[caption caption="Sansevieria dari jenis huminiflora"][/caption]
Tanaman Sansevieria dijuluki juga sebagai lidah mertua. Tanaman ini beberapa tahun yang lalu sempat melejit menggeser anthurium atau yang masyarakat luas menyebutnya dengan istilah gelombang cinta.
Saya termasuk salah satu dari sekian banyak penyuka tanaman hias khususnya dari jenis Sansevieria. Kalau ingat harga yang cukup mahal saat kami membeli beberapa varian Sansevieria yang ketika itu sedang booming tentu merasa sayang bila membiarkan tanaman itu telantar.
Apalagi memasuki musim hujan seperti sekarang ini tentu menjadi saat yang tepat untuk memulai kembali bercocok-tanam beraneka macam tanaman hias khususnya dari jenis Sansevieria.
[caption caption="Sansevieria klasik dari jenis coopertone"]
Beberapa sumber yang pernah saya baca menyebutkan kalau Sansevieria merupakan tanaman yang berasal dari daerah Afrika. Kita tahu bahwa kawasan Afrika identik dengan panas dan kering. Tak berlebihan bila Sansevieria juga cocok ditanam dan dikembangkan di daerah beriklim tropis seperti Indonesia ini.
Sansevieria juga dikenal sebagai tanaman anti polusi, ia mampu mengubah bau tak sedap seperti udara berbau asap rokok menjadi udara segar dan sehat kembali. Karena kemampuannya dapat mengubah udara tercemar itu maka biasanya tanaman ini ditempatkan di sudut ruangan tamu.
Ada seratus lebih jenis Sansevieria yang bisa kita temukan di alam ini. Beberapa diantaranya yang banyak ditanam orang ialah dari jenis kirkii brown, kirkii coopertone, trifasciata, masoniacongo (giant), pagoda, twister, patens, lidahjin dan masih banyak lagi yang (maaf) saya sendiri tak hafal satu persatu.
[caption caption="Dari jenis pagoda"]
[caption caption="Dari jenis patens"]
[caption caption="Dari jenis masonia congo (giant)"]
Sansevieria bisa tumbuh dan berkembang pada kondisi panas terik tanpa naungan dan minim penyiraman. Tubuhnya bersifat sukulen (mengandung air) sebab itulah ia bisa bertahan saat kekurangan air.
Pada musim hujan di mana air tersedia dalam jumlah cukup, kebutuhan akan air tetap saja diperlukan. Yang harus diperhatikan justru bagaimana menjaga media tanam (dalam pot) tetap porous (mudah meloloskan air) supaya akar tidak busuk akibat jeleknya porositas media tanam.
Sansevieria bukan tanaman yang manja. Ia bahkan bisa tumbuh dan berkembang dengan mudah dalam pot yang berisi media tanam ala kadarnya. Media tanam yang digunakan sebaiknya berisi campuran antara pasir (Bromo), tanah topsoil (latosol merah), sekam bakar dan pupuk organik (kompos/pupuk kandang) dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1.
[caption caption="Kirkii Brown yang juga unik dan klasik"]
Pasir jumlahnya lebih banyak untuk menciptakan porositas yang baik pada media tanam. Kadang-kadang juga ditambahkan pakis cacah agar akar serabut Sansevieria bisa dengan mudah tumbuh dan menerobos susunan media yang ada.
Bila dipandang perlu pupuk kimia cair lengkap sepertiatonik, margaflordan lainnya boleh ditambahkan. Untuk melindungi akar dari serangan cacing nematoda biasanya ditambahkan Furadan di dekat perakaran.
Kutu berwarna putih atau biasa kita kenal dengan nama Trips sering menyerang Sansevieria. Bila serangan belum terlalu berat cukup diberantas secara manual saja. Atau menyemprotnya dengan Sevin atau Dithane M-45.
[caption caption="Dari jenis trifasciata yang mengalami mutasi"]
Ada sebagian penghobi tanaman Sansevieria atau tanaman hias lainnya yang menggunakan cairan tembakau yang telah direndam semalam untuk memberantas hama dan penyakit tanamannya. Penggunaan pestisida organik seperti cairan tembakau itu dipandang lebih aman terhadap tanaman juga ramah dengan lingkungan di sekitarnya.
Perbanyakan Sansevieria bisa dilakukan dengan memisahkan (teknik split) anakan yang muncul dari rimpang dalam media tanam selain itu juga melalui stek. Cara perbanyakan yang lebih canggih dewasa ini dilakukan dengan teknik tissue culture (kultur jaringan).
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H