedung mal ini dulunya merupakan lokasi Rumah Sakit Simpang yang sudah ada saat Belanda menduduki Surabaya.

Plaza Surabaya berada di Jalan Pemuda, jantung Kota Surabaya. Tempatnya sangat strategis, setiap harinya ratusan bahkan ribuan orang berbondong-bondong mendatangi mal yang letaknya berdekatan dengan Monumen Kapal Selam (Monkasel) dan gedung World Trade Centre Surabaya itu. Bisa dibayangkan berapa banyak pengunjung mal yang mendatangi toilet Edy.

Prei-an biasane rame wong mrene (liburan biasanya ramai orang ke sini, red)," ungkapnya di sela-sela melayani pengunjung toiletnya. Pada hari libur apalagi kalau long weekend yang bertepatan dengan hari libur nasional keagamaan, Plaza Surabaya biasanya ramai dikunjungi orang. Toilet yang dijaga Edy otomatis akan penuh sesak dengan para pengunjung mal.

Sedinone kadang iso sampek 1000 wong sing mrene mas (seharinya kadang bisa sampai 1000 orang yang datang ke sini mas, red)," terangnya. Untuk 1 orang pengunjung, pihak pengelola toilet mengenakan ongkos seribu rupiah. Edy tak bekerja sendirian di toilet itu. Ada beberapa orang yang bekerja secara bergantian (sistem shift). Edy sendiri bekerja mulai jam 10 pagi sampai jam 5 sore setiap harinya. Toilet yang dijaga Edy dan teman-temannya termasuk eksklusif, kebersihannya selalu terjaga namun tarifnya termasuk murah untuk ukuran toilet berbayar.

Selalu terjaga kebersihannya (dok.pri)
Selalu terjaga kebersihannya (dok.pri)
Dibayar piro sampeyan sak ulane (digaji berapa kamu sebulannya, red)” tanyaku lebih jauh. Dengan nada agak sungkan dan tanpa menyebut nominalnya ia mengatakan bahwa untuk ukuran orang seusianya gaji yang diberikan perusahaan (pemilik toilet) sudah dirasa cukup. Edy kini memang masih tinggal bersama orang tuanya di kawasan Kenjeran, Surabaya Timur. Ia bercita-cita kelak nanti kalau sudah berumah tangga akan secepatnya membeli rumah sendiri.

Sik nyelengi mas (masih menabung mas, red)” timpalnya penuh optimisme. Pekerjaan menjaga toilet sepintas dianggap orang rendahan. Kurang bergengsi dan penghasilannya kecil atau jauh dari layak. Padahal Edy sendiri merasa cocok melakoninya, bahkan ia mengaku bisa menabung dan punya cita-cita membeli rumah sendiri kelak kalau sudah berkeluarga.

Satu lagi kisah inspiratif tentang lika-liku laki-laki belia dalam meraih asa. Bahwa pekerjaan apapun yang ditekuni seseorang sama mulianya di mata Tuhan, yang penting halal dan membawa berkah bagi keluarga. Bahwa banyak jalan untuk bisa sukses dan itu sudah ditempuh oleh Edy meski hanya berprofesi sebagai penjaga toilet mal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun