Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Daya Juang Meirina untuk Anak-anak dan Narapidana

15 Januari 2016   22:08 Diperbarui: 15 Juli 2016   14:28 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roti Maryam itu sejenis Roti Canai (Cane). Biasanya kita temukan di perkampungan muslim India. Di Negara Malaysia dan Singapore ada yang menyebutnya sebagai Roti Telur. Roti ini biasanya dihidangkan dengan kuah kare. Kalau Roti Maryam yang umum kita jumpai biasanya mempunyai rasa tawar dan gurih, lain lagi dengan Roti Maryam buatan Meirina, ada rasa manisnya dan itu yang menjadikan roti buatan Meirina itu lebih banyak yang menyukainya.

Untuk satu paket berisi 10 biji ia hargai 20 ribu rupiah. Harga yang terjangkau dan rasa yang bikin nagih menjadikan Meirina kebanjiran order.

“Sabtu besok saya menerima pesanan 500 biji Roti Maryam” cetus Meirina usai mengajar kawan-kawan napi.

Meski gadis belia berparas manis itu sungkan merinci berapa hasil yang diperolehnya dari berbisnis Roti Maryam nyatanya ia sanggup menopang kehidupan sehari-hari ibu dan adiknya juga biaya kuliahnya.

“Alhamdulillah, ada saja yang pesan Roti Maryam kreasi saya” kata Meirina dengan bangga.

Mendidik siswa TK dan para napi jelas bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan ketelatenan, jiwa sosial, rasa kemanusiaan dan kesabaran yang tinggi. Itulah yang biasa dilakukan Meirina sejak ia masih berusia muda.

Ia tetap kukuh memperjuangkan tiga hal yaitu aqidah Agama Islam yang dianutnya, prinsip kesetaraan wanita menurut konsep Islam bukan ala feminismebarat dan kewirausahaan (enterpreneurship). Bila memperhatikan sepak terjang Meirina Wanti sepertinya ia pantas menjadi salah satu sosok inspiratif di dunia pendidikan dan kemanusiaan kita.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun