Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jelajahi Bromo dengan Motor Matic

21 April 2016   14:49 Diperbarui: 14 Agustus 2016   08:47 3954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sekian lama absen dari dunia pendakian, Sabtu 02/04/2016 saya mencoba kembali mengobati rasa kangen akan gunung itu dengan menjelajah kawasan Gunung Bromo. Petualangan kali ini terbilang spesial karena saya yang biasa bersolo traveling itu kini berkolaborasi dengan sekelompok anak muda yang tergabung dalam PHP Adventure Gresik. Ada 17 orang termasuk saya dalam perjalanan itu. Kami menuju Bromo berboncengan dengan menggunakan sepeda motor yang rata-rata berjenis matic.

Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya mengecek kembali kondisi sepeda motor matic yang akan saya gunakan menjelajah Gunung Bromo, saya harus memastikan apakah keadaan motor benar-benar prima. Semula saya berencana mengganti ban luar roda belakang dengan ban luar milik sepeda motor trail yang seukuran dengan roda belakang (nomer 14). Ban sepeda motor trail atau kalangan teknisi menyebutnya “ban tahu” karena “batikan” (tekstur luar) bermotif kotak-kotak seperti tahu memang sangat cocok untuk medan berat. Dengan bentuk seperti itu diharapkan bisa mencengkeram jalanan di kawasan bromo yang terjal, berbukit dan penuh dengan pasir itu. Sayangnya ban luar trail yang saya inginkan sedang tidak tersedia di bengkel sekaligus toko spare part sepeda motor yang saya datangi itu. Akhirnya sayapun memutuskan untuk tetap mengganti ban belakang vario dengan ban sesuai bentuk dan merek aslinya.

Tepat pukul 23.00 WIB kami berangkat dari Surabaya menuju lokasi Gunung Bromo. Ada banyak pintu masuk menuju kawasan Gunung Bromo, untuk perjalanan kali ini saya dan rekan PHP Adventure memilih melewati Desa Nongkojajar, Pasuruan. Jalan yang dilalui memang sudah beraspal mulus dan hanya sebagian kecil saja yang mengalami kerusakan namun tanjakan dan turunan harus dilalui dengan tetap waspada. Beberapa desa yang kami lewati untuk bisa sampai ke pos informasi diantaranya Desa Mororejo, Podokoyo dan terakhir sampailah di Desa Wonokitri.

Saya sempat khawatir kalau-kalau motor matic yang saya gunakan berboncengan dengan keponakan yang tergabung dalam PHP Adventure itu menjadi nggak kuat gegara medan yang cukup berat. Malam yang pekat, udara dingin, tanjakan, turunan serta tikungan tajam (zig zag) memang harus dilalui dan semua itu bisa kami atasi.

Dari pos informasi (loket tiket masuk) di Desa Wonokitri hingga ke view point di puncak Penanjakan (2770 m dpl) masih butuh jarak tempuh 9 sampai 10 kilometer lagi. Kali ini perjuangan tim PHP Adventure benar-benar diuji. Seorang petugas di kantor penjualan tiket mengingatkan agar kami selalu berhati-hati karena jalanan licin selain itu banyak tikungan tajam, turunan curam dan tanjakan. Anggota yang menggunakan motor bukan matic disarankan untuk memasang gigi transmisi 1 sementara kami yang menggunakan motor jenis matic harus tetap waspada dengan rem depan dan belakang.

Malam Minggu itu kawasan Penanjakan benar-benar ramai oleh wisatawan. Kendaraan jeep 4WD berjajar rapi di kiri-kanan jalan menuju view point. Jalanan yang penuh sesak dengan kendaraan mengharuskan kami untuk lebih berhati-hati agar tidak berbenturan dengan jeep-jeep yang diparkir itu.

Kendaraan kami tetap dalam kondisi prima hingga sampai di parkiran sekitar view point. Hanya ada sedikit masalah dengan kampas rem sehingga menimbulkan bau khas (sebut saja “sangit”) seperti sesuatu yang hangus akibat terbakar. Teman-teman anggota tim PHP Adventure menganggap hal itu sudah biasa. Mereka yang menggunakan motor matic sering mengalami hal demikian saat melewati tanjakan dan turunan yang sangat tajam.

[caption caption="Menikmati pesona Gunung Bromo, Widodaren, Batok dan Semeru (dok.pri)"][/caption]

Detik-detik yang dinantikan para penikmat Bromo akhirnya tiba, sekitar pukul 05.00 pagi WIB (03/04/2016) matahari mulai menampakkan sinarnya. Para wisatawan termasuk tim kami tak ingin melewatkan momen indah itu. Setelah jeprat-jepret sudut-sudut cantik Bromo dari Penanjakan, pada sekitar pukul 07.00 pagi WIB kami memutuskan untuk turun menuju lautan pasir (Jawa = Segoro Wedi) dan tentunya ingin melihat lebih dekat kawah Gunung Bromo yang masih aktif itu.

Dari Penanjakan menuju Simpang Dingklik berjarak kira-kira 4 kilometer kemudian masih harus turun lagi menuju lautan pasir dengan jarak tempuh 6 kilometer. Kali ini motor matic yang kami tunggangi benar-benar diuji kembali. Turunan yang sangat curam mengharuskan kami selalu waspada dengan rem depan dan belakang.

Ada kejadian kecil saat tim kami tiba di lautan pasir, rem roda depan kendaraan matic saya benar-benar tidak berfungsi. Saya sempat panik dan khawatir kalau-kalau rem itu menjadi jebol gegara tanjakan dan turunan tajam tadi. Kabarnya banyak pendaki Bromo yang menggunakan motor matic sering mengalami kejadian seperti itu. Untung saja saya membawa cukup air, sebagian saya guyurkan ke bagian cakram rem roda depan sehingga menjadi dingin dan kampas remnya tidak lengket lagi. Secara perlahan-lahan rem roda depan kembali normal setelah diguyur air.

Saat tim PHP Adventure menuju Pura Agung Luhur Poten dan Gunung Bromo, jalanan ke arah sana jelas penuh dengan pasir dan pastinya rawan selip. Idealnya memang harus menggunakan motor dengan roda trail (ban tahu) agar bisa mencengkeram medan yang ada. Meski bukan berjenis kendaraan sporty namun motor matic kami memiliki power mesin yang handal. Lautan pasirpun bisa kita lalui dengan selamat.

Puas dengan kawah Bromo yang masih aktif, lautan pasir dan berbagai sudut cantik Bromo, siang hari tim kami memutuskan untuk kembali ke Surabaya. Sempat terbersit keinginan untuk tidak melewati kembali jalur Simpang Dingklik karena medan yang berat. Tapi memilih melewati jalur Cemoro Lawang (Desa Ngadisari) jelas lebih jauh untuk bisa sampai ke Surabaya. Akhirnya mau tak mau harus melewati jalur Simpang Dingklik lagi. Untuk kesekian kalinya ketangguhan stamina dan kendaraan kami diuji kembali. Jujur saja, sempat ngeri juga saat melewati tanjakan dan turunan di kawasan Simpang Dingklik agar bisa segera sampai ke Desa Wonokitri, lagi-lagi Vario Techno 125 membuktikan ketangguhannya. Wow… asal tahu saja pesona Gunung Bromo, Batok, Widodaren dan Semeru juga tampak keren bila disaksikan dari kawasan Simpang Dingklik itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun