Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jamil, Jagoan Ketoprak Jakarta

1 Maret 2016   22:31 Diperbarui: 13 April 2016   11:38 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="Menyajikan Ketoprak"][/caption]Melancong ke Jakarta tanpa menikmati sensasi kuliner Ketoprak jelas kurang afdol. Istilah Ketoprak mengingatkan kita pada nama kesenian panggung tradisional dari Jawa Timur dan Jawa Tengah tapi yang dimaksud Ketoprak di Jakarta itu sebenarnya merupakan makanan khas yang dengan mudah kita temukan di berbagai penjuru ibu kota negara kita itu.

Sepintas kuliner ketoprak itu mirip Gado-gado yang menjadi kuliner khas daerah Jawa Timur. Makanan yang disajikan dengan bumbu kacang plus kecap lengkap dengan irisan lontong nasi, tahu goreng, kentang, bihun, kecambah dan kerupuk itu sepertinya biasa dijadikan pengganjal perut oleh sebagian masyarakat Jakarta termasuk para pendatang dan paling asyik disantap pada siang hari.

Kalau pada Gado-gado khas Jawa Timur kita jumpai tambahan berupa sayur selada, irisan buah tomat kadang juga disertai irisan telur rebus maka bahan-bahan itu tidak kita temukan pada Ketoprak Jakarta. Kentang, emping melinjo dan ptongan sayur kubis biasanya terdapat pada keduanya. Tambahan berupa bihun sepertinya jarang atau bahkan tidak kita jumpai pada Gado-gado Jawa Timur.

[caption caption="Ketoprak yang menggugah selera"]

[/caption]

Baik Ketoprak Jakarta maupun Gado-Gado Jawa Timur menggunakan bumbu berbahan dasar kacang tanah. Bila diamati, bumbu Ketoprak Jakarta itu juga mirip dengan bumbu sayur pecel.

Lontong nasi pada Ketoprak Jakarta biasanya dibungkus dengan menggunakan daun kelapa yang masih muda (Jawa = Janur) seperti layaknya ketupat saja. Kabarnya, dengan menggunakan pembungkus dari daun kelapa maka rasa dan aromanya akan lebih nikmat ketimbang lontong nasi yang dibungkus dengan daun pisang atau plastik.

Mungkin saking populernya sampai-sampai kuliner yang satu itu bisa kita temukan di berbagai penjuru tanah air bukan hanya di Jakarta sebagai daerah asalnya. Disajikan di mana saja apakah itu menggunakan lapak dorong atau dijual di warung atau mal yang namanya kuliner Ketoprak Jakarta selalu menggoyang lidah penikmatnya, tak terkecuali racikan Ketoprak ala Pak Jamil yang biasa mangkal di Stasiun Kereta Api (KA) Pasar Senen Jakarta.

[caption caption="Mangkal di kawasan Stasiun Senen "]

[/caption]

Pak Jamil mengaku sudah 25 tahun berjualan Ketoprak. Profesi itu ditekuninya semenjak ia duduk di bangku kelas 4 SD (Sekolah Dasar) hingga sekarang dimana usianya sudah mencapai 44 tahun.

Lelaki asal Bumi Ayu, Banyumas-Jawa tengah itu termasuk yang beruntung. Hampir setiap hari lapak dorong Ketopraknya ramai didatangi pembeli karena ia biasa mangkal di sekitaran gerbang masuk stasiun KA Pasar Senen Jakarta. Selain tempat mangkal yang strategis, Ketoprak Jakarta buatan Jamil itu memang terasa lezat. Bumbu kacangnya terasa betul.

“Bumbunya saya buat dari kacang tanah tanpa campuran bahan lain” ungkapnya sambil melayani pesanan pembeli lainnya.

Tak tanggung-tanggung dalam sehari saja Ketoprak kreasinya bisa laku terjual sampai 200 piring dengan harga sepiringnya 10 ribu rupiah.

“Kadang kalau sepi ya bisa laku sampai 50 piring” lanjutnya dengan merendah.

[caption caption="Menyiapkan bumbu kacang"]

[/caption]

Pak Jamil merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang mengadu nasib ke Jakarta dengan hanya berbekal tekad, pengetahuan dan keahlian yang sangat terbatas. Ia hanya tamatan SD, sebelum lulus SD iapun sudah memutuskan membantu orang tuanya dengan berjualan Ketoprak di Jakarta. Lelaki yang kini tinggal di kawasan Pasar Nangka itu tak mau pasif menunggu nasib.

Jamil berusaha untuk mandiri, tidak sekedar menggantungkan hidup dengan hanya membantu orang tuanya berjualan. Setelah lulus SD Jamil remaja mulai memberanikan diri berjualan Ketoprak di kawasan Stasiun KA Pasar Senen Jakarta.

Kini usaha berjualan Ketopraknya terbilang sukses. Beberapa saudaranya yang berasal dari Bumi Ayu ia modali agar ikut berwira usaha mengikuti jejaknya. Jamil memang tidak kaya raya tapi profesi sebagai penjual Ketoprak yang ditekuninya selama kurang lebih 25 tahun itu menjadikan hidupnya lebih baik. Ia mengaku berkecukupan, ketiga anaknya bisa mengenyam pendidikan dengan baik.

[caption caption="Tahu masih hangat"]

[/caption]

 [caption caption="Bumbu Ketoprak yang maknyus"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun