Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kupang Lontong yang Menggugah Selera

15 Februari 2016   18:50 Diperbarui: 15 Februari 2016   20:05 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kupang Lontong yang menggugah selera"][/caption]

Bukan pertama kalinya kami sekeluarga mencoba dan merasakan sensasi kuliner Kupang Lontong atau ada juga yang menyebutnya Lontong Kupang. Makanan yang terbuat dari kombinasi antara irisan lontong nasi, bumbu petis yang rasanya khas dan hewan laut yang bernama kupang itu memang menjadi kuliner khas beberapa daerah di Jawa Timur khususnya Kota Sidoarjo yang selama ini dikenal sebagai sentranya.

Di beberapa kota seperti Surabaya, Gresik dan Pasuruan, warung kuliner kupang lontong juga banyak kita temukan di sana. Di Bangkalan, Madura tepatnya di Desa Tanah Merah juga kita temukan perkampungan nelayan kupang. Aktivitas sehari-hari sebagian besar masyarakat di desa itu memang mencari ikan dan kupang di Selat Madura. Desa Tanah Merah merupakan desa pertama yang kita lewati ketika hendak ke Bangkalan melalui Jembatan Suramadu dari Kedung Cowek, Surabaya.

Untuk melepas rindu dengan kuliner yang satu itu kami mencoba mendatangi sebuah warung kupang lontong yang ada di dekat tempat tinggal kami di Driyorejo, Gresik – Jawa Timur. Warung kupang lontong bernama Dua Putri itu, Minggu (14/02/2016) kemarin tampak ramai pembeli.

[caption caption="Kupang"]

[/caption]

Pembeli silih berganti mendatangi warung sederhana itu. Kamipun harus rela antri agar kebagian kupang lontong yang menggugah selera itu. Dari pengakuan si pemilik warung, hewan sebangsa kerang berukuran kecil itu ia kulak sendiri dari Kota Sidoarjo, tepatnya di Desa Balong Bagus, Kecamatan Candi – Sidoarjo.

“Sehari bisa kulak 6 sampai 7 taker mas” ungkap Mbak Ima (30 tahun), pemilik warung Dua Putri .

Mungkin terdengar aneh di telinga, kupang yang dibeli Ima yang asli Lumajang itu bukan dalam hitungan kilogram melainkan sistem takeran. Satu taker kupang isinya kurang lebih sama dengan setengah kaleng berukurang sedang atau kira-kira seberat tiga perempat kilogram. Berarti sehari ia bisa mengulak 5 sampai 6 kilogram kupang.

Menurut Mbak Ima, kupang dari Desa Balung Bagus itu ada dua jenis. Jenis yang berwarna putih setakernya ia kulak dengan harga 5 ribu sedangkan yang berwarna merah ia beli dari nelayan setempat dengan harga 7 ribu pertakernya.

[caption caption="Mbak Ima menyajikan kupang lontong"]

[/caption]

“Ndak mesti mas hasilnya, kadang ya rame kadang juga sepi” tuturnya dengan lugu.

Dalam sehari ia bisa menjual setidaknya 70 sampai 80 piring kupang lontong dengan harga perporsinya 8 ribu rupiah. Sementara segelas es kelapa muda (Jawa = degan) ia bandrol dengan harga 6 ribu. Es kelapa muda hijau (Jawa = degan ijo) harganya lebih mahal karena diyakini lebih berkhasiat sebagai obat alami. Untuk segelas es degan ijo dihargainya 8 ribu rupiah.

Di warung bersahaja seluas 4 X 6 meter persegi itu Mbak Ima menggantungkan hidup setiap harinya. Ia tak hanya berjualan kupang lontong tapi juga lontong balap yang menjadi kuliner khas Surabaya.

Kupang lontong biasanya disajikan dengan pelengkap perkedel kacang lento dan sate kerang. Tapi Minggu siang kemarin, saat kami sedang makan di warung Mbak Ima, tidak terlihat sate kerang itu. Sebagai gantinya Mbak Ima menambahkan perkedel dari serutan ketela pohon.

[caption caption="Bumbu petis"]

[/caption]

Apapun pelengkapnya, kupang lontong tetap menjadi kuliner favorit kami dan akan lebih maknyus bila menggunakan petis khusus yang didatangkan dari Sidoarjo. Rasa bumbu petisnya sedikit manis, kecut dan gurih karena ada bawang putihnya. Soal pedas- tidaknya rasa, penjual bisa menambahkan cabai sesuai selera pembelinya.

Mbak Ima mengaku tidak menambahkan bahan khusus saat mengolah hewan kupang itu. Bagi sebagian orang, makan kupang bisa menyebabkan muntah, diare atau alergi (gatal-gatal). Untuk mengantisipasi hal itu biasanya setiap warung kupang lontong tak terkecuali warung Mbak Ima juga menyediakan es kelapa muda (es degan). Selain menyegarkan, air degan dipercaya mampu menetralisir racun yang mungkin masih tersisa pada kupang itu.

[caption caption="Ada degan ijo juga"]

[/caption]

[caption caption="Es kelapa muda (degan)"]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun