Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bijak Sebelum Mengonsumsi Semut Jepang

4 Mei 2016   22:53 Diperbarui: 13 Agustus 2016   13:16 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koloni Semut Jepang (dok.pri)

Berita tentang Semut Jepang yang dipercaya banyak orang mampu menyembuhkan berbagai penyakit berat seperti diabetes, jantung, liver, kolesterol, vitalitas pria dan hipertensi itu ternyata menyihir banyak orang hingga melupakan cara berpikir sehat dan rasional. Bagi mereka yang penting penyakitnya bisa sembuh tanpa harus bersusah payah berobat secara medis yang mungkin biayanya jauh lebih mahal dengan prosedur yang kadang bertele-tele pula. Dengan secara rutin mengonsumsi Semut Jepang yang dimasukkan ke dalam kapsul terus penyakit bisa sembuh, mengapa harus berobat mahal.

Banyak tetangga di perumahan, saudara dan besan kakak pada beramai-ramai mengembang-biakkan Semut Jepang setelah mereka mendengar dari mulut ke mulut kalau serangga kecil berkaki enam dan berantene (sungut) dua itu ampuh menyembuhkan berbagai penyakit. Cara beternak Semut Jepang juga sangat mudah. Tinggal siapkan tempat dari plastik atau toples beling. Taruh kapas ke dalam wadah itu untuk bertelur dan sebagai sarangnya, letakkan ragi sebagai sumber makanannya dan tentunya beberapa ekor indukan Semut Jepang. Jangan lupa buatkan lubang pengudaraan karena hewan itu juga membutuhkan oksigen untuk hidupnya. Tempatkan toples berisi Semut Jepang tadi di tempat yang kondusif dan tentunya terhindar dari predator seperti semut merah biasa.

Cara mengonsumsi Semut Jepang juga sangat mudah. Ada yang setelah dicuci bersih lalu direndam dalam air mendidih selama beberapa menit selanjutnya ditelan atau ada juga yang setelah dicuci bersih lalu dimasukkan ke dalam kapsul dan kemudian ditelan pada saat sebelum atau sesudah makan. Jumlah Semut Jepang yang dimasukkan ke dalam kemasan kapsul berbeda-beda sesuai ringan-beratnya atau jenis penyakit yang diderita seorang pasien.

Setelah sekian lama ngeboom, secara tiba-tiba pada Februari 2016 yang lalu muncullah kasus baru yakni sebuah musibah menyedihkan yang menimpa seorang wanita asal Magelang, Jawa Tengah. Dari hasil penelitian dokter, sang wanita yang kebetulan rajin mengonsumsi Semut Jepang itu dinyatakan telah mengalami kerusakan pada ususnya. Terjadi pembusukkan bahkan sampai bernanah hingga usus wanita itu harus dioperasi.

Sejak kejadian itu orang yang tadinya rajin mengonsumsi Semut Jepang untuk kesembuhan penyakitnya, kini menjadi gamang (ragu-ragu) bahkan secara psikis menjadi ketakutan kalau-kalau nggak sembuh malah sebaliknya berujung pada kerusakan anggota tubuh lainnya. Hingga kini belum ada informasi yang jelas dan akurat mengenai kandungan kimia (nutrisi) dan manfaat Semut Jepang. Keterangan yang selama ini kita dapatkan di sosial media atau internet hanya bersifat cerita pengalaman dari mulut ke mulut dari mereka (penderita) yang sembuh setelah mengonsumsi Semut Jepang bukan hasil penelitian ilmiah yang sudah tak terbantahkan lagi dan telah diuji secara klinis di laboratorium.

Sebagian ahli menilai, rusaknya usus wanita asal Magelang itu boleh jadi bukan karena Semut Jepang. Tapi karena sebab lain misalnya mikroba (bakteri) patogen yang mungkin saja hidup di tubuh Semut Jepang. Atau bisa saja karena sejak awal wanita itu memang sudah ada masalah dengan kesehatan ususnya. Dengan informasi itu setidaknya kita, khususnya para pengguna Semut Jepang menjadi lebih berhati-hati dan bijak sebelum mengonsumsi serangga kecil yang dipercaya berkhasiat obat itu.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun