Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Di Jatinegara Kita Kan Berpisah"

4 Maret 2016   11:23 Diperbarui: 5 Maret 2016   06:54 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bersih dan nyaman, ada tanaman hiasnya"]

[/caption]

Stasiun Jatinegara mungkin bukan yang terbesar di Indonesia, masih kalah dengan Stasiun Gambir namun stasiun itu sudah ada sejak tahun 1887 yang saat itu masih bernama Meester Cornelis. Mulai tahun 1910 stasiun dikembangkan oleh seorang arsitek berkebangsaan Belanda bernama Snuyff, alhasil bangunan stasiun menjadi lebih menarik.

Bila diperhatikan, sisa kekunoan stasiun itu hingga kini masih terlihat jelas. Gaya arsitektur Belanda pada bangunan utama sebagai pintu gerbang masuk para penumpang menuju rel dan rangkaian kereta terlihat antik dan masih tetap terpelihara dengan baik.

Saat saya bersama keluarga sampai di sana pada 21 Februari 2016 yang lalu, stasiun yang berada di Kelurahan Pisangan Baru, Matraman - Jakarta Timur itu tampak bersih dan segar. Berbeda sekali keadaannya dengan saat saya bertemu Rudi Salam di stasiun yang sama pada tahun 1995 silam. Pot-pot tanaman hias berukuran besar ditempatkan dalam stasiun, mempercantik sekaligus menciptakan suasana segar dan nyaman.

Mereka yang terbiasa berburu oleh-oleh berupa suvenir atau makanan khas Jakarta bisa saja mendapatkannya di Pasar Jatinegara atau mal-mal yang berada tidak jauh dari stasiun. Di dalam stasiun mungkin tidak tersedia toko oleh-oleh itu. Saat keluar stasiun, para pengemudi taksi, ojek dan bajaj biasanya saling berebut menawarkan diri untuk mengantar ke mana tujuan kita selanjutnya. Atau mungkin kita tertarik untuk berjalan kaki santai menuju Pasar Jatinegara karena jaraknya hanya beberapa ratus meter saja dari Stasiun Jatinegara yang bersejarah itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun