Roti Maryam itu sejenis Roti Canai (Cane). Biasanya kita temukan di perkampungan muslim India. Di Negara Malaysia dan Singapore ada yang menyebutnya sebagai Roti Telur. Roti ini biasanya dihidangkan dengan kuah kare. Kalau Roti Maryam yang umum kita jumpai biasanya mempunyai rasa tawar dan gurih, lain lagi dengan Roti Maryam buatan Meirina, ada rasa manisnya dan itu yang menjadikan roti buatan Meirina itu lebih banyak yang menyukainya.
Untuk satu paket berisi 10 biji ia hargai 20 ribu rupiah. Harga yang terjangkau dan rasa yang bikin nagih menjadikan Meirina kebanjiran order.
“Sabtu besok saya menerima pesanan 500 biji Roti Maryam” cetus Meirina usai mengajar kawan-kawan napi.
Meski gadis belia berparas manis itu sungkan merinci berapa hasil yang diperolehnya dari berbisnis Roti Maryam nyatanya ia sanggup menopang kehidupan sehari-hari ibu dan adiknya juga biaya kuliahnya.
“Alhamdulillah, ada saja yang pesan Roti Maryam kreasi saya” kata Meirina dengan bangga.
Mendidik siswa TK dan para napi jelas bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan ketelatenan, jiwa sosial, rasa kemanusiaan dan kesabaran yang tinggi. Itulah yang biasa dilakukan Meirina sejak ia masih berusia muda.
Ia tetap kukuh memperjuangkan tiga hal yaitu aqidah Agama Islam yang dianutnya, prinsip kesetaraan wanita menurut konsep Islam bukan ala feminismebarat dan kewirausahaan (enterpreneurship). Bila memperhatikan sepak terjang Meirina Wanti sepertinya ia pantas menjadi salah satu sosok inspiratif di dunia pendidikan dan kemanusiaan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H