Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tanaman Aneh, Batangnya Penuh Duri

18 Februari 2016   11:26 Diperbarui: 7 Juni 2016   15:05 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pachypodium dewasa"][/caption]

Tak banyak penghobi (hobiis), kolektor atau orang yang awam tanaman hias sekalipun yang berhasrat memiliki atau bahkan mengoleksi tanaman hias yang satu ini. Kalau Adenium atau yang berjuluk Kamboja Jepang mungkin masih banyak orang yang tertarik menanam dalam pot sebagai pemercantik halaman rumahnya tapi bagaimana dengan Pachypodium? Hampir bisa dipastikan sangat jarang orang yang berminat sekalipun itu pecinta tanaman hias.

Mengapa? Coba kita perhatikan saja pohonnya, tanaman yang kabarnya berasal dari Pulau Madagaskar, Afrika itu seluruh batangnya dipenuhi duri. Ia tergolong Xerophyta yakni tanaman yang bisa hidup dan berkembang di tanah kering alias kurang air tak ubahnya Kaktus dan Euphorbia. Tubuh Pachypodium banyak mengandung air (sukulenta) sebab itulah tanaman yang sebutan ilmiahnya Pachypodium lamerei itu bisa bertahan hidup saat kekurangan air.

Lingkungan tumbuh (habitat) aslinya yang berada di daratan Afrika setidaknya memberi gambaran bahwa tanaman ini menyukai sinar matahari penuh. Jarang atau lupa menyiram air tidak menjadikan Pachypodium merana sebab kandungan air dalam jumlah yang cukup terdapat pada batangnya yang penuh duri itu.

[caption caption="Batang Pachypodium yang penuh duri"]

[/caption]

Musim hujan seperti sekarang ini harusnya tidak menjadikan Pachypodium bermasalah asalkan porositas media tanam sebagai tempat tumbuhnya tetap terjaga. Bagaimana pemilik tanaman yang tingginya bisa mencapai 10 meter itu mengatur agar intensitas guyuran air hujan yang cukup tinggi akhir-akhir ini tidak menjadikan sistem perakarannya rusak (membusuk).

Untuk itu media tanam harus mudah meloloskan air (porous). Biasanya digunakan media tanam yang terbuat dari kombinasi antara pasir gunung yang kandungan mineralnya cukup banyak plus bahan organik seperti pupuk kandang dari kotoran kambing yang kandungan nitrogen (N)-nya tinggi serta sekam bakar dengan kandungan unsur karbon (C) yang cukup.

Seorang kolektor tanaman hias asal Kota Gresik, Jawa Timur berhasil menumbuh-kembangkan Pachypodium dari jenis lamerei. Awalnya ia membeli bibit tanaman itu dari sebuah nursery yang ada di kotanya dengan ukuran sebesar jari kelingking. Setelah dirawat dengan tekun selama 7 tahun kini tinggi Pachypodium itu bisa melebihi tinggi rumahnya. Wow tingginya menjulang ke atas kira-kira setinggi pohon pinang.

[caption caption="Meski berduri tapi eksotis"]

[/caption]

Tanaman Pachypodium miliknya menjadi tontonan menarik banyak orang tak terkecuali saya karena nggak ada tanaman hias unik lainnya selain kepunyaan bapak itu. Padahal bila diperhatikan secara seksama antara ukuran pot sebagai tempat media tanam dengan besarnya Pachypodium sepertinya tidak proporsional.

Batang pohon Pachypodium koleksinya berukuran besar dan tingginya sekitar 7 meter. Nyatanya tanaman itu tetap bisa tumbuh dan berkembang normal. Alasannya, selain sang kolektor rajin mengganti media tanam minimal setahun sekali agar kandungan zat hara tetap tercukupi sesuai umur dan perkembangan tanaman, iapun rajin mengontrol kondisi media tanam Si Raja Duri itu agar tetap porous terutama untuk menghadapi musim hujan sekarang ini.

Sayangnya saat itu saya belum sempat menyaksikan bunganya yang kabarnya berwarna putih dan mengeluarkan bau harum semerbak. Tapi melihat batangnya yang penuh duri, daun-daunnya yang hijau mengkilap hanya tumbuh dan bergerombol di ujung batang serta habitusnya tinggi menjulang menjadikan tanaman gurun itu terlihat spesial, unik sekaligus eksotis. Penasaran ingin menanam Pachypodium?

Pada tanaman Pachypodium dewasa yang sudah menghasilkan bunga dan buah, biji bisa dijadikan bahan perkembang-biakkan. Selain itu cara-cara perbanyakan dengan stek dan teknik sambung (grafting) seperti pada Adenium juga bisa diterapkan.

Yang harus diperhatikan saat memotong bahan untuk stek, dijaga agar tidak menjadi pintu masuk serangan penyakit atau jamur. Biasanya potongan batang Pachypodium tadi diolesi dengan fungisida (Dithane M-45) atau bisa diakali dengan bahan yang lebih murah seperti semen atau kapur bangunan. Setelah itu dikering-anginkan beberapa lama baru kemudian ditanam.

Mengingat tanaman unik bin eksotis itu sekujur batangnya penuh dengan duri maka saat memotong hendaknya berhati-hati. Pilih saja batang Pachypodium dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Proses menyambung juga tak berbeda jauh dengan Adenium, gunakan teknik menyayat berbentuk V dan tutup rapat dengan plastik transparan agar terhindar dari terobosan air hujan. Sebaiknya tanaman hasil teknik sambung diletakkan di tempat teduh tapi tetap cukup mendapat sinar matahari.

[caption caption="Menjulang tinggi seperti pinang"]

[/caption]

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun